***
Asha berlari menyusuri koridor rumah sakit yang rasanya tidak berujung. Tubuhnya yang sedari gemetar masih mencoba menapaki jalan menuju ruang rawat Arkan. Setelah sampai di ujung koridor Asha baru menghentikan langkahnya.
"Astaga, ruangnya dimana?" Ucapnya saat tersadar dia hanya berlari seperti orang kesetanan tanpa tau dimana letak ruang rawat Arkan.
Dengan tergesa dia menelpon kembali nomor sekretaris Arkan.
"Halo? Saya sudah di rumah sakit. Dimana ruangan suami saya?"
"Baiklah, saya akan menjemput Ibu."
"Jangan, biar saya langsung ke sana. Katakan saja dimana!"
"Lantai empat, VVIP room, dan—"
Tanpa menunggu sekretaris Arkan selesai berbicara, Asha langsung bergegas menuju lift yang ada di belakangnya.
***
Saat kakinya berpijak di lantai empat, Asha langsung menemui resepsionis.
"Pasien atas nama Arkan Ghifari Naushad, VVIP room." Tanya Asha dengan napas tidak teratur.
"Mari kami antar, