UH. PART 6

1.2K 38 0
                                    


UNEXPECTED HUSBAND

PART 6

Dengan sangat terpaksa aku bergegas mengemasi pakaian dan beberapa keperluan lain yang mungkin kubutuhkan nanti. Iya aku memutuskan untuk pulang mengunjungi ibu. Selain penasaran dengan acara yang akan diadakan di rumah nanti, rindu ku pada ibu dan ayah sudah segede planet mars. Mudah-mudahan bang Toya juga datang. Aku tidak kalah rindu pada abangku yang tengil itu. Michelin? Jangan tanyakan kabar anak satu itu. tentu kabarnya sangat baik dan bahagia, karena ia tidak perlu mengeluarkan tenaga lebih untuk membuat aku mengambil cutiku pada tahun ini dan berlibur sambil beristirahat.

Dengan kereta, pagi ini aku berangkat menuju desa kelahiran ku, tempat ibu dan ayah ku menetap. Aku memutuskan berangkat sehari lebih cepat dari waktu yang diminta oleh ibu, toh berada di apartement pun aku tidak akan melakukan pekerjaan lain selain tidur dan makan. Beberes-beres rumah? Jangan di tanya, sahabatku yang super baik itu pastinya tidak akan membiarkan aku mengerjakan apapu. Jadi aku berfikir akan lebih baik jika aku bertolak ke kampung halaman ku.

Memang sengaja aku tidak meminta ibu untuk menjemput ku di stasiun, selain ingin memberikan kejutan pada ibu, aku juga ingin menikmati pemandangan perjalan dari kota kecil ini menuju desa ku. Walaupun aku tidak dibesarkan di kota ini, jangan takut aku akan tersesat. Aku sering berkunjung saat aku berada di SHS, karena ibu sudah menetap di sini. dulunya ibu mendampingi ayah yang bekerja di kotaku sekarang, sehingga aku dan abang ku dibesarkan bukan di daerah kelahiran kami.

"Anak Ibu... Ibu kangen. Kamu kok nda telfon biar ibu jemput di tasiun?"

"Biar surprise bu... lagian nanti ibu capek kalo harus ke stasiun."

"Surprise, ibu kan kangen. Lagian abang mu kan ada, jadi bisa nemanin ibu jemput kamu ke tasiun."

"Abang ada buk?"

"Iya abang mu ada di dalam."

"Kapan datangnya buk?" tanya Line sambil berjalan ke dalam rumah.

***

"ABANG......"

"Apan sih dek kok teriak-teriak?"

"aku kan kangen bang...."

"Kangen sih kangen dek... tapi kaga usa pake teriak dong, budek nih kuping abang. Kasian tuh laki lo nanti dapat bini model gini amat."

"Lagian salah abang kaga pernah nengokin aku."

"Enak aja salah abang. Orang kamu aja yang kaga ingat pulang. Tiap abang pulang ibuk pasti nyuruh kamu pulang tapi kamu slalu ngak bisa."

"Hehehehhehehhhee..." Line nyengir kuda

"Ganti baju geh sana. Abis itu makan, kita jalan-jalan."

"Tapi bang... aku masih kangen sama ibuk, masa mo pergi lagi kita."

"Jalannya sama ibuk sama Ayah juga. Udah sana.."

"oh... okok." Sambil berjalan menju tangga yang akan membawanya ke lantai dua rumah itu.

"Bang... Line tidur kamar abang tapi yah..."

"Serah lo aja... buruan."

***

Setelah meletakkan barang-barangku di kamar bang Toya, aku bertukar pakaian dan menuju ruang makan. Sesampainya di meja makan mbok sara meletakkan sebakul nasi dan lauk kesukaan ku, sayur asem, sambal ikan kering, tak ketinggalan bebek bakar. Padahal aku belum memberitahu orang rumah kalo pulang hari ini. kok makanan kesukaan aku lengkap banget yah? Bomat dah, yang penting oe kenyang.

Setelah kampung tengah diamankan, aku bergegas madi. Kira-kira ibu ngajak aku ke mana yah? Kebun bunga? Water park? Ato kebun apel milik ayah? Saat sedang sibuk menebak kemana saja ibu akan mengajakku, tiba-tiba suara abang gw yang mirip sama Duta sheila on 7 band idola ku itu.. iya sih mirip suaranya, kalo dengernya dari puncak karakatau. Wkwkwkwkwwk... *durhaka dikit ama abang tak apa lah.

