Seorang mahasiswi bergerak-gerak gelisah di depan gedung sekretariat salah satu kampus bergengsi di Jakarta. Beberapa menit yang lalu ia baru saja selesai menghadiri rapat BEM untuk menyambut mahasiswa baru. Rapat yang berlangsung cukup lama sampai larut malam. Ia bingung bagaimana caranya untuk pulang, mengingat ia tidak menyewa satu kamar kost seperti teman-temannya yang lain.Dia Sera Bunga Adrina. Gadis berparas manis. Seorang mahasiswi psikologi yang baik hati, kalem, dan rela membantu teman-temannya yang sedang kesulitan. Meskipun saat ia merasa kesulitan, teman-temannya itu jarang yang menampakkan diri. Bahkan terkesan cuek. Seperti saat ini.
Sera bingung bagaimana caranya pulang, sedangkan kini sudah larut malam. Angkutan umum sudah jarang terlihat. Meskipun ada, Sera takut untuk menaikinya. Larut malam begini rawan dengan kejahatan. Apalagi ini ibukota. Mau memesan ojek online pun tidak mungkin. Sedari tadi ponselnya mati total karena kehabisan daya.
"Duh, mikir mikir dong, Ra. Masa harus naik bis, sih. Takut, Mamaaa..." Sera melirik ponselnya sekali lagi. Tapi keadaannya tetap sama. Hanya layar hitam yang nampak disana. "Hp pake lowbat lagi. Gini nih kalo abis kumpul BEM, pasti pulang malem. Kenapa nggak dibolehin ngekost aja sih." Gerutu Sera.
Sera mengedarkan pandangannya, melihat keadaan sekitar. Siapa tahu masih ada orang yang ia kenal yang bisa ia tumpangi atau ajak pulang bersama.
Sera mengangkap sesosok yang ia kenal. Dan sepertinya orang itu juga melihatnya.
"Hai, Ra. Belum pulang?" tanya perempuan itu. Dia adalah Fira, teman satu kelas Sera, yang juga ikut kepanitiaan dalam acara orientasi mahasiswa baru nanti. Perempuan itu juga sama seperti Sera sehabis mengikuti rapat BEM.
"Belum, Fir. Lo juga belum pulang?" tanya Sera. Ada secercah harapan bahwa ia bisa pulang bersama Fira itu. Atau menumpang di mobilnya karena setahu Sera, Fira ini sering membawa mobil ke kampus.
"Iya, nih. Abis nongki-nongki dulu tadi sama anak-anak."
Agak sungkan sebenarnya meminta tebengan pada Fira. Meskipun mereka sekelas, Sera tidak begitu dekat dengan gadis itu. Tapi, tidak ada salahnya kan dicoba. Sera tahu Fira baik, dan tidak mungkin membiarkan dia sendirian disini sampai besok.
Baru saja Sera akan membuka mulutnya, Fira sudah memotong lebih dulu, "Eh, gue udah dijemput, nih. Duluan ya, Ra." Fira melambai seraya tersenyum pada Sera, yang hanya dibalas Sera dengan senyum miris. Sera hanya bisa menghela napas melihat Fira yang menjauh. Ternyata, perempuan itu tidak membawa mobil dan entah dijemput oleh siapa.
Gagal deh dapat tebengan. Bahkan perempuan itu tidak menawarkan Sera untuk ikut. Benar-benar.
Sera kembali melamun. Hari semakin larut. Ia kemudian berpikir untuk mencari tukang penjual pulsa. Bukan untuk membeli pulsa, tapi meminjam charger untuk mengisi ponselnya. Semoga ada yang masih buka jam segini.
Sera berjalan menelusuri pertokoan yang berjajar di sebuah gang di pinggir kampus. Beruntung tidak lama ia melihat ada toko pulsa yang masih buka. Dengan menebalkan muka, Sera meminta bantuan pada penjaga toko tersebut. Beruntungnya lagi penjaga toko itu adalah perempuan. Bukan apa-apa. Jika penjaganya laki-laki Sera takut ditanya macam-macam. Bagaimanapun dia ini perempuan dan ini sudah larut malam.
"Permisi, Mbak. Boleh pinjam charger nya? Saya mau minta temen saya jemput tapi hp saya mati." Ujar Sera sambil menunjukkan ponselnya.
"Oh, boleh, Mbak. Silahkan."
"Makasih banyak ya, Mbak."
Sera bersyukur dalam hati mbak-mbak itu sangat baik dan tidak bertanya macam-macam. Ia menunggu beberapa detik sampai ponselnya menyala. Setelah menyala, ia buru-buru mencari kontak temannya. Sera tidak mau berlama-lama disana, takut mengganggu. Hanya satu orang yang ia pikirkan saat ini yang bisa menjemputnya di kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK [COMPLETED]
Fiction générale"Kita terjebak dalam lingkaran bernama persahabatan yang kita buat sendiri." [Versi lengkap bisa dibaca di Karyakarsa]