Chapter 12 // Campus

108 7 0
                                    

Double Up! 

Siapa yang senang? Aku senang!

Ada yang mau Triple Up?

***

Tampaknya hidupku sudah mati, saat tubuhku melayang ke bawah, aku menjadi tontonan, dan kini aku dapat melihat kiasan-kiasan kehidupanku sejak kecil hingga saat ini.

Well.., tampaknya ini akhir dari hidupku.

***

Anasya's POV

"Tidak hari ini," ucap sosok dengan suara yang familier di telingaku.

Begitu aku membuka mataku, ternyata ada Stevan yang kini sudah menangkapku dengan selamat di daratan. 

Saat aku menatap sekelilingku, semuanya masih berjalan. Berjalan dalam arti bukan di dimensi Stevan, melainkan di dimensi biasanya. Saat aku menatap jam tanganku, waktu masih berjalan.

Bagaimana ini bisa?

"Waw, dia tampan sekali." aku mendengar banyak perempuan yang berbisik. Mereka mungkin terpesona dengan Stevan.

"Stevan, bagaimana-"

"Aku bisa menjelaskannya nanti, tapi tidak sekarang." Stevan kemudian menggenggam tanganku, "Ayo, kita harus pergi sekarang." Stevan lalu membawaku pergi dari pesta, namun aku menahannya.

Stevan menatapku dengan tatapan gelap, "Apa yang telah kau lakukan?" tanyaku.

"Anasya," ucap Stevan.

"Jawab aku! Apa yang telah kau lakukan?"

Mata Stevan kini berkaca-kaca, "Kita tidak punya waktu untuk ini," ucap Stevan sambil menarikku.

Aku langsung menghempaskan tangan Stevan dariku. Bagaimana ia bisa menjadi fana lagi? Bagaimana ia bisa menyentuhku? Bagaimana semuanya dapat melihat Stevan? Apa yang telah ia lakukan?!

"Tidak. Tidak sampai kau menjelaskan semua ini padaku!" pekikku.

Aku tidak peduli bila kami sekarang menjadi sorotan. Aku ingin jawaban, dan aku menginginkannya sekarang.

"Anasya! Apakah kau tahu berapa lama kau menghilang?! Kau menghilang selama tiga jam! Aku mencarimu ke mana-mana. Maya sekarang dalam bahaya," ucap Stevan dari nada tinggi ke merendah sambil mencengkeram kedua pundakku.

Apa?

Tiga jam?

Aku padahal baru pergi tiga menit!

Aku langsung masuk ke dalam dan mencari Herman. Tak lama kemudian, aku menemukannya sedang minum-minum.

"Herman! Di mana Maya? Di mana Maya?!" pekikku sambil menahan diri agar tidak menonjoknya.

"Dia pergi bersama temanku ke kampus. Mereka ingin mencari setan," jawab Herman setengah mabuk.

Itu dia!

Aku langsung menonjok Herman dengan keras hingga ia tak sadarkan diri dan jatuh ke lantai. Semua orang tampaknya terkejut dengan apa yang barusan terjadi, namun Stevan tidak. Dia lebih memilih untuk menyeringai saja.

Tanganku langsung terasa sakit dan merah.

"Sini," ucap Stevan sambil menggapai tanganku.

Ajaib!

Stevan mengeluarkan cahaya biru keputihan dari tangannya, dan kini tanganku sembuh. Aku menatap tanganku dan Stevan berganti-gantian.

"Aku akan menjelaskannya nanti, aku janji," ucap Stevan sebelum menarik tanganku pergi dari pesta itu menuju kampus.

Maya, ku mohon. Jangan lakukan hal-hal yang bodoh. Please!

----

Sampai jumpa tanggal 3!


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gadis 2 Dimensi: Campus HorrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang