Hakyeon menatap tiga orang yang duduk dibelakang sebuah meja panjang. Dan tiga pengguna sihir itu juga balik menatapnya. Dan menurut pandangannya, tak ada satupun dari mereka yang sihirnya bahkan mendekati sedikit dari kekuatan sihir miliknya, tapi itu bukan masalah. Mereka duduk disana untuk mengetesnya, dan dilihat dari ekpresi mereka, mereka memang tipe penilai ketat.
Setelah mengambil satu nafas dalam, Hakyeon menahan oksigen didalam paru-parunya sebelum benar-benar melepasnya perlahan. Dia sudah pernah berhadapan dengan tipe yang lebih menyebalkan dari mereka. Jadi dia berharap tak akan ada masalah.
“Ini pertanyaan yang cukup mudah, nak.” Seorang penyihir wanita dengan rambut putih, Eunjung, berucap dengan cibiran. “Kita ingin melihat apakah kau bisa membuat ramuan pembujuk. Jika tidak, kami akan meletakkanmu dikelas ramuan pemula.”
Berjalan dengan santai kearah meja dimana dia membutuhkan bahan-bahannya, Hakyeon tak mempedulikan omongan penyihir wanita itu.
Dia berhasil membuat ramuan pertamanya diumur tujuh tahun, dan dia rasa dia tak punya alasan untuk menceritakannya kepada mereka. Tanpa kata dia memilih bahan-bahan yang benar. Ketika ramuannya sudah berwarna ungu, dia mengangkat tabungnya menggunakan panjepit dan berjalan ke depan para penyihir itu untuk menunjukkannya. Dia mengangkatnya supaya mereka bisa melihat warna ramuan itu, dan menilainya. Berharap, kelas yang akan dimasukinya nanti akan lebih menantang dari pada test bodoh ini.
“Biar kulihat,”
Hakyeon memberikannya pada penyihir berambut merah, yang duduk ditengah. Dia memiliki mata dingin berwarna hijau yang mengingatkannya pada mata seekor ular yang siap menerkam mangsanya.
Mereka mengangguk, dan menerima ramuannya.“Warna yang bagus,” ucap Eunjung.
“Minumlah,” perintah Junhyung, si rambut merah.“Tidak mau,” balas Hakyeon.
Dan tiga profesor itu terlihat kaget.
Dan salah satu dari ketiganya, yang dari tadi terdiam langsung angkat bicara. “Kenapa tidak?”
“Tidak ada yang pernah bisa memaksaku meminum ramuan pembujuk sebelum tiga orang yang baru saja aku temui.”
Dia tak akan pernah mau meminumnya dan membuat tiga orang dihadapannya itu mempermalukannya hanya karena mereka bisa.“Itu bagian dari tes.” Tegas Junhyung.
“Maka ini adalah tes untuk melihat seberapa idiotnya aku.” Hakyeon tetap dengan pendiriannya. Dia tidak akan menyerah disini. Dan dia akan pulang kerumah dengan pendirian yang tak akan diubah, jika perlu. Ya, mungkin dia akan kembali pada Taekwoon, tapi dia sudah meninggalkan sekolah tepat setelah mengantarnya tadi.
Eunjung menghela nafas seakan Hakyeon sudah membuatnya sangat kecewa. “Karena sudah ada banyak murid yang keras kepala seperti ini. Kami pasti selalu memiliki rencana lain. Warna ramuanmu sudah bagus, tapi harus bekerja dengan efektif juga. Dan untuk mengetes ramuanmu, salah satu teman sekamarmu bersedia mengajukan diri.” Lalu melambaikan tangannya pada pintu samping.
Hakyeon terkejut karena satu dari triplets muncul dihadapannya. Dia belum ngobrol dengan mereka sama sekali semenjak kejadian di restoran pizza.
“Hello Dean,”
Dean terseyum. “Terasa sangat keren saat kau bisa membedakanku diantara saudara-saudaraku. Aku merasa istimewa.”
Hakyeon tertawa atas kebahagiaan sederhana teman satu kamarnya itu. Dia belum terlalu mengenal triplets, tapi mereka semua terlihat seperti orang baik. “Kau selalu istimewa dengan caramu sendiri.”
“Siap untuk meminumnya?” Eunjung memutus percakapan mereka. Dia memberikan botol kecil berisi ramuannya pada Hakyeon.
“Tentu,” Dean mengangkat kedua bahunya. Dia menerima ramuan jari Hakyeon. “Kau tidak akan membuatku menari seperti ayam kan?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Hakyeon's Wolf
Fanfiction"Milikku," diikuti geraman. Dan mau tidak mau Hakyeon harus merinding dengan nada ke posesifan yang jelas didengarnya dari Jung Taekwoon, seorang werewolf yang mengatakan bahwa dia adalah 'Mate' nya. Terjemahan dengan ubahan tokoh, Judul asli "Jay...