Chapter 4

84 8 0
                                    

Anasya's POV

Setelah makan malam tadi, aku merasa sedikit canggung. Apa lagi pengakuan Dominick tentang perasaannya padaku. Aku kini sedang berada di rumahku, sendirian.

"Ana, bolehkah aku berbicara dengan mu sebentar?" tanya Domi, sambil berdiri.

"Tentu," jawabku. Aku lalu menoleh pada Maya, "Sebentar."

Aku dan Domi kemudian pergi meninggalkan Maya sendirian di meja. Aku mengikuti Domi dari belakang.

Kira-kira apa yang ia ingin bicarakan?

Beberapa saat kemudian, kami tiba di sebuah taman indah.

Aku menyukainya.

Aku lalu menatap Domi yang sedikit.. gugup?

"Dom! Ada apa?" tanyaku.

"Ana, aku menyukaimu."

"Aku tahu, dan aku juga menyukaimu," balasku tanpa berpikir panjang.

"Benarkah?"

"Iya, kau temanku. Bahkan sahabat setia, kau bagaikan saudaraku sendiri, dan aku senang akan hal itu."

"Apa?" tanya Domi yang terkejut.

"Ada apa, Dom?"

"Aku menganggapku sebatas teman saja?"

Aku menganggukan kepalaku.

Tiba-tiba Dominick melangkah maju mengkikis jarak diantara kami. Kedua tangan besar Dominick menggenggam kedua tanganku dengan lembut dan hati-hati bagaikan barang yang mudah pecah.

"Ana, yang aku maksud tentang menyukaimu adalah bukan sebatas teman saja. Namun, lebih dari teman. Aku mencintaimu Ana, sangat. Lebih dari kata teman. Apakah kau ingin menjadi pacarku?" tanya Domi.

Wow! Dia sangat spontan sekali! Terlalu spontan lebih tepatnya.

Tanpa berpikir panjang, aku menghempaskan tangannya dan menamparnya hingga pipinya merah.

Plaak..

Domi menyentuh pipinya yang terasa panas itu sambil menyeringat.

"JANGAN MENDEKATI AKU LAGI!!!"

Aku membalikkan tubuhku dan berlari meninggalkan Domi sendirian di taman.

"ANA! ANASYA!"

Panggilan Domi aku gubris, namun, aku tahu ia mengejarku dari belakang. Itu mengapa aku memilih pergi dari restoran terkutuk itu.

Oh.. Maya!

Aku lupa kalau ia berada di sana, dan aku pergi meninggalkannya? Teman macam apa aku ini?!

Aku harus segera meneleponnya.

Saat aku hendak mengambil handphone-ku

Prang..

Tiba-tiba ada piring pecah yang berasal dari dapur.

Aku melirik jam yang bersinggah di dinding kamarku, jam menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Di rumah tidak ada siapa-siapa, sepi bagaikan kuburan dan hanya ada aku saja sebagai penghuni rumah ini.

Tidak ada tikus, cicak, pengurus rumah yang bersinggah di rumah inu selain diriku.

Maya tidak mungkin bisa masuk, ia tidak memiliki kunci rumahku.

Entah sudah berapa lama aku berdiam karena suara itu, saat aku tunggu-tunggu itu mungkin khayalanku saja.

Saat aku hendak kembali menelepon Maya.

"Anasya..," panggil seseorang.

Tiba-tiba lampu kamarku mati-nyala-mati-nyala dengan sendirinya.

Aku langsung bangkit dari tempat tidurku. Aku sudah mulai was-was. Apa yang terjadi?

"Anasya..," panggil suara itu lagi.

"Siapa disana?!"

"Hi hi hi, jadi ini Anasya yang terkenal itu? Menyelamatkan seantro sekolah? Dan membebaskan Steven?"

"Iya! Siapa disana?! Tunjukkan dirimu!" perintahku.

Tiba-tiba bulu dukuku berdiri, merasakan sensasi yang dingin. Siapa ini? Apa yang ia inginkan dariku?

Tanpa aku sadari, pintu balkonku tebuka sangat lebar, di tambah angin kencang, petir, dan daun-daun dari pohonku bertiupan masuk ke dalam kamarku. Diantara mereka, terdapat sosok putih dengan rambut hitam yang terbang memasuki kamarku.

Ia terbang mendekati aku dengan kedua tangannya lurus kepadaku seakan ingin mencekikku, kakinya yang pucat pasi lurus ke bawah menampakkan berbagai luka disana.

Siapa ini?

----
Buang nafas...

Maaf ya gak bisa panjang-panjang, dari HP soalnya.

Kelanjutannya abis ini nih..

JANGAN LUPA VOTE BAB YANG KAMU SUKA ya..

Jangan lupa VOTE.

Gadis 2 Dimensi: Campus HorrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang