“MAU kemana sih? Semangat amat.” gerutu Sera yang terseok-seok mengikuti laki-laki di depannya.“Buruan kek. Lama amat sih jalannya.”
“Lagian lo buru-buru banget sih. Emang kita mau kemana?”
“Udah ikut aja pokoknya.” Dengan tidak sabar akhirnya Marshal menarik lengan Sera agar mempercepat langkahnya.
Saat ini mereka berada di sebuah mal di bagian barat Jakarta. Sedari tadi sejak di parkiran, Marshal berjalan terburu-buru ke suatu tempat entah kemana. Bahkan Sera dipaksa bangun dari hibernasinya di hari libur setelah menjalani ujian tengah semester. Dan dengan hebohnya memintanya untuk menemani ke suatu tempat yang penting, katanya.
Sera dengan susah payah mengimbangi langkah lebar Marshal. Ia pasrah saja mau dibawa kemana oleh laki-laki itu.
Namun, begitu sampai di tempat tujuan, ekspresi Sera berubah total. Ia tidak bisa menghentikan gerak mulutnya yang menganga lebar. Di depannya terdapat sebuah ruang yang terbuka yang berisi hamparan es.
“Yippiy...sampe, Raa.” seru Marshal girang.
“Mau ngapain?”
“Kita main ice-skating.” Ujar Marshal sumringah. Marshal ingin menarik lengan Sera lagi, namun buru-buru dicegah oleh gadis itu.
“Tunggu. Jadi dari tadi lo narik-narik gue cuma mau kesini?” tanya Sera tajam, sementara Marshal mengangguk-anggukan kepalanya cepat disertai senyum lebarnya.
“Lo ganggu hibernasi gue cuma mau kesini? Ini tempat yang lo bilang penting?” Kali ini nada suara Sera sudah meninggi.
Marshal hanya bisa menyengir kuda, “Ini udah rencana gue dari kapan tau, Ra. Gue pengen banget main ice-skating abis UTS. Udah lama nggak main.”
Sera mencibir, “Bodo ah. Gue balik.”
Baru berniat membalikkan tubuh, tubuh Sera sudah ditahan lebih dulu oleh Marshal, “Heh, kok lo balik sih. Temenin gue.”
“Nggak mau. Mendingan tidur di rumah.”
“Yah, Ra. Please dong temenin gue, ya? Lagian kenapa jadi lo yang sering tidur sih. Mulai ketularan gue lo, ya?”
“Otak gue perlu di refresh abis UTS, Shal. Dan caranya ya tidur.”
“Justru itu gue ajak lo kesini buat refreshing. Gue udah baik nih sama lo. Bukannya makasih.”
“Baperan amat sih lo. Kayak cewek.” Sera menjitak kepala Marshal pelan, “Ogah ah. Gue nggak bisa main ice-skating.”
“Ada gue. Nanti gue ajarin.” Marshal sekali lagi menarik lengan Sera. Dengan pasrah, mau tidak mau gadis itu menurut.
Sera masih memasang wajah malas bahkan saat mereka sudah mengambil sepatu skate yang disewa.
“Jangan cemberut.” Marshal menekan kedua pipi Sera sampai membuat bibirnya mengerucut. “Pasti lo bakal happy di dalem. Percaya sama gue.”
Sera mengambil tempat duduk untuk mengganti sepatunya dengan sepatu skate. Melihat Sera yang kesulitan memakainya, Marshal yang sudah selesai memakai sepatunya, memosisikan diri berjongkok di depan Sera untuk membantunya.
Sera yang melihat itu terkesiap sesaat. Namun, sedetik kemudian raut wajahnya kembali datar seakan sudah terbiasa dengan sikap Marshal. Marshal memang seperti itu. Selalu bersikap gentleman.
Marshal dengan sabar memakaikan sepatu di kedua kaki Sera secara bergantian. Mengundang tatapan iri orang-orang di sekitarnya. Terutama para kaum hawa. Mereka berpikir Sera sangat beruntung diperlakukan seperti putri. Tanpa tahu bahwa orang yang mereka anggap beruntung itu bersikap biasa saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK [COMPLETED]
General Fiction"Kita terjebak dalam lingkaran bernama persahabatan yang kita buat sendiri." [Versi lengkap bisa dibaca di Karyakarsa]