Chapter baru.
I'm working, working, and working.
Btw, Ravi's Mixtape is bop!!!
***
Sepanjang perjalanan dipenuhi dengan kesunyian. Taekwoon memeluk Hakyeon erat. Walaupun Hakyeon tidak membuka mulutnya sama sekali, dia bisa merasakan perasaan tertekan yang dirasakan mate nya itu.
“Shh. Kita akan menangkap siapapun yang melakukan ini.”
“Dan membuat mereka membayarnya.”
Dia tidak pernah mendengar nada suara itu dari mate nya. Ketika Hakyeon menghadapnya, mata matenya itu bersinar degan api keemasan, yang meminta retribusi.
Untuk pertama kali, dia sadar bahwa kekasih cantiknya itu tidak hanya tentang wajah yang menakjubkan dan trik sihir cantik.
Hakyeon adalah seorang berbahaya yang kekuatannya mungkin bisa menjatuhkan beberapa alpha serigala dalam sekali hentak.
Taekwoon menahan geramannya.
Dia terlihat seksi sekali.
Dan beruntungnya, mereka tiba di sekolahan tepat sebelum dia melakukan suatu hal tidak pantas. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk itu.
“Kau ikut?” ketika Taekwoon melamun tentang Hakyeon yang telanjang. Sang sosok sungguhan sedang menatapnya seperti melihat seorang idiot.
Dia bisa merasakan pipiya memanas.
“Maaf,” gumamnya, lalu berjalan keluar limusin.
Jarak jalannya dengan kamar Hakyeon sebenarnya cukup dekat. Namun bagian tersulitnya adalah bagaimana membelah ramainya kerumunan murid yang menutupi jalannya. Akhirnya, dengan beberapa auman dan dorongan paksa, dia membersihkan jalan untuk matenya.
Teman sekamar Hakyeon berjubel didepan pintu, terlihan pucat dan sakit. Triplets memiliki ekspresi kaget dan ketakuta yang mirip. Jaehwan langsung mendekat dan memeluk Hakyeon erat sebelum tangisnya pecah. Taekwoon menahan dirinya untuk tidak menarik bocah itu dari Hakyeon dan melemparnya keluar jendela, tapi serigalanya mengeluarkan auman lirih. Dia tidak mengira akan terdengar ditengah kebisingan itu, namun perlahan Hakyeon mencoba melepas dirinya dari pelukan erat Jaehwan.
“Maafkan aku, maafkan aku,” ucap Jaehwan ditengah tangisannya. Masih mencengkeram lengan Hakyeon, dia terus terisak. “Aku tidak berpikir dia akan melakukan sesuatu. Dia berkata hanya akan meninggalkan pesan.”
“Siapa?” tanya Taekwoon, walau sebenarnya mereka berdua sudah bisa menebak.
“Dragonspawn.” Tangis Jaehwan. “Michael Dragonspawn disini. Aku dalam perjalanan menuju kelas, dan tidak ada seorangpun di kamar. Dia berkata akan masuk dan meninggalkan pesan untukmu.” Jaehwan terisak lagi. “Aku katakan padanya tak apa, tapi harus mengunci pintu setelah pergi. Aku tidak tahu dia kan membunuh para gnome.”
“Tentu kau tidak tahu,” ucap Hakyeon lembut, sambil mengusap punggungnya.
Taekwoon tahu dia harusnya merasa simpati dengan pemuda yang sedang berduka itu, tapi yang dia pikirkan malah bagaimana tangan matenya menyentuh tubuh lain.
Dia tidak sadar sedang menggeram hingga Jaehwan menjauh dari Hakyeon, mengangkat kedua tangannya, memasang ekspresi damai. “Tenang, kawan. Aku tidak memiliki minat dengan matemu.”
“Bagus. Kemudian aku tidak harus merobek tenggorokanmu.” Ucapnya tenang.
“Taekwoon!” pekik Hakyeon.
Dan sebelum dia bisa mengucap hal lain, kepala sekolah Choi muncul. Penyihir tua itu memberi Hakyeon tatapan cemas sambil mengulurkan sebuah surat dengan nama Hakyeon yang bersinar diatasnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hakyeon's Wolf
Fanfiction"Milikku," diikuti geraman. Dan mau tidak mau Hakyeon harus merinding dengan nada ke posesifan yang jelas didengarnya dari Jung Taekwoon, seorang werewolf yang mengatakan bahwa dia adalah 'Mate' nya. Terjemahan dengan ubahan tokoh, Judul asli "Jay...