"Dek... ntar pake baju yang ada di tempat tidur abang yah..."

"Iya bang.. lo ganggu acara mandi gw aja."

"Yaelah, abang tau kali dek, kamu tuh ngak mungkin Cuma mandi doang, paling sambil ngayalin pangeran berkuda belang mu itu."

"dah tau nanya aja lo bang."

Setelah satu jam perjalanan, kami sekeluarga bersama pak Aman supir ayah, sampai di tempat tujuan. Apa lagi ini? kok kek empang sih? Jangan bilang ayah udah gaul sama ikan lele. Soalnya nih tempat mirip sama empang engkong gua. Udah bosan kali dia gaul sama apel. Kalo aku sih mending dah gaul sama ayam n sapi daripada gaul sama tu ikan dari negara kelahiran emak gw. Gaya si Ayah... padahal dulu juga mo diwarisin empang sama kebun jengkol dari Engkong kaga mau dia. Alesannya jauh kalo mesti balik ke tempat engkong.

***

"Halo bert... apa kabar?" kata Ayah sambil berjabat tangan dengan orang yang dipanggilnya bert. Tapi kok muka ni orang familiaryah?

"Baik... kamu apa kabar?"

"baik-baik... kenalin ini anak aku yang bungsu."kata ayah sambil mengisyaratkan kepadaku untuk memperkenalkan diri pada kedua orang parubaya dan dua orang pria muda dihadapanku.

"Aku Rafaeline biasanya dipanggil Line."

"Oh... ini toh dia Line, cantik... pasti dodo suka sama kamu." Kata wanita paru baya itu

Tolong sadarkan aku... apa aku masih memba novel di apartementku? Hei... aku tidak sebodoh itu untuk menangkap kalimat dari wanita itu. siapa dodo? Apa dia akan dijodohkan dengan ku? Sungguh mala petaka... hatiku masih panas ditinggal kawin oleh gebetan, dan sekaranga diadakan pertemuan keluarga untuk membahas perjodohan. Aku berharap ada black hole saat ini dan menelanku membawa ku dari kehidupan yang penuh siksaan. Kepalaku tertunduk memikirkan nasib buruk yang menimpahku. Tanpa di suru aku terduduk.

"Hei... kalian berdua kok baru sampai?"

"ini ma... cristey lama bet."

"Maaf ma..." "Tungggu...... kamu bukannya Line teman sekelas aku dulu kan yah?" aku dikagetkan dengan suara yang membuat aku akan grogi setengah mati hanya sekedar untuk berbicara dengannya sejak ia tahu jika aku menyukai pria yang menjadi kakaknya.

"Eh,.. hay cristey. Kok kamu ada di sini?" aku berusaha berbicara senormal mungkin berharap tidak ada yang menyadari semu merah di wajah ku.

"Jadi kamu toh yang bakal dinikahin sama bang dodo?" mendengarnya menyebut si dodo sebagai abangnya membuat tubuhku seoleh lumpu. Apa ini? menjadi ipar dari Cristey smit.. apa itu artinya aku juga akan menjadi ipar dari seorang Edward Smith yang menjadi gebetanku selama 21 tahun belakangan ini. Ya Tuhan... apa aku masih dapat bertahan?

"Hah?....." hanya kata itu yang tanpa sadar dapat aku katakan untuk mewakili keterkejutan ku atas apa yang ada di hadapan ku saat ini.

"Hahahahahhhahahahahahaha..." aku mendengar semua orang yang ada di sini tertawa termasuk bang Toya yang duduk tepat disebelah ku.

Belum sempat aku menetralkan jantung ku yang serasa ingin melompat keluar dari tempatnya, bagai disambar petir aku melihat Edo duduk tepat di hadapan ku. Apa ini ya Tuhan... aku sungguh merasa tidak sanggup menghadapi ini semua. Aku merasakan bang Toya menarik tanganku ke dalam genggamannya saat aku merasakan getaran diseluruh tubuh ku sebelum semuanya gelap.

***

TbC....

UNEXPECTED HUSBAND (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang