III

870 212 5
                                    

Written & Story: Moonlight-1222 & LeneChoi

***

Tamami terbangun oleh suara shoji yang dibuka-tutup. Ia menatap lipatan seprei sutera yang sedikit berantakan, menyesap aroma maskulin yang ditinggalkan Satohito. Seharusnya wajahnya memanas saat menyadari dirinya sudah tidur satu ranjang dengan Satohito, tapi setelah semua kejadian pelik yang menimpanya, ia hanya mampu menunduk sedih.

Kepergian Satohito membuatnya kembali merasa sendirian. Meski ia tahu Satohito pergi karena takut para pelayannya masuk dan memergoki mereka berdua. Akan sangat menggemparkan bila seorang gadis, terlebih lagi dia seorang putri mahkota kedapatan tidur dengan seorang pria yang bukan suaminya setelah beberapa jam kematian ayahnya.

Ketukan di pintu menyadarkannya, bahwa ia harus kuat demi rakyatnya. Hari ini adalah penobatannya sebagai Kaisar Wanita. Tahta tidak boleh dibiarkan kosong meski baru kemarin pemakaman berlangsung, meski pahit itu harus dilakukan agar tidak timbul pemberontakan-belajar dari beberapa pengalaman. Semua ini terjadi begitu cepat, begitu saja, sampai ia masih berpikir kalau semua kekacauan ini adalah mimpi.

Ini menakutkan, ia baru berusia tujuh belas tahun, tapi sudah harus mengemban tugas yang sedemikian beratnya seperti ini. Akankah nanti ia memiliki pemangku Kaisar? Tubuhnya mulai gemetaran. Bagaimana jika nanti ia malah menghancurkan kepercayaan semua rakyatnya?

Ia berbeda, gen ibunya terlalu mendominasi dalam dirinya. Mereka tidak akan setuju. Mereka tidak akan pernah patuh padanya-para petinggi-petinggi istana itu. Apa yang harus dilakukannya? Ini sulit. Untuk ke sekian kali dalam hidupnya, ia merasa menyesal terlahir sebagai seorang putri berdarah campuran.

Saat kecil sampai beranjak remaja, banyak gosip miring tentangnya yang beredar di kalangan pejabat istana. Mereka meremehkan keberadaannya, bahkan eksistensinya sebagai Putri Mahkota pun seolah hanya status tak berarti. Ini teramat sangat mengerikan.

"Hime-Sama, apa yang terjadi? Hime-Sama!"

Teriakan itu membuyarkan semua ketakutan Tamami. Ia harus yakin, bahwa ia mampu meneruskan takdir yang sudah digariskan padanya.

"Masuk."

***

Saat penobatan, banyak wajah yang tidak dikenali Tamami. Setelah keempat pelayan dan ketujuh samurai pribadinya diganti dengan yang jauh berpengalaman mengingat statusnya yang sebagai seorang Kaisar, ini memang hanya perasaannya saja atau memang hampir sebagian besar wajah-wajah di istana tampak tidak familiar di matanya. Hanya keluarga Shogun Takaoji yang mampu di kenalinya juga beberapa daimyo[1] dan pejabat istana yang di ketahuinya tidak memihak padanya.

Selebihnya semua... asing.

Tamami tak sempat berspekulasi lebih lanjut lagi saat dua regalia, Kusanagi-no-Tsurugi[2] dan Yasakani no Magatama[3] diberikan padanya, sebagai pertanda ia resmi menjadi Kaisar ke-110 sekaligus Kaisar Wanita ke-10 di Nippon. Nama tahtanya adalah Kaisar Wanita Sakurahiko. Semua rakyat berteriak penuh suka cita, ''Hidup Kogo Heika[4]!"

Tamami tersenyum tipis demi menyembunyikan kesedihannya. Ia tidak mendapatkan pemangku Kaisar karena usianya yang sudah dewasa, oleh karena itu ia menjadi sangat khawatir. Sampai matanya tertuju pada Satohito yang sedang melayangkan senyum tipis padanya, hatinya seketika menghangat.

Ia mulai berpikir, Satohito terlahir dari keluarga Tokagaki yang merupakan Ke-shogun-an generasi ke-5. Shogun Takaoji bahkan sangat bijak dan dermawan, sangat berbeda dengan Shogun Takashi--yang mati dibunuh oleh ninja iblis. Dengan dukungan dari Shogun Takaoji, kepemimpinannya tidak akan mengalami masalah, dan meski selalu tampak santai, Satohito pintar dalam mengatur strategi dan sangat cerdas. Ayahnya bahkan beberapa kali memuji kepiawaian pria itu. Ia yakin Satohito akan mampu menjadi seorang Kaisar yang baik sebelum tiba waktunya dia menggantikan Takaoji.

Tamami mengangkat kedua tangannya, suasana berubah menjadi hening. Dengan tegas dan lantang berkata. "Kusanagi-no-Tsurugi dan Yasakani no Magatama ini akan kuserahkan pada calon suamiku, Satohito Tokagaki."

Semua yang hadir dalam penobatan itu tampak tak terkejut saat mendengar keputusan Kaisar Wanita itu, hanya jeritan yang memenuhi aula istana. Tidak ada jerit protes, itu jerit kebahagiaan. Satohito beranjak dari duduknya, berjalan santai menuju Tamami. Ia cukup keheranan karena pria itu tidak menolak dengan keputusannya yang pastinya akan mengekangnya. Tepuk tangan yang riuh rendah mengiringi langkah pelannya. Saat berhadapan dengan Tamami, pria itu tersenyum tipis sebelum menerima kedua benda kekaisaran tersebut dari tangannya.

Satohito menatap sekilas Tamami sebelum beralih ke semua wajah-wajah yang hadir. Dengan lantang berkata. "Aku tidak akan menjadi kaisar, Kusanagi-no-Tsurugi dan Yasakani no Magatama ini kuserahkan kepada seseorang yang pantas mengenakannya."

Tamami tercengang mendengar pernyataan Satohito. Pria itu bahkan tak menoleh sama sekali padanya. Apa maksudnya? Orang yang dimaksud pria itu tentu bukan dirinya. Lalu siapa?

"Pangeran Yoshiko. Dialah yang akan menerima semua ini."

Belum habis rasa tercengang Tamami, satu nama itu langsung menulikan indera pendengarannya. Pangeran Yoshiko, adik ayahnya yang hidup dalam pengasingan karena sempat melakukan kudeta atas pernikahan politik yang dilakukan oleh orangtuanya. Sepasang teal-nya menatap Satohito tak percaya, pada tepuk tangan kemenangan di bawah sana, juga pada sosok pamannya yang keluar dari kerumunan dan perlahan menujunya.

Ini bohong!

Tubuhnya membeku, tak mampu bergerak, bahkan untuk mengeluarkan sepatah katapun tak mampu. Kekagetan yang menyerangnya secara beruntun itu melemaskan seluruh otot-ototnya. Ia hanya diam bak patung saat Yoshiko berdiri di sisinya dan mengacuhkan keberadaannya sebelum mengambil kalung dan pedang dari tangan Satohito.

Suasana langsung berubah menjadi semakin meriah-melebihi penobatannya. Para pejabat berdiri dengan tepuk tangan yang riuh, seluruh wajah rakyatnya dipenuhi sukacita, bahkan Satohito pun menampilkan senyum puas yang tidak pria itu berikan saat penobatannya.

"Hidup Tenno Heika! Hidup Tenno Heika! Hidup! Jayalah Tenno Heika!"

Teriakan demi teriakan itu menyadarkan Tamami. Benang-benang ingatan itu mulai berseliweran memenuhi kepalanya. Bodohnya. Ia sangat bodoh Mereka berhasil memanipulasinya.

Sekarang ia tahu. Sekarang ia paham. Semua sudah direncanakan. Kejadian malam itu bukanlah mimpi, semua orang terdekatnya, semua pejabat yang memihak padanya, semuanya sudah mati. Mereka semua dibantai. Mungkin termasuk ayahnya. Semua dibunuh dengan keji.

Air mata itu perlahan turun, mengaburkan sosok Satohito yang masih tetap tak mengalihkan pandang padanya. Semua orang menganggap dirinya bak angin lalu-terpinggirkan. Satuhito, pria yang sangat dicintainya, yang sangat dipercayainya, bahkan tega menikamnya dari belakang.

Apa kesalahannya?

Apa karena ia berbeda?

Ia merasa tubuhnya lemas, tungkainya lunglai, kekuatannya mencair keluar. Ia tidak sanggup berada dalam kesedihan ini lebih lama lagi. Semua keberuntunganya adalah kebuntungan yang menghancurkan dirinya sendiri.

Semua memudar dan menjadi gelap.

***

Notes :
1. Daimyo : Tuan Tanah
2. Kusanagi-no-Tsurugi : Pedang kekaisaran yang melambangkan keberanian.
3. Yasakani no Magatama : Kalung dengan permata berbentuk koma yang melambangkan kemurahan hati.
4. Sebenarnya terdapat satu lagi regalia dalam pelantikan Kaisar Jepang, Yata no Kagami atau cermin Yata yang berarti kebijaksanaan. Tapi cermin ini tidak diikutsertakan dalam pelantikan.
5. Kogo Heika : Kaisar Wanita

Tamami Hime [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang