28.Darah

6.2K 287 0
                                    

"Gue pulang duluan ya ra?."

Dara mengangguk.Memilih untuk masuk ke dalam rumah.Sedikit berjalan lemas,entah kenapa setelah bermain dengan Langit badannya terasa sakit.Pusing juga menghantuinya.

"Darimana ra?."Dara menoleh menatap Syifa.Gadis itu sedang berada di depan lemari pendingin.

Mungkin sedikit meneguk air dingin adalah pilihan yang bagus."Main sama Langit."

"Gue duluan."

Dara segera berjalan ke kamar dan membersihkan diri.Setelah mandi,ia segera duduk di depan cermin.Menatap wajahnya yang akhir-akhir ini sedikit pucat.

"Kepala gue pusing banget."rintih Dara sambil memegangi kepalanya yang terus berdenyut.Sampai setetes darah keluar dari salah satu lubang hidungnya"Darah?."

Dara segera membersihkan darah yang masih terlihat jelas.Setelah selesai,segera menidurkan tubuhnya.Walau itu terasa sulit.

***

Seperti biasa,Dara dan kedua temannya menghabiskan waktu di kantin ketika istirahat.Menu mie ayam berbumbu pedas,tak pernah absen dari daftar makan mereka.

"Sambalnya mana?,gue nambah lagi dong."Mata Dara sibuk mencari wadah kecil yang berisi sambal kesukaannya.

"Berhenti ra,nanti perut lo sakit.Ini udah ketiga kalinya lo cari menu favorit lo itu.Boleh lo suka pedes,tapi jangan berlebihan ra."

Bukannya mendengarkan,Dara malah menambah satu sendok kecil sambal kedalam mangkukknya.

"Mau mati ra?."Kini giliran Sheila yang menghujatnya.

Dara menghela nafas."Kalian makan aja.Nanti kalo kenapa-napa,yang tanggungkan gue bukan kalian.So?."

"Eh?"

"Apa Nay?"tanya Sheila.

"Lo belum cerita tentang Langit temen lo itu.Gini ya,gue itu penasaran banget.Waktu kemarin lo pura-pura gak kenal,pulang sekolah lo malah main sepedaaan."

"Tunggu."Dara menjeda aktivitasnya."Lo tau dari mana?.Lo ngikutin gue sama Langit?."

"Gue gak ngikutin.Tapi gak sengaja lihat."Bela Nayla.

"Itu sama aja kalik."sahut Sheila.

Dara meneguk es tehnya sampai habis."Oke gue ceritain."

"Langit itu temen masa kecil gue dulu.Waktu SMP,dia pindah tanpa alasan.Sampai hari kemarin,doa gue baru dikabulin.Bertemu Langit."

"Terus kenapa lo gak kenal gitu,waktu pertama kali lihat dia?."

"Terakhir kali gue lihat dia waktu SMP,tinggi dia masih sama kayak gue.Lah sekarang?,dia beda banget.Mana bisa gue kenal sama dia?.Sampai dia ngucapin nama panjangnya,gue baru ngeh waktu itu."

Keduanya mengangguk paham.

"Kalian tau nggak?"tanya Dara."Yang ngikutin kita waktu pergi bertiga itu Langit."

"Ha?!."

Dara mengangguk meyakinkan."Dia sendiri yang bilang.Alsannya gak usah di jelasin,kalian pasti tau."

"Dia suka sama lo?"

"Ngaco lo Shei.Mana mungkin dia suka sama gue,kita cuma sahabatan."

"Bisa aja ra."Kini giliran Nayla yang angkat bicara."Emang lo tau,dia suka sama lo apa nggak?"

"Gue juga tanya,emang lo juga tau?"

"Gur pergi dulu."lanjutnya.

Dara berjalan ke perpustakaan.Menurutnya,Langit ada disana.Jika tidak maka ia akan mencari ke tempat lain.

Sampai pandangannya jatuh pada sosok bertubuh tegap tengah berdiri diantara rak buku yang berjejer rapi.Sangat mudah mengenali Langit dalam keadaan yang lumayan ramai.

"Langit."

Langit menoleh.Sebuah senyuman tercetak jelas di raut wjahnya.

"Udah makan?."

Dara mengangguk.Memilih untuk segera duduk bersama Langit."Lo?."

"Udah."

"Ra,lo sakit?.Muka lo pucet gitu.Ke UKS ya?."

"Gak usah."sergah Dara."Cuma kecapekan aja kok.Nanti juga sembuh habis minum obat."

"Beneran gak papa?."

Dara menggeleng.Seketika rasa pusing mengelilinginya.Sedikit memijat pelipis untuk mengurangi rasa sakit,tapi tetap saja rasa sakit terus ia rasakan.Tubuhnya seakan kehilangan kesimbangan.Langit yang melihat itu,segera mendekat ke arah Dara.

"Astaga,lo kenapa ra?."tanya Langit panik.Sampai cairan merah mengalir dari lubang hidung Dara."Da-darah?."

"Diem Lang."

"Se-sejak kapan lo kayak gini?.Jawab ra!!"saking paniknya,Langit tak sengaja membentak Dara.Tapi,hal itu tak bereaksi apa-apa.

"Udahlah.Nanti juga sembuh,gue gak papa.Sekarang lo masuk,nanti kita pulang bareng."

"Gimana gue gak khawatir ra?!.Sekarang kita ke dokter."paksa Langit,namun Dara menolak."Kenapa?"

"Gue gak bisa bolos Lang."

Dengan paksa Langit menggendong Dara."Gue gak peduli.Lo harus pergi sekarang."

Langit segera berlari.Tak memperdulikan tatapan penuh tanya yang di berikan pada murid.Sedikit bujukan Langit lakukan,agar bisa keluar sekolah pada jam belajar berlangsung.Setelah mendudukkan Dara di bangku penumpang,dengan segera Langit melajukan kecepatan tinggi.Untung saja,hari ini ia membawa mobil.

Setelah sampai,Langit segera menggendong Dara.Memanggil beberapa petugas yang lewat,akhirnya Dara segera diperiksa.

"Keluarga pasien?."

Langit segera menghampiri dokter yang memeriksa."Saya temannya dok."

"Apakah keluarga pasien tidak ada?."

"Keluarganya sedang sibuk.Ada apa?."

"Saya belum bisa memastikan,apa yang terjadi pada teman anda.Kita tunggu saja hasil pemeriksaan tadi.Saya permisi dulu."

Langit mengangguk.Segera menghampiri Dara yang mencoba mendudukkan diri di atas ranjang.

"Gue gak papa kan?.Lo aja yang lebay Lang."

"Dirawat disini ya ra?."

Dara terkekeh pelan."Ngaco lo Lang.Nanti kalo keluarga gue tahu gimana?,mereka pasti khawatir."

"Lo pulang dalam keadaan pucet kayak gitu,mereka pasti juga khawatir."

"Emang gue sakit apa Lang?."

"Nanti hasilnya gue kasih ke lo."

Hay...masih pada nunggu cerita ini nggak?Maaf ya baru update.Lagi gak ada ide soalnya.

Buat Cast Langit,aku sengaja gak kasih.Karena Andara sebentar lagi juga bakal tamat.Makasih perhatiannya🙏

Andara(completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang