UH. PART 8

1.1K 36 0
                                    


Kutatap pantulan objek yang sudah bosan aku pandangi setiap aku bercermin, namun dengan penampilan yang bebeda pada hari ini. Gadis dengan baju pengantin tipe long tail dengan wajah datar sedatar cermin yang memantulkan potret diri gadis itu. Gadis itu aku... aku... aku yang sesaat lagi akan berganti marga menjadi Smith. Saat ini sedang berlangsung sesi pengambilan gambar di kamar ku di rumah ibu tentunya. Pengambilan gambar ini dilakukan oleh Tito, Lusio, dan Darwin ditemani Michelin, yang sudah mengambil cuti sejak tiga hari lalu untuk persiapan pernikahan yang absurb ini. Bahkan Michelin dengan semangat mengatur agar semua crew dapat libur selama seminggu dan dapat menghadiri acara ini. "lo ngak bakal bangkrut kali Lin, hanya karena Excellent libur sebulan. C'mon.. ini hanya seminggu."Michelin. Alhasil disinilah aku, menghadapi pernikahan yang tidak akan jelas titik temunya ini.

Flash Back ON

"Kamu tidak akan berfikir pernikahan ini akan berakhir Happy Ever After bukan?" kata Edo memecahkan kebisuan dalam mobil yang telah berhenti sempurna di tepi pantai arah barat dari kota aku tinggal. Ini pertama kalinya ia menemui aku setelah seminggu aku kembali dari kota kelahiranku dan setelah 2 minggu pertunangan kami selesai digelar.

"Kamu sendiri?"

"Kamu tahu aku mencintainya,.. Deora"

"Lantas mengapa kamu menyetujui pernikahan ini?"

"Aku tidak dapat menolaknya, ia meninggalkan ku tepat di hari pernikahan ku. Ayah dan ibu benar-benar malu sementara Nenek sangat marah dan menyalahkan ku yang menolak perjodohan dengan mu dulu, tetapi membawa calon yang pada akhirnya mempermalukan keluarga smith."

"Kau tahu aku seolah disambar petir saat mengetahui aku dijodohkan dengan mu yang nyatanya melakukan pemotretan prewedding denganku beberapa bulan yang lalu. Dan lagi aku tidak yakin untuk menjalani semua ini."

"Oleh karena itu batalkan keputusan mu untuk menolak mahar dan biaya pernikahan yang akan diberikan oleh keluarga ku. Aku hanya tidak ingin merasa bersalah karena tidak dapat mencintaimu yang nyatanya akan menjadi istri ku."

"Justru itu yang membuat ku tidak ingin menerima sepeserpun dengan dahli semua biaya pernikahan adalah endorse dari Excellent. Aku tidak ingin saat berpisah nanti kau meninggalkan apapun itu padaku. Aku ingin semuanya seolah tidak pernah ada sesuatu diantara kita. Soal kerugian, tidak ada kerugian apapun karena ini memanglah endorse. Tidak perlu khawatirkan aku. Jika memang ingin melakukan sesuatu untukku, batalkan saja semuanya."

"Maaf aku tidak dapat melakukannya. Aku tidak sanggup melihat keluargaku malu untuk kedua kalinya karena aku. Aku mohon tolonglah aku... sekedar jalani ini semua...."

'dan aku tidak tahu apajadinya jika kehancuran itu kembali padaku bersama dengan teman barunya status janda, dan mungkin itu janda kembang' hati ini ingin berteriak.

***

Pernikahan dan serentetan acara yang melelahkan telah usai digelar, dengan mata yang sudah nyaris tertutup rapat, aku berjalan dengan menyeret gaun berat ini. Nyatanya menggunakannya tidak membuat ku bahagia layaknya hayalan yang tercipta saat merancang gaun ini. Gaun ini memang gaun yang aku rancang sendiri demi pernikahan impianku bersama Edward Smith yang kini telah sah menjadi suamiku. Namun tidak terbersit dalam benakku akan pernikahan yang seperti ini.

Awalnya aku tidak ingin menggunakan gaun itu dan ingin menjualnya kepada client Excellent, tetapi dilarang oleh Mich. "Setidaknya lo nikmatin mimpi yang sudah lo gambar dengan detile sejak 21 thn lalu, anggap semua ini nyata sampai semua berakhir. Walaupun akhirnya akan menyakitnya, setidaknya tidak sakit karena panyesalan. Ini mungkin saja akan menjadi pernikahan pertama dan terakhir mu, walaupun kita tidak tahu endingnya." Begitu nasihat Mich yang juga akhirnya memaksaku menggunakan semua design dan konsep pernikahan yang pernah aku bicarakan padanya dulu di awal berdirinya Excellent.

***

Malam ini kami akan menginap di rumah ibu ku, kami memang menyewa sebuah kamar di hotel ayah, tempat di mana resepsi tadi berlangsung. Ya itu kamar pegantin kami, tetapi berhubung aku tidak dapat tidur nyenyak jika itu di tempa asing, aku lebih untuk pulang ke rumah. Rencananya kami baru akan kembali ke kota kami seminggu lagi, tetunya setelah membereskan semua urusan di sini. Kalian tidak akan berfikir aku akan tega membiarkan ibu mengurus semuanya sendir bukan? Walaupun konsekuensi yang harus aku hadapi dengan menginap di rumah ibu, tidur seranjang berdua dengannya.

Setelah menukar gaun pengantinku dengan baju tidur dan membersihkan make up yang tidak dapat dikatakan natural tersebut, aku berjalan keluar dari kamar mandi yang berada di kamarku. Tepat saat aku membuka pintu kamar mandi, bagai tersihir aku mematung di temnpat. Hei... ayolah aku tidak sepolos itu dan lagi aku wanita normal yang juga akan tergoda dengan roti sobek milik para pria. Memang ini bukanlah pertama kalinya aku melihat secara live di depan mataku pria tanpa atasan, bahkan aku pernah melakukan pemotretan untuk majalah dewasa. Ini bukan hal asing lagi. Namun semuanya berbeda saat yang disuguhkan adalah roti sobek yang aku idam-idamkan 21 tahun belakangan ini.

Air yang menetes dari setiap helai rambutnya semakin menambah kesan seksi, dan aku yakin kalian dapat membayangkan itu dengan baik. Aku rasa beberapa detik lagi air liurku akan mengalir denmgan derasnya jika saja aku tidak mengingat kata-katanya beberapa minggu yang lalu. "Kamu tahu aku mencintainya,.. Deora" kata-kata itu kembali terngiang di kepalaku membawaku kembali ke alam sadar. Raganya milikku tapi tidak dengan hatinya. Dan aku harap aku dapat bertahan walau terluka itu pasti. Apakah saatnya nanti aku dapat berdiri dan menghadapi takdir yang membawanya pergi sama seperti saat ia membawanya ke hadapan ku. aku berharap.....

"Apa yang kau lakukan di sana?" Suara itu menyeretku ke alam sadar. Suara yang membuat hatiku bergejolak senang hingga luka-luka yang ia torehkan di sana kembali mengeluarkan dara segar. Perih.... tentu saja. "Kau seolah-olah ingin memangsa ku nona."

"Kunci pintunya dan jangan lepaskan kunci itu dari tempatnya atau besok pagi kita akan menjadi olok-olokan bang toya di meja makan." Kataklu mengalihkan pembicaraan.

"Memangnya apa yang akan kita lakukan? Kau tidak berfikir kita akan melakukan yang semestinya pengantin baru lakukan bukan?"

"Kau hanya mengenal bang toya sebagai partner bisnismu, dan teman sekelasmu kala duduk di bangku kuliah. Aku tumbuh bersamanya, bahkan ia menggantikan peran orangtuaku untuk mengasuku sejak berumur 1 tahun, karena ibu sangat sibuk."

"Lalu apa hubungannya?"

"kau dan aku tidak akan tau apa yang ada dalam otak liciknya. Itu masalahnya. Tidurlah dan berhenti mengajakku berdebat."

"Kau mengajakku tidur bersama? Tidak ingin mengalah dan tidur di sofa nona?"

"Dan aku tidak ingin mengeluh seluruh tubuhku sakit esok pagi. Kita tinggal di sini bukan untuk waktu satu dua hari. Ini seminggu, lagi aku yakin setelah ini kau dan aku akan kembali sibuk. Tubuh yang tidak fit bukan sesuatu yang ku harapkan, aku yakin kau pun begitu."

"YA... dan aku laki-laki kau perempuan kau bisa membayangkan apa yang akan terjadi esok hari bukan? Aku yakin kau bukan anak kecil lagi, bahkan yang aku tahu kau perna melakukan pemotretan untuk majalah dewasa dan pastinya kau tahu kami kaum lelaki memiliki pemikiran yang tidak dimiliki perempuan. Nafsu bukan sesuatu yang mudah untuk dikendalikan nona."

"Jika kau mencintainya.... ah, kau tahu siapa yang aku maksud. Kau tidak akan menghianatinya dengan memperkosaku bukan?"

"Kau tau kami bisa melakukannya tanpa cinta"

"YA.. dan aku tidak akan membiarkanmu menyentuhku. Bersiaplah tidak akan memiliki keturunan juka kau berani melakukannya. Aku tidak pernah peduli bagaimana kau menyalurkannya yang jelas tidak dengan ku."

"aku yakin kau akan menjerit dan mendesah nikmat jika sudah mengenal punyaku."

"hentikan percakapan tidak bermutu ini karena aku sudah mengantuk. Jika tidak aku pastikan melemparkanmu ke luar Tn. Smith..."

"Kau salah nona... membangunkan macan yang tertidur bukanlah sebuah ide yang baik kau tahu. Bersiaplah menyerahkannya padaku saat ini." Dia berjalan ke arah ku dan semakin mendekatkan wajahnya, bahkan aku dapat melihat pori-pori kulitnya dari jarak sedekat ini.

"Aaa....aapa yang kau lakukan?" kataku berusaha menutupi kegugupanku. Aku harus terlihat kuat dan angkuh di hadapannya.

"Mengambil hak ku......"

Tbc...

Timika, 14 Juni 2018

Yuto'

UNEXPECTED HUSBAND (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang