Chapter 9 // Campus 1

68 9 0
                                    

Hai.. maaf ya membuat kalian menunggu lama.

Jangan lupa VOTE ya..

Enjoy..

***

Author's POV

Setelah pulang dari rumah sakit delapan hari yang lalu, Anasya dan Maya kini sudah memulai kehidupan mereka di kampus. Hari ini adalah hari pertama mereka menginjak tanah kampus mereka.

Anasya menunjukkan senyumannya yang lebar di wajahnya yang cerah itu, bahkan Anasya berjalan dengan semangat saat melewati koridor-koridor kampus itu. Sedangkan untuk Maya.., dia terlihat lelah.

Anasya's POV

"Maya, jam berapa kau tidur semalam?" tanyaku sembari menyenggol lenganku padanya.

Sungguh, ini keterlaluan! Semenjak Dominick pergi untuk kuliah di luar negeri, dan semenjak Dominick pergi dari rumah sakit alias kamar rawatku, Maya berubah menjadi kurus dan bermata panda.

"Hu? Oh, aku tidak apa-apa, Ana. Aku hanya terlambat tidur saja," jawab Maya lemas.

Yang benar saja! Terlambat tidur? Aku kemarin menelepon rumahnya dan yang menjawabnya adalah ibunya. Ibunya saja berkata bahwa Maya sudah tertidur pulas! Aku meneleponnya pukul tujuh malam! Tujuh malam!

Haaa.....

Apakah Maya terpuruk karena Domi sudah tidak dengan kita lagi? Maksudku, ya aku pernah terpuruk saat harus merelakan Steven pergi, rasanya sangat kosong.

Tapi mau bagaimana lagi? Steve sudah meninggal saat kami bertemu. Oh, aku kini sangat berharap jika Steve masih hidup. Apakah dia dan aku bisa jadi..? Oh mana mungkin!

Omong-omong, berbicara tentang Steven aku jadi teringat tentang malam di mana aku di serang oleh sosok itu. Apa yang sosok itu inginkan by the way?

Dia bisa saja datang kepadaku dengan lembut daripada melakukan itu padaku. Dia juga membuatku terpaksa membakar tangannya. Entah aku merasa bersalah atau tidak, dia sangat berhak mendapatkannya.

Hantu mana yang berani mencekikku dan menyerangku seperti dirinya? Dan, lebih tepatnya lagi, bagaimana dia bisa tahu tentang Steven?

Oh, banyak sekali pertanyaan di dalam kepalaku ini.

Aku dan Maya kini sedang berada di lorong piala, tiba-tiba mataku tidak sengaja menangkap peraturan kampus.

1. Setelah selesai dari kampus harus langsung ke asrama atau ke kost kalian masing-masing.

2. Seluruh anggota kampus tidak boleh berada di kampus pada jam 00.00-03.00 jika kalian ingin hidup.

Tunggu! Jika kalian ingin hidup? Apa yang mereka maksud jika kami ingin hidup? Apa yang terjadi?

Tunggu sebentar, bukankah pukul 00.00-03.00 sering di katakan 'Pukul Maut'? Sesuatu pasti tidak beres di sini, dan aku harus mencari tahu!

Setelah puas membaca peraturan kampus, aku menoleh menatap Maya yang berdiri di depan lemari piala seperti orang bodoh.

Gadis ini sama sekali tidak menunjukkan senyumannya. Biasanya Maya orang yang terceria yang aku kenal, tapi, sekarang dia tampak seperti mayat hidup. Terkutuklah kau, Dominick!

Aku kemudian memutuskan untuk menghampiri Maya yang masih berdiri di sana, "Hei, kau ingin membicarakannya?" tanyaku sambil menepuk bahunya.

Maya menoleh kepadaku, "Tidak, lebih baik aku diam saja dan melanjutkan hidupku."

Aku menghembuskan nafas kasar melalui hidungku, "Baiklah kalau begitu. Kau ingin minum sesuatu? Aku haus," ajakku yang berharap Maya akan tersenyum.

"Baiklah," jawabnya.

Maya mungkin belum sepenuhnya tersenyum, tapi aku akan pastikan dia kembali tersenyum. Maya adalah sahabat karibku, aku akan pastikan Maya tersenyum bersama pria lain selain Dominick terkutuk itu!

