huit

26 3 0
                                    

aku akhirnya kembali ke rumah karena toko sedang di perbaiki. aku tidak tau kemana pengemis itu pergi lagi, tapi aku mungkin mengira dia pergi ke jalanan lain.

entah bagaimana, aku merasa kosong. berjalan masuk ke rumah ini aku pikir aku akan merasa lebih baik sekali lagi, tapi tidak - malahan, aku merasakan yang sebaliknya.

para pelayan menyapaku dan aku hanya menganggukan kepala, melanjutkan pergi ke kamarku. aku sedang duduk di lantai sekarang.

aku merasa tercekik, seperti jika aku sedang terjebak. ini tidak seperti sebuah rumah bagiku lagi. di sana hanya ada perasaan kosong di hatiku dan aku tidak tau bagaimana cara mengutarakannya.

aku menatap pot bunga yang berdiri di dekat pojok jendelaku. kelopaknya perlahan layu saat pohon besar menghalangi sinar matahari mencapai bunga itu.

bunga ini layu, aku berpikir. dan begitu juga hatiku.

---

aku akhirnya pergi ke jalanan untuk mendapatkan udara segara. aku pastinya merasa lebih baik bernafas di udara segar, aku merasa lebih segar.

semua orang sedang sibuk menjual barang, memanggil pelanggan untuk datang membeli barangnya lalu aku melanjutkan berjalan ke jalanan.

aku merasa memiliki hubungan di sini ketika aku menyaksikan setiap pemilik toko. aku pastinya bisa menaruh diriku di dalam sepatunya dan tau bagaimana dan apa yang sedang mereka rasakan.

seorang figur familiar muncul di sudut gang. ada darah mengalir dari luka yang terdapat di kaki orang tersebut.

dengan langkah cepat, aku berlari menuju orang itu dan itu adalah orang yang aku rindukan.

dia sedang menutup lukanya dengan tangan, menekan lukanya, mencoba sebisa mungkin untuk tidak membiarkan darah mengalir keluar dengan cepat, tapi tentu saja itu tidak berhasil.

"jangan lakukan itu," aku berkata padanya. dia menatapku dan seperti terkejut melihatku ketika bibirnya terbuka. aku mengeluarkan tisu disakuku dan mengambil sebagian darinya, perlahan melepas tangannya dan menutup lukanya. aku kemudian mengambil tangan kanannya yang tadinya ia gunakan untuk menekan lukanya.

"ayo pulang." aku memberitahunya lalu membantunya untuk bangkit. dia mengernyitkan alisnya bingung karena pernyataanku.

"tapi, aku tidak punya rumah—"

"rumahku," aku berhenti lalu memberinya sebuah senyuman

"bisa dianggap sebagai rumahmu juga."

----

"ouch!" dia mengerang ketika aku mengusap kapas di lukanya. aku mengurangi kekuatanku ketika menyadari bahwa aku terlalu menggunakan banyak kekuatan.

aku meniup lukanya lalu akhirnya aku membungkus lukanya dengan sebuah perban kecil.

setelah selesai membungkus lukanya dengan perban, kita diam sampai aku

"kenapa kau melakukan itu?" aku bertanya, mengarah kepada kejadian beberapa hari yang lalu dimana dia melindungiku dari serangan pulpen.

"bahkan jika itu adalah sebuah peluru atau seseorang akan menusukku, aku juga akan melakukan hal yang sama dan melindungimu dengan cara apapun," dia membalas balik.

"tapi kau terluka! jika aku tidak menemukanmu di jalanan, apa yang akan kau lakukan?"

wajahnya menjadi cerah sedikit.
"kau sengaja mencariku di jalanan?"

aku tergagap lalu menyilangkan tanganku, "t-tidak, aku pastinya tidak akan melakukan itu."

dia masih tersenyum seperti idiot, "terima kasih banyak, cho youn."

untuk pertama kalinya, aku membalas senyumannya. "sama-sama."

aku mempunyai perasaan hangat di hatiku, dan barangkali, ini yang aku mungkin bisa bilang sebagai rumah.

"baby!" suara lain memanggil.

aku dengan cepat berbalik dan melihat itu adalah taehyung, berdiri di tepi jendela.

-

Home > PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang