sept

19 7 0
                                    

jantungku berdegup kencang lalu dengan cepat aku melepaskan tanganku dari genggamannya. dia terlihat sedikit bingung dan aku mengambil kesempatan ini untuk berlari ke sisi lain ruangan ini dan menetap disana. hal baiknya adalah, hoseok sedang tidur jadi aku tidak akan terganggu.

pipiku masih masih merah karena pernyataannya. aku seharusnya tidak merasa seperti ini. faktanya, aku seharusnya tidak pernah merasa seperti ini.

aku membencinya, aku benci perlakuannya, aku benci betapa kotornya dia, dan aku benci semuanya, setiap hal tentangnya.

aku langsung menyesal ketika aku melihat ke atas. di sana ada dia lagi, tersenyum sangat cerah seperti tidak ada seorangpun atau tidak ada yang lebih cerah darinya.

---

kita akhirnya di bebaskan setelah 24 jam dan opsir jeon berdiri di depan kami lalu dia menyeringai pada hoseok. "jadi, adakah hal yang tidak suci terjadi?"

hoseok mendengus kesal, "aku terlalu lelah untuk melakukan hal itu."

opsir jeon mendorongnya bercanda dan memukul bagian belakang kepalanya. "aku berharap untuk tidak melihatmu lagi."

"aku tidak pernah mau melihatmu, lagian."

hoseok pergi dan opsir jeon, pengemis itu, dan aku masih disini. opsir jeon memberi kami berdua sebuah senyuman sebelum pergi dan sekarang, hanya tersisa kami berdua.

aku masih bisa mengingat kejadian kemarin dan aku pastinya tidak mau berjalan bersamanya. di dalam penglihatanku, aku melihat para pengawal berdiri di dekat pintu masuk kantor polisi. aku berjalan menuju kesana dan meninggalkan pengemis itu sendirian lalu kembali ke toko.

---

toko sepi seperti biasanya. tokoku tidak pernah ramai, lagian. tapi hal baiknya adalah, pelanggan kali ini sedikit lebih banyak daripada terakhir kalinya.

aku menjatuhkan sikuku ke atas konter untuk menopang daguku. aku hampir tertidur karena sejak beberapa hari terakhir, aku belum tertidur dengan benar.

anehnya, pengemis itu tidak datang untuk mengangguku atau tidur di luar tokoku lagi. aku rasa dia sudah pergi ke jalanan lain karena para penjaga sudah mengusirnya pergi.

well, bukannya aku merindukannya lagian.

saat itu juga, seorang pelanggan datang. dia berpakaian hitam dari atas hingga ujung kaki. termasuk topi dan kacamata.

dia berjalan menuju bagian pulpen dan pensil berada. aku berdiri, bersiap untuk melayaninya ketika dia selesai memilih barangnya. tapi kemudian, hanya beberapa menit kemudian, dia berjalan keluar toko dengan tergesa-gesa.

aku menghela dafas lalu duduk lagi.

"keluar dari sana sekarang juga!" suara lain berseru. aku melihat keatas dan melihat itu adalah pengemis itu lagi.

"tidak, ini adalah tokoku-"

"cho youn, pergi dari sini sekarang juga! disini tidak aman!" dia berteriak padaku. aku menyilangkan tanganku, tidak mau berpindah dari spotku.

"aku mohon cho youn, dengarkan aku!"

"ini adalah tokoku, dan pastinya aku tau apakah tokoku itu aman atau tidak, kenapa kau malah mengada-ngada-"

tiba-tiba aku mendengar suara ledakkan dan pengemis itu berjongkok bersamaku dan dia memelukku dengan erat. punggungnya menghadap alat-alat tulis dan hal yang aku tau selanjutnya, semua alat-alat tulis terbang ke arah kami lalu aku menutup mataku dengan erat.

saat aku membukanya lagi, aku melihat pengemis itu melindungiku dari alat-alat tulis agar aku tidak terkena olehnya. dia sendiri sedang terbentur alat-alat tulis.

"cho youn," dia terengah-engah saat dia sedang mengambil nafas. "kau tidak apa-apa?"

"itu kenapa aku menyuruhmu untuk pergi keluar dari toko. orang yang masuk ke tokomu barusan menaruh bom di bagian pulpen," dia melanjutkan

aku membuka mulutku tetapi aku menutupnya lagi saat aku mengetahui aku salah sangka padanya. aku merasa menyesal dan bersalah.

"tapi walaupun begitu, hal yang paling penting adalah, kau baik-baik saja."

----

Home > PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang