5 | Sahabat Kok Gitu?

3.6K 425 21
                                    

But "just friends"
Don't look at each other like that

-anonym-

****************

TIN TIN.

Bunyi klakson motor Marshal menggema di depan rumah Sera. Di Minggu pagi yang cerah, mereka berencana untuk berolahraga di kawasan pusat Jakarta. Karena mereka kesiangan, dan matahari juga sudah semakin tinggi, Marshal tidak masuk ke rumah Sera. Ia menunggu di depan rumah Sera agar bisa langsung berangkat.

Tak lama, Sera keluar dari rumahnya, setelah sebelumnya pamit pada kedua orangtuanya. Di atas kemudinya, Marshal membelalak melihat penampilan sahabatnya itu. Masalahnya saat ini Sera memakai celana training panjang di padu dengan croptee sebagai atasannya, yang memperlihatkan bagian perutnya.

"Yuk, jalan." Ujar Sera saat dirinya sudah berada disamping motor Marshal.

"Apaan tuh baju kayak gitu. Kayak kekurangan bahan." Penuturan Marshal yang bernada dingin membuat Sera yang ingin menaiki motor mengurungkan niatnya.

"Ini namanya croptee. Norak lo."

"Kenapa udel sampe keliatan gitu?" delik Marshal tajam.

"Ya emang modelnya begini keles." Sera memutar bola matanya.

"Bodo amat. Ganti buruan. Nggak cocok di lo. Mending kalo badan lo bohay. Kurus begitu apanya yang mau diliat." Ujar Marshal sarkas membuat Sera kesal.

"Ish...lo abis makan cabe ya pagi-pagi? Rese amat sih mulut lo."

"Buruan masuk sana. Ganti baju lo." Marshal sedikit mendorong tubuh Sera.

Dengan kesal dan wajah ditekuk mau tidak mau Sera menuruti perintah Marshal, dan masuk kembali ke rumah untuk berganti baju. Sebenarnya tadi saat memilih baju dia juga berpikir apa bajunya itu terlalu terbuka.

Hanya butuh waktu lima menit Sera berganti baju. Setelahnya ia kembali lagi ke hadapan Marshal. Kali ini ia memakai kaos putih dengan lengan sampai siku.

"Nah, gitu kek dari tadi."

"Lo tuh nggak ngerti ya yang namanya style. FASHION! You know fashion?" cetus Sera dengan penekanan pada kata fashion.

Marshal melengos, "I don't know. I don't care."


***


Olahraga mereka kali ini tidak hanya dilakukan oleh mereka berdua saja. Marshal juga mengajak kedua temannya yang berada di kelas yang sama dengannya di kampus. Mereka adalah Harris dan Doni.

Sera sebenarnya sudah diperkenalkan sebelumnya pada kedua orang itu oleh Marshal. Apalagi Doni, yang kebetulan adalah teman SMP nya, dan kebetulan juga mantan gebetan Sera dulu. Hanya saja baru kali ini Sera benar-benar menghabiskan waktu bersama mereka.

Setelah lelah berkeliling bundaran HI sebanyak lima putaran, mereka beristirahat, dan duduk-duduk di pinggiran kolam.

Sera yang memang orangnya well-prepared selalu membawa botol minum. Dia mengambil botol air minum itu dari dalam tasnya. Lalu meminumnya dengan beberapa kali tegukan. Setelahnya, tanpa aba-aba Marshal langsung mengambil botol milik Sera tersebut dan langsung meminumnya tanpa canggung.

Harris dan Doni yang melihat itu seketika melongo. Pasalnya, Marshal dan Sera ini dua orang yang berbeda jenis kelamin namun dengan tidak sungkan berbagi botol yang sama. Hal yang menurut sebagian orang, termasuk mereka, adalah sesuatu yang tidak biasa.

Tanpa memperhatikan kedua orang di sekitarnya yang tengah memasang tampang cengo, Sera pamit pergi untuk membeli makanan.

Setelah Sera pergi, Doni tidak tahan untuk bertanya, "Lo sama Sera sepupuan ya? Nggak mungkin kan adek kakak? Atau kembar? Kalian lumayan mirip sih."

Marshal mengernyit, "Gue sama Sera bukan sepupu atau adek kakak. Apalagi kembar. Ngaco lu."

"Terus kalo nggak, kok deket banget gitu. Atau kalian pacaran?"

"Kita sahabatan." Doni dan Harris saling pandang. "Lo kenapa sih, Don?"

"Beneran sahabat? Tapi kok tadi lo minum dari botol punyanya Sera?"

"Emang sahabat nggak boleh kayak gitu? Kalo gue minum dari botol yang abis Sera pake terus berarti kita ciuman nggak langsung, gitu maksud lo? Kayak anak SD aja lo." Marshal tergelak.

Doni menggaruk tengkuknya, "Aneh aja."

"Biasa aja. Gue udah lama sahabatan sama Sera, jadi udah nggak canggung lagi."

Doni hanya mengangguk, sementara Harris memasang wajah datar.

"Kalian kenapa bisa sahabatan?" tanya Harris datar.

"Dulu gue emang satu SMA sama dia. Tapi baru deket pas lulus. Awalnya ketemu nggak sengaja. Sampe pertemuan berikutnya kita ngobrol dan nyambung. Keterusan deh sampe sekarang."

"Pada ngomongin apa sih? Serius banget." Celetuk Sera yang sudah datang membawa plastik cilok di tangannya.

"Kita nanya sama Marshal. Gue sih sebenernya yang nanya. Kalian berdua beneran cuma sahabatan?" tanya Doni hati-hati.

"Gue sama Marshal? Ya iyalah. Kenapa? Keliatan kayak orang pacaran ya?" Sera terkekeh. "Udah biasa. Udah banyak yang ngomong begitu, bukan kalian doang. Ya nggak, Shal?"

Marshal hanya tersenyum miring menanggapi. Tiba-tiba pikirannya menerawang. Flashback ke kejadian dua tahun lalu saat ia bertemu Sera di acara reuni, saat olahraga, dan di kafe. Semua itu terjadi antara sengaja dan tidak. Begitu mereka ketemu ada yang mendorong Marshal untuk berusaha mendekati gadis itu.

Setelah mereka dekat dan terlibat komunikasi yang nyambung satu sama lain, Marshal merasakan ada perasaan lain yang timbul. Namun seiring timbulnya perasaan itu, muncul dilema besar. Apakah jika dirinya meneruskan perasaan itu hubungan mereka masih akan sama? Marshal sudah nyaman bersahabat dengan Sera seperti sekarang. Ia berusaha agar persahabatan mereka tidak ada embel-embel cinta di dalamnya.

Untuk itu, bisa dibilang Marshal menyibukkan diri dengan memiliki pacar, demi agar ia tidak memikirkan perasaan itu lebih jauh.

Ya. Begini lebih baik.

***

Bagi Sera, Marshal ngga mungkin ada perasaan lebih sama dia karena Marshal hanya menganggapnya sebagai sahabat.

Bagi Marshal, dia udah nyaman sahabatan sama Sera dan takut bila ada cinta diantara mereka persahabatan mereka akan rusak.

Ya, ini cerita mainstream. Tapi jelas alurnya beda. Dan akan bikin kalian gemes, kesel, baper, dan terombang-ambing kayak naik roller-coaster.

Ikutin terus yaaa...

STUCK [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang