JM - I'll Comfort You

654 48 0
                                    

Hoseok menyuruhku datang ke dorm mereka di jam delapan malam saat aku tengah sibuk dengan semangkuk ramen pedas yang baru masak. Kalau bukan karena nama seseorang yang disebutkan Hoseok dalam panggilannya tadi, aku tidak akan tega meninggalkan ramen yang masih mengepul. Dia lebih penting dari seonggok ramen.

"Oppa, apa yang terjadi?" Tanyaku begitu pintu dorm terbuka dan menampakkan laki-laki kurus tinggi di depanku.

"Sst... masuklah dulu."

Hoseok melebarkan pintu, memberiku akses masuk ke dorm mereka. Aku disambut Jungkook dan Taehyung yang tengah sibuk makan di ruang tv, mereka hanya menengok sekilas dan melambaikan tangan menyapaku.

"Dia sedang mandi, kau masuk saja."

"Apa tidak masalah jika tiba-tiba aku datang?"

"Kurasa yang dia paling butuhkan saat ini adalah kehadiranmu." Ujar Hoseok dengan senyum merekah.

"Sebenarnya apa yang terjadi, Oppa? Dia baik-baik saja bukan?"

"Dia selalu bisa mengatasinya, kau hanya perlu 'sedikit' memberinya kekuatan." Ujar Hoseok dengan menekankan kata sedikit. "Dia tidak mau menceritakan apa-apa padaku, jadi kurasa jika itu dirimu maka akan lain cerita."

Aku menggigit bibir bawahku cemas sembari manatap pintu di depanku. Siapa yang tidak akan cemas jika teman sekamarnya saja tidak mengetahui apa yang terjadi padanya. Pria itu selalu bisa membuat hidupku tidak tenang.

"Jika nanti tiba-tiba kau ingin menginap, silahkan saja, aku bisa mengungsi di kamar manapun. Taehyung, Jungkook, dan Hyung yang lain juga pasti sedang khawatir karena dia sama sekali tidak membuka mulut semenjak kembali kesini."

Terakhir Hoseok memegang bahuku, mengatakan bahwa tidak akan ada hal buruk yang terjadi pada Jimin kemudian setelah itu Hoseok bergabung dengan Jungkook dan Taehyung di ruang tv.

Mataku kembali menatap pintu di depanku, sebenarnya apa yang terjadi padanya?

***

Sembari menunggu Jimin selesai membersihkan diri aku memilih untuk sibuk dengan ponselku, mencari berita terbaru tentang grup mereka. Tapi setelah sepuluh menit berkutat dengan ponselku hasilnya tetap nihil, tidak ada hal apapun yang mencurigakan, sebagian besar mengulas kepulangan mereka dari negara seberang. Sebenarnya tidak ada yang perlu dibesar-besarkan, hanya saja, duh bagaimana caraku menjelaskannya? Jimin sangat berarti bagiku, aku ingin tau segalanya. Maka jika ada yang bertanya siapa yang paling mengenal pria satu ini jawabannya adalah diriku.

Lima menit kemudian Jimin masuk ke dalam kamar. Pria itu mengenakan celana jeans selutut dan kaus putih berlengan panjang, rambutnya masih basah karena sehabis keramas.

Beberapa detik Jimin masih belum menyadari kehadiranku karena masih sibuk mengusap wajahnya. Hingga entah di detik keberapa gerakannya terhenti dan tatapannya jatuh padaku yang sedang duduk diatas ranjangnya.

Aku hanya bisa tersenyum lebar kemudian setelahnya bangkit dan menghampiri Jimin yang masih berdiri di depan pintu. Memeluk Jimin menjadi keputusanku berikutnya, tanganku melingkar di sekitar pinggangnya dan daguku berada di pundaknya. Aku bisa merasakan keterkejutan Jimin, namun setelah itu Jimin balas memelukku.

Aku bisa merasakan tubuh Jimin yang masih dingin karena sehabis mandi, juga mencium aroma sabun dari tubuhnya. Rasanya sangat nyaman, aku selalu suka berada dipelukannya.

Tanganku menjauhkan tubuh Jimin, membuat rengkuhannya terlepas tapi kedua tangannya masih bertengger di pinggangku. Kami saling tatap dan aku tau Jimin sedang memaksakan seulas senyum di wajahnya.

BTS Imagine [ONESHOOT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang