Dengan tergesa-gesa seorang gadis berlari-lari menapaki jalan setapak ditepi sungai yang terbuat dari beton dan berkali-kali melihat jam keluaran Caterpillar yang melingkar di tangan kirinya. Tak terhitung berapa kali ponselnya meraung-raung dalam saku celananya, tanpa melihat sang pemanggil ia sangat tahu siapa yang tengah membombardir telpon pintarnya dengan panggilan yang tak henti-hentinya. Dalam hati Rafaeline merutuki dirinya yang lupa waktu karena terlalu asik mengambil potret kehidupan remaja yang sedang bersantai atau melakukan olahraga disekitar sungai. ia sangat tahu konsekuensi apa yang akan ia terima dengan keterlambatannya saat ini. Michelin, sekretarisnya tidak akan henti-henti mengomelinya karena lupa waktu, walaupun ia adalah pemilik kantor sekaligus pimpinan di sana, sekretarinya sekaligus sahabat wanita satu-satunya itu tidak akan segan-segan mengomelinya jika ia lalai bahkan tidak akan memaafkannya jika karena kelalaiannya itu menyebapkan kerugian. Masih segar dalam ingatannya ketika Michelin tidak mau bertegur sapa dengannya karena kelalaiannya dan mereka kehilangan salah satu claient yang sangat berharga dan menyabapkan EO mereka sepih pelanggan, sehingga ia dan crew lainnya harus bekerja lembur untuk memenuhi target bulannannya dan menyebapkan Rafaeline pingsan di lokasi pemotretan.
Dengan nafas yang masih memburu akibat berlari sekitar 1 km, Rafaeline bergegas membuka pintu kantor dan segera berlari menuju elevator yang akan membawanya ke ruang meeting yang berada di lantai dua. Tak lama setelahnya ia berhamburan masuk menuju kursi tamu yang berada dalam ruangan meeting tersebut, yang secara kebetulan pintu ruangannya tidak tertutup. Dari tempatnya berdiri saat ini, Rafaeline dapat melihat tamu yang dijadwalkan melakukan meeting pertama dengan Rafaeline sebagai ketua projek dari Event kali ini. Kebetulan mereka berdua saat itu duduk berhadapan dengan micheline sambil melihat-lihat katalog untuk berbagai konsep pernikahan. Siapapun akan tahu mereka berdua merupakan sepasang kekasi yang hendak menggunakan jasa EO mereka untuk menghandle pernihakan mereka.
Belum sempat Rafaeline menyapa kedua tamu mereka yang kebetulan duduk membelakanginya, terlebih dahulu pandangannya bertemu dengan pandangan Michelin. Rafaeline yang menerima tatapan bingung sahabatnya, menjadi semakin bingung. Pasalnya ia telah bersiap menerima tatapan tajam sahabatnya itu, tapi yang ia peroleh malah tatapan takut bercampur bingung dari sahabatnya.
Belum sempat Rafaeline mengartikan tatapan dari Micheline, tiba-tiba saja Aldo datang dan memecah keheningan yang sempat terjadi dengan suaranya yang dapat dikatakan jauh dari sekedar cempreng pake banget.
"Hai-hai..... Aldo di sini siap membantu you and you. Eh,.. ada Rafaeline. Lo dari mana aja ching... lagi pada sibook-sibooknya lo malah ngilang. Kaga berfaedah." Omel Aldo sambil melemparkan bokongnya pada kursi samping Michelin.
"Sorry-sorry gw telat. Project lo ya do. Gw lagi kaga sehat nih" kata Rafaeline pada Aldo.
"Oke deh... eike sih selalu siip. Yuk kita lanj...."
"Lho.. Rafaeline.. kamu di sini juga?" Potong wanita yang menjadi tamu mereka saat itu, yang ternyata merupakan sahabat kecil dari Rafaeline dan Michelin. Ya.. ia adalah Winney sahabat mereka sejak duduk di bangku taman kanak-kanak. Namun terpisah karena Winney yang pindah ke kota lain meninggalkan sejuta luka pada Rafaeline.
"Oh,.. hy..." Line
"Nih.. kenalin calon suami aku Alfre..."
"Lo ngapain di sini? Tolong biarin hidup aku tenang dan jangan pernah ngikutin kemanapun aku pergi." Alfred Diego
TbC....
KAMU SEDANG MEMBACA
UNEXPECTED HUSBAND (END)
RomanceBagaimana jika cinta yang ada dalam dirimu hanya dimiliki oleh satu orang selama 21 thn dari 27 thn hidupmu? Rafaeline Dreysson, itu aku. Putri dari seorang pengusaha ternama Louise Dreysson dan istri tercintanya Nadine Putri Adiatmojo. "Beruntun...