27.Pernyataan Langit

5.3K 266 0
                                    

"Ternyata lo bisa nangis juga."celetuk Langit yang langsung di beri jitakan oleh Dara.

Keduanya memilih untuk ke taman belakang,dan menyudahi acara menangis tadi.Setidaknya,mengobrol adalah hal baik untuk mencairkan suasana.Keduanya sempat merasa canggung.Untung lelucon unfaedah Langit membuat keduanya membuang jauh-jauh rasa canggung.

"Lo pikir gue bercanda?.Gue serius tau."

"Iyain aja biar seneng."

Dara mencebik kesal.Hatinya terasa hangat saat mendengar suara Langit.Entah ada apa dengan dirinya,ia tak tahu.

"Bisa jelasin,kenapa lo lakuin hal bodoh kayak gitu."

"Harus sekarang?."

"Gak,tahun depan.Ya sekarang!."

Langit terkekeh pelan.Ternyata Dara masih tetap sama.Yang membedakan hanyalah wajahnya yang semakin cantik dan tubuhnya bertambah tinggi.Memang Dara salah satu teman ceweknya yang paling tinggi diantara lain.Langit segera melupakan hal itu.

"Waktu itu kita baru masuk kelas VII,di SMP yang sama.Di waktu yang sama,perusahaan papa gue lagi krisisnya.Semua keluarga sibuk cari bantuan buat keselamatan ekonomi gue.Akhirnya ada yang nawarin bantuan,tapi kita terpaksa pindah ke Australia.Gue terpukul banget waktu itu.Mana bisa gue ninggalin lo ra?."

"Apalagi gue gak sempet pamit sama lo."lanjutnya.

"Kenapa lo gak bilang dari awal,kalo keadaannya kayak gitu mungkin papa gue bisa bantu."

"Gak usah dibahas.Lagian sekarang keluarga gue udah balik ke rumah lama."

Mata Dara berbinar.Seakan melihat harta karun di diri Langit.

"Jadi kita bisa main lagi dong?."

"Iya."

Keduanya diam.Membiarkan pikiran masing-masinh yang menjadi titik fokus.

"Dara?."

"Kenapa?"Dara menatap Langit penuh tanya.

"Maaf,"

"Buat?."

"Semuanya.Semua yang gue lakuin di masa lalu,mungkin gak akan bisa lo maafin."

Dara tersenyum."Gue bakal selalu maafin lo kok.Percaya."

"Gimana kalo nanti kita main naik sepeda.Pakek sepeda lama lo ada kan Lang?."lanjut Dara.Memilih untuk menghangatkan suasana.

"Setuju.Masih ada kok."

***


Bel tanda pulang berbunyi nyaring.Semua murid bersorak,tak sabar ingin segera meninggalkan kelas.Sama dengan Dara dan ketiga temannya.

"Dara,kenapa lo gak bilang kalo Langit itu sahabat lama?."tanya Nayla yang diberi anggukan Sheila.Ketiganya tengah berjalan keluar kelas.

"Gimana mau bilang,kalo gue sendiri baru tahu."

"Lo pulang sama siapa ra?."

Dara mengedarkan pandangan,mencoba mencari jawaban dari pertanyaan Nayla.Sampai matanya tak sengaja menatap sosok Langit di depan gerbang.

"Tuh.Gue duluan."

"Langit?!!."

Dara terkekeh pelan.Mengabaikan keterkejutan kedua temannya.

"Ini motor lo Lang?.Kayak pernah lihat."

"Dimana?."

"Kemarin,waktu gue sama Nayla dan Sheila pergi makan.Mirip banget."

"Kalo emang motor ini yang ngikutin lo gimana?."

"Maksud lo?."

"Nanti aja,naik gih."

Dara mengangguk,lalu menaiki motor Langit.Menduduki jok yang masih tersisa.Kemudian Langit segera melajukan motornya keluar sekolah.

"Maksud lo apa tadi?."

"Gue yang ngikutin kalian waktu pergi kemarin.Udah lama gue tinggal di rumah lama.Gue sengaja ngikutin lo Ra."

Dara menjitak kepala Langit,yang kebetulan sudah terlindung helm.

"Gila ya lo!!.Gue kira penjahat,ternyata lo orangnya ?!."Dara sedikit berteriak.Suara bising kendaraan,mengharuskannya sedikit meninggikan suara.

"Dikira gue apaan.Cuma iseng aja."

Mereka tertawa lepas.Tak memperdulikan tatapan pengendara lain yang lewat di sekitar mereka.Setelah melewati perjalannan yang panjang,akhirnya mereka sampai di sebuah rumah bercat hijau.

"Mama lo ada?"

Langit menoleh,tak menjawab pertanyaan Dara.Memilih untuk memarkirkan motornya kedalam Garasi.Setelah itu,Langit menghampiri Dara yang masih berdiri di dekat pagar depan.

"Gak ada dirumah,lagi kerja.Masuk yuk."

Dara hanya mengikuti langkah Langit.Hanya pemandangan ruang tamu yang Dara lihat saat mereka memasuki rumah"Duduk dulu.Gue buatin minum,mau apa?."

"Apa aja deh.Yang penting airnya mateng sama jangan di kasih racun."

"Siap."

Begitulah Dara.Ia merasa bebas bersama Langit,entah alasan apa yang mendeskripsikan keadaannya saat ini."Makasih."

Langit mengagguk.Setelah menyodorkan es susu pada Dara"Sekarang ra?"

"Iya.Mau kapan lagi?"

"Tunggu depan."

Dara mengangguk dan mengikuti perintah Langit.Sedangkan Langit tengah sibuk mengambil sepeda di dalam garasi.Dara sempat takjub,takkala melihat sepeda Langit masih terlihat bagus.Mungkin ia rajin merawatnya.

"Masih baguskan?."Langit tersenyum bangga."Buruan naik."

Dara mengangguk."Kita mau kemana?."

Bukannya menjawab,Langit malah mengayuh sepedanya meninggalkan pekarangan rumah.Dara hanya bisa menghela nafas.Semakin jauh,Langit semakin mempercepat laju sepedanya.Bukannya Dara takut atau memarahi Langit,ia malah tersenyum senang.

"Seneng banget kayaknya?."

"Iya.Lain kali kayak gini lagi ya?.Gue harap ini bukan terakhir kalinya gue main sama lo."

"Siap."

Segitu aja ya,gak usah banyak banyak.Kali ini aku sengaja gak kasih cast buat Langit,karena bentar lagi Andara bakal tamat.Mohon vote bagian ini

Terimakasih.

Andara(completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang