trois

52 9 0
                                    

aku bahkan tidak tau apakah dia sedang bercanda atau serius.
tidak mungkin ada orang yang tidak mempunyai rumah.

"apa yang barusan kau katakan?" aku bertanya lagi, lalu melipat tanganku. aku tidak yakin apakah aku harus mempercayainya atau tidak.

ada beberapa pemikiran yang muncul di benakku - bagaimana jika dia hanya berpura-pura menjadi pengemis dan hanya ingin belas kasihanku karena aku kaya? bagaimana jika dia menyogokku untuk membeli makanan atau menyediakan tempat tinggal untuknya.

"aku berbicara yang sebenarnya" dia menjawab sambil melipat potongan koran dengan rapi di sebuah rak. "aku tuna wisma. aku sudah tinggal dijalanan selama lebih dari 10 tahun. aku berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain hampir setiap minggu karena orang-orang selalu mengusirku, mengatakan bahwa aku kotor dan pembawa sial," dia mengeluarkan sebuah tawa kecil.

maksudku, tentu saja siapa yang tidak mau mengusirnya pergi? dia terlihat kotor dan hanya berantakan. dia terlihat hitam dari kepala hingga kaki dan pakaiannya robek, celananya juga bolong. dia pada dasarnya tampak seperti pengemis pada umumnya yang mungkin juga bisa membawa nasib buruk bagiku.

"aku akan memintamu untuk pergi juga, cepat atau lambat." aku menyatakan dengan jelas. tatapannya tertuju padaku selama sepersekian detik, sebelum menuju ke lantai sekali lagi.

"aku sudah menduganya, aku hanya gangguan bagi semua orang. bahkan tidur di jalanan saja menganggu mereka. kenapa mereka tidak bisa mengerti kalau aku miskin dan tidak punya rumah?" dia berbisik dengan lembut, tapi aku tetap masih bisa mendengarnya.

"jika kau ingin menangis sekarang, aku menyarankan kau sebaiknya segera pergi sebelum kau akan menyesalinya. aku tidak akan ragu untuk meminta petugas keamanan mengusirmu pergi dari sini. kau benar, kau memang adalah sebuah gangguan disini. aku sudah bisa merasakan bahwa bisnis hari ini akan menurun, semuanya karenamu." bentakku lalu masuk ke dalam toko, tidak memperdulikan pengemis itu lagi.

---

hari ini sudah sore, tetapi aku masih belum mempunyai pembeli. aku menjadi bosan dan mengantuk lalu melihat sekitar toko.
aku bangga akan diriku sendiri karena aku benar-benar membersihkan dan mengatur semua toko.

tiba-tiba, aku mendengar sebuah suara langkah kaki terseok-seok lalu dengan cepat aku melihat ke arah pintu masuk. dengan heran, aku melihat pengemis itu lagi, dia sedang berjalan menuju bagian tempat pensil berada.

apa yang dia lakukan disini? dia tidak punya uang untuk membeli sesuatu jadi apa tujuan dia datang kesini? jarinya juga akan mengotori barang-barangku.

aku melihat pemandangannya sekali lagi dan dia sedang memegang selembar kertas a4 dan sebuah pensil. dia dengan gembira menaruh barang-barang itu dimeja.

"well, apakah kau punya uang?" aku mengejek rendah kepadanya. dia mengambil sesuatu di kantongnya dan mengeluarkan dua lembar uang dollar lalu menyerahkan uang itu kepadaku.

aku mengscan barang barang itu lalu dengan hati-hati menaruh barang kotor itu di dalam plastik dan memberikan dia uang kembaliannya. dia lalu berbalik dan jalan, menuju ke luar toko.

"kenapa kau membeli barang disini dengan dua lembar uang dollar itu? kau bisa membeli kebutuhan atau makanan dengan uang itu kan?" aku mengangkat alisku padanya

dia berhenti lalu berbalik dan memberiku sebuah senyuman.

"aku ingin menjadi pelanggan pertamamu."

Home > PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang