Desau angin beriringan dengan desiran ombak yang melebur dalam harmoni selaras. Bintang bertabur seolah merayakan, jika hari ini semesta tengah berbahagia.
Namun, sebetulnya kedua orang yang bertatap muka dengan laut itu dirundung perasaan kabut. Nayeon mendengus, menahan perasaan sesak yang menerobos pertahanannya selagi Taehyung terus mengungkapkan leluconnya.
Sedetik kemudian, lelaki itu tertawa atas leluconnya sendiri.Nayeon sudah tak tahan lagi. Lelucon lelaki itu seperti sedang mengejek perasaannya. Guyonan lelaki itu tak lebih sebagai bentuk pertahanan atas kesedihannya. Ia menghela napas panjang, lantas menghadap Taehyung sepenuhnya. Menatap lelaki itu penuh amarah dengan muka dan mata yang memerah. Antara kedinginan dan menahan emosi sedari tadi.
"Sialan," ujarannya terpenggal. Nayeon meraup udara rakus kemudian memukul dada lelaki di hadapannya keras. Dipukulan kedua gadis itu patah, meluncurkan air mata, meloloskan isakannya.
"Menangislah bodoh, kau pikir aku akan bahagia dengan lelucon murahanmu itu?" Gertaknya disela isakan. Nayeon tersengguk-sengguk tapi ia terus melanjutkan ucapannya. "Keluarkan semua emosimu Tae..."
"Jangan betah menyiksa diri sendiri. Kau pikir aku baik baik saja melihat itu?"
"Saat ini, tawa lebarmu bahkan lebih menyakitiku dibanding dirimu yang berkeluh kesah. Menangislah, kau tidak akan berdosa hanya karena menangis."
Taehyung hanya diam saja, membiarkan apa yang gadis di depannya lakukan. Dapat Nayeon lihat liquid bening yang menggumpal di iris coklat si pemuda Kim. Namun, Taehyung tak lantas mengeluarkannya, ia hanya tersenyum tipis sambil mengguman tidak apa-apa. Benar-benar pembohong ulung.
Taehyung sakit. Tapi ia tak pernah membagi dengannya. Dan kenyataan itu yang membuat tangisan Nayeon semakin keras.
Tolong berhenti berpura-pura Kim Taehyung.
51318/252w