Chapter 7

79 7 0
                                    

Anasya's POV

Aku mengedip-kedipkan mataku berkali-kali. Sinar cahaya lampu sangat menusuk mataku. Bau-bau obat mulai menyerangku lagi. Rasanya seperti di rumah sakit.

Aku melihat sekelilingku, ternyata aku berada di rumah sakit. Pantas saja tempat tidurnya lebih enak dari kamarku, dan bau-bau obat-obatan langsung menyerangku.

Ugh.. kepalaku!

Aku memegang kepalaku yang tampaknya sedang di perban. Aku kemudian beralih menatap Maya yang sedang menatapku khawatir.

Tipikal.

"Berapa lama aku di sini?" tanyaku sembari menyerit rasa sakit.

Entah mengapa aku tidak bisa menggerakkan leherku, sepertinya leherku patah dan mereka memakai sesuatu di sana.

Aku tidak tahu apa benda itu.

Sama sekali tidak tahu.

"Kau sudah berada di sini selama satu tahun," jawab Maya yang membuat mataku melotot.

"Apa?! Satu tahun?!"

Seandainya aku bisa berteriak aku akan berteriak sekarang! SATU TAHUN? SATU TAHUN?! 

Tiba-tiba Maya tertawa, dan itu membuatku menatapnya bingung sedangkan firasatku berkata aku akan membunuhnya.

Apa ini?

"Aku bercanda, Ana. Aku di sini baru sehari," ujar Maya.

Itu dia..

Aku mengambil bantal yang berada di belakangku dan melemparnya ke wajahnya. Maya masih saja tertawa. Menyebalkan.

Untung saja Maya sahabatku, kalau bukan.. doa tidak dapat membantunya.

Setelah tawa Maya reda, aku mulai berbicara pelan-pelan, "Kau ini menyebalkan!"

"Kalau begitu mengapa kau berteman denganku?" ujar Maya dengan wajah sombong dibuat-buatnya.

"Kau membuatku khawatir jika aku tidak akan masuk kampus, tau!"

Maya terkekeh, "Iya iya. Maaf."

Aku memutar bola mataku jengah. Dia ini memang manusia yang menyebalkan! Selalu membuatku takut, khawatir, dan lain-lain.

Untung saja stok kesabaranku masih banyak untuk berhadapan dengannya.

Tiba-tiba wajah Maya berubah menjadi serius, "Ana, apa yang terjadi kemarin?" tanya Maya.

Mendengar pertanyaan itu, otakku mencoba untuk mengingat-ingat kejadian kemarin setelah aku sampai di rumah.

"Seseorang menyerangmu kah?" tanya Maya saat aku tak kunjung menjawab pertanyaannya.

Aku menatap Maya, "Ya, dan dia bukan makhluk hidup. Entah mengapa ia menyerangku. Tapi... Argh!"

 Kepalaku sakit, aku tidak bisa mengingatnya jelas. Ini akan memerlukan waktu.

Maya yang tadi duduk di kursi pun mendekat, "Sudah, jangan dipaksa. Kau lebih baik istirahat dulu, aku akan menunggumu di sini," ucap Maya.

Karena tidak bisa mengangguk, aku menaikkan kedua alisku sebagai jawaban. Aku menutup kedua mataku dan berpikir pelan-pelan.

Sosok itu tiba-tiba mencekikku dengan kuat sampai tubuhku melayang dan menubruk tembok, mengapa? Dan, bagaimana ia bisa tahu tentang Steven?

Mengapa sosok itu menargetkan diriku?

Saat aku membuka mataku, aku melihat Maya sedang mengotak-atik HP-nya. Baguslah jika ia tidak tahu aku masih bangun.

"Maya?" panggil seseorang dengan suara familier. Siapa lagi jika bukan Dominick?

Mendengar suara Dominick aku langsung memejamkan mataku dan memasang telinga. Ini akan menjadi hebat, pikirku.

Maya's POV

Mendengar namaku dipanggil, aku kemudian beralih dari HP-ku ke sosok yang tengah membawa sebuket bunga dan memanggilku.

Oh, dia!

Bagaimana ia bisa tau Anasya dan aku di sini? Perasaan aku tidak memberitahu siapa-siapa!