Saat aku dan Maya sampai di kafe yang dekat dengan kampus kami, entah mengapa aku merasa jika ada seseorang yang sedang menatapku dari kejauhan semenjak kedua kakiku menginjak tanah kafe.

Sebelum masuk ke dalam, aku mengedarkan pandanganku. Aneh, tidak ada siapa-siapa di sana. Hanya sekelompok mahasiswa dan mahasiswi yang sedang belajar bersama.

Aku mengangkat kedua bahuku dan bergerak menyusul Maya yang sudah hendak memesan minuman.

Entah mengapa perasaanku kini terasa tidak menyenangkan. Pertama peraturan nomor dua itu, dan yang kedua tatapan yang selalu aku rasakan saat aku mendekati hantu? Sesuatu memang tidak beres di sini!

Oh, bisakah aku mempunyai kehidupan yang normal. Sekali saja! Tidak ada investigasi, tidak ada hantu itu, tidak ada hantu ini. Sungguh, terkadang aku menyesal menjadi seorang indigo.

Tapi mau bagaimana lagi? Apa yang terjadi sudah terjadi.

"Kau ingin memesan apa?" tanya Maya.

"Aku Chocolate Signature Caramel saja yang size medium. Kau?"

"Aku Vanila Smoothie saja," jawab Maya.

Setelah membayar dan duduk di dekat jendela, aku dan Maya tidak berbicara sama sekali. ITU DIA! AKU TIDAK TAHAN LAGI!!

"Maya, kau harus merelakan Dominick. Melihatmu putus asa seperti ini membuatku sesak. Bagaimana nanti malam kita bersenang-senang saja?" usulku.

"Bersenang-senang bagaimana? Dan di mana? Serta jam berapa?" tanya Maya.

"Ya.., aku punya banyak kenalan di sini, mereka mungkin tahu. Mereka senior-senior kita dan mereka tadi sempat mengajakku ke pesta tadi. Bagaimana kau ikut?" tanyaku.

Jujur, aku memang punya banyak kenalan di sini dan mereka semua senior. Setelah aku membaca peraturan kampus, salah satu dari mereka mengajakku ke pesta bersama-sama, dan aku bilang 'Ya dan aku akan membawa temanku yang membutuhkan pengganti hati' padanya.

Senior-senior kenalanku kebanyakan Kaum Adam, dan mereka adalah laki-laki yang aling hits di kampus. Aku harus membuat Maya jatuh cinta pada salat satu dari mereka.

Apa pun risikonya, aku siap menanggungnya.

Maya's POV

Di tinggal orang yang kau cintai memang sakit, apa lagi kau baru tahu jika orang yang kau selama ini cintai itu lebih memilih sahabatmu di bandingkan dengan dirimu.

Sudah delapan hari semenjak aku tidak bertemu dengan Dominick, mungkin dia sekarang sudah sampai di tujuannya.

Dasar pria! Selalu membuat wanita di posisi nomor dua, sedangkan pekerjaan pertama!

Bisakah aku mengutarakan isi hatiku pada pemerintah? Aku benci ini!

Anasya juga benar, aku harus merelakan dan melupakan Dominick. Ya, mungkin pesta ini membuatku bisa melupakan dirinya, mungkin nanti akan ada yang mengisi hatiku lagi.

Aku sangat berharap aku menemukan orang yang tepat untuk hatiku yang menyedihkan ini.

Aku kini langsung menghabiskan Smoothie Vanila-ku sebelum bergerak menuju kamar mandi. Setelah aku menggunakan toilet, aku mencuci tanganku sebelum aku menatap diriku di cermin.

Sungguh, aku merasa diriku sangat menyedihkan. Aku menatap seseorang yang sama sekali tidak menatapku selama tiga tahun!

Aku kemudian mendekati cerminnya sambil membuka tasku. Namun, saat aku hendak memoleskan make up pada wajahku, tiba-tiba aku melihat sosok hitam di pantulan cermin.

Aku terkejut! Aku langsung menoleh ke belakang. Tidak ada apa-apa.

Tidak ingin berlama-lama, aku mengurungkan niatku  dan langsung pergi menemui Anasya.

"Anasya, kau tidak percaya aku tadi melihat apa di kamar mandi!" pekik bisikku mencoba untuk tidak memulai kepanikan.

Anasya langsung berdiri dari duduknya seakan tahu apa yang aku maksud, "Ceritakan padaku."


Gadis 2 Dimensi: Campus HorrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang