Dengan kasar aku membanting tubuhku keatas sofa. Sebelah tanganku menutup wajah untuk menghalau cahaya lampu yang masuk menerpa indra penglihatanku. Aku menghembuskan napasku kasar.
Cukup sudah hari ini menjadi hari paling berantakan sepanjang hidupku, sebenarnya tidak hanya sekali ini saja, tapi anggap saja begitu.
Penampilan drama yang menjadi proyek akhir salah satu mata kuliah harus hancur berantakan karena salah satu anggota kelompokku tidak menghafal dialognya. Dan juga hampir separuh properti drama aku yang harus pontang-panting membawanya dari apartemen menuju kampus dengan suasana kereta yang padat dan aku bahkan tidak dapat tempat duduk.
Kalau bukan demi nilai akhirku, tidak sudi aku melakukannya untuk mereka yang hanya diam berpangku tangan.
Ponselku bergetar, dengan malas aku mengeluarkannya dari dalam saku celana jeansku. Tanpa melihatnya terlebih dulu, aku tau siapa yang sedang tersambung di telepon saat ini.
"Kau sudah sampai rumah?"
Aku hanya menggumam sebagai jawaban.
"Kau sudah makan?"
Aku menghela napas kasar, kalau dia membiarkanku buka mulut sama saja dia membiarkanku mengeluarkan sumpah serapah yang sudah mengendap di dalam dadaku.
"Belum ya? Mau ku belikan makanan?"
Kenapa dia bertanya terus?! Bisakah dia matikan sambungannya dan biarkan aku beristirahat?
"Kau mau makan apa?"
Dengan kesal, aku mematikan sambungan secara sepihak. Tidak, aku tidak kesal dengannya, hanya saja macan ini sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun.
Ku pikir dengan minum segelas air putih dapat menjernihkan pikiranku yang kalut. Namun saat aku sampai di pantry dan membuka lemari pendingin, air yang kucari tidak ada sama sekali, aku lupa bahwa kemarin malam aku menghabiskan sebotol besar air mineral untuk menemaniku berlatih dialog drama.
"Argh! Kenapa semuanya membuatku kesal?!" Aku berjongkok, menenggelamkan wajahku diantara kedua lutut dan lenganku, rasanya aku ingin menangis saja.
Jika tidak membelinya segera, bisa-bisa aku mati kehausan. Dengan kekesalan yang masih sebesar gunung aku mengambil dompet dari dalam tas dan segera keluar apartemen untuk membeli stok air mineral di minimarket yang ada di lantai paling bawah.
Saat aku berbelok hendak menuju lift, sesosok laki-laki dari arah berlawanan tidak sengaja menabrakku dan hampir membuatku jatuh jika saja tangannya tidak sigap menahan.
Jantungku rasanya mau copot karena kejadian barusan. Begitu aku melihat pelakunya, aku justru bertambah kesal dan ingin memukul Taehyung saat ini juga.
"Yak! Kau ini jangan selalu sibuk dengan ponselmu itu!" Omelku seraya menyeimbangkan tubuhku untuk berdiri dengan sempurna.
"Aku baru saja mengeluarkan ponsel dan ingin mengabarimu." Ujarnya melakukan pembelaan. "Aku langsung kesini begitu kau memutuskan sambungan."
"Aku tidak pernah menyuruhmu kesini."
"Tapi kau membuatku khawatir."
"Ah Tae bisakah kita bicara nanti saja? Aku harus pergi membeli minum."
Taehyung menahan pergelangan tanganku begitu aku ingin beranjak dari hadapannya.
"Aku saja yang belikan, kau sebaiknya mandi."
Sebenarnya saat melihatnya tadi aku ingin langsung menumpahkan kekesalanku dengan menenggelamkan wajahku dan menangis sepuasnya di dalam pelukannya. Dan saat mengetahui bahwa dirinya langsung kesini begitu tau aku sedang dalam suasana yang tidak baik, aku hampir saja ingin jatuh lemas. Dan barusan, Taehyung dengan sukarela menolongku dan menyuruhku pergi membersihkan diri.
![](https://img.wattpad.com/cover/142454939-288-k369710.jpg)