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanyaku jutek.

"Aku mendengar jika Anasya di rawat di sini. Aku ke sini bermaksud untuk menjenguknya."

"Kau sudah menjenguknya. Sekarang, pergi!" usirku.

Domi langsung menaruh buket bunga itu di sebelah vas bunga yang berada di meja dekat jendela. Setelah itu, Domi menatapku dan Anasya berganti-gantian.

Aku tahu dia hanya mengkhawatirkan Anasya. Toh, dia menjenguk Anasya kemari, itu sudah bukti yang konkret untukku!

Aku menatap kembali HP-ku seakan sibuk di sana. Ya, tentu aku sangat sibuk. Sibuk menatap foto-foto artis K-POP yang ganteng! Auwh!

"Bagaimana kondisinya?" tanya Domi.

"Dia tadi sudah bangun, tapi aku suruh tidur lagi," jawabku tak menatapnya.

"Baguslah."

Aku menaikkan kedua alisku sebagai balasan. Aku kini muai merasa jika Domi merasa canggung sekarang. Buktinya ia berdiri di sana menatapku seperti orang bodoh!

Gosh! Lebih baik dia mati saja!

Dua menit sudah berlangsung aku berdecak kesal dan menatapnya,  Domi masih saja menatapku dengan tatapan yang sama, sendu.

"Ada lagi yang kau ingin lakukan di sini?" tanyaku.

"Aku ingin meminta maaf atas kejadian kemarin," jawab Domi.

"Di terima, sekarang pergi! Aku sudah muak melihat wajahmu!"

Uh.., sepertinya kalimatku yang itu cukup menusuk ke hati. Meh.., aku tidak peduli. Ia berhal mendapatkannya.

Ia alasan mengapa Anasya masuk ke rumah sakit.

Jika Domi tidak menyatakan perasaannya pada Anasya kemarin, Anasya tidak akan pulang cepat tanpa diriku dan dengan perut kosong, serta berada di sini.

Apa lagi makhluk terkutuk yang mencekik Anasya! Ugh.. aku sangat mengutuknya! Di tambah Domi masih berada di sini!

Ini sungguh membuat moodku menjadi berantakkan!

Spesialis kemarin malam! Mengapa Domi mengungkit kemarin malam dengan permintaan maaf? Maaf tidak ada gunanya untuk diriku saat ini!

Dominick's POV

Aku laki-laki terkutuk, laki-laki buta, laki-laki terhina.

Aku sebenarnya di sini tidak untuk menjenguk Anasya, aku kemari karena Maya. Dan bunga itu? Bunga itu untuk Maya, bukan Anasya!

Namun jika dipikir-pikir lagi, bunga itu cocok pada Anasya.

Aku kemarin merasa sangat bersalah dan bodoh pada kedua gadis yang berada di hadapanku. Spesialis Maya, gadis yang ternyata sudah menyukaiku sejak lama. Entah dari kapan, namun lama.

Aku sangat ingin menebusnya. Tapi, bagaimana?

Jika kalian bingung bagaimana aku bisa tahu Anasya san Maya di sini, begini kronologisnya. Hari ini aku berniat mengajak Maya untuk berbicara. Aku tahu Maya akan kembali pada Anasya, itu mengapa aku pergi ke rumah Anasya siang ini.

Tapi, saat aku mengetuk rumah tidak ada orang. Tiba-tiba, tetangga Anasya berkata jika Anasya masuk ke rumah sakit. Aku tidak bertanya padanya rumah sakit yang mana, karena aku sudah tahu rumah sakit mana; Rumah Sakit milik Paman Maya.

Jika sesuatu terjadi dan bersangkutan dengan medis, Maya pasti akan selalu datang padanya. Selalu.

----

Hai maaf ya baru bisa UP sekarang. Aku soalnya gak ada inspirasi kemarin-kemarin. Tapi, saat priaku datang lagi, segala inspirasiku datang begitu saja.

Dia sumber inspirasiku. Aku sih juga berterima kasih sama sahabatku karena sudah memberikan aku inspirasi juga!

JANGAN LUPA VOTE BAB YANG KAU SUKA!!

JANGAN LUPA VOTE! 


Gadis 2 Dimensi: Campus HorrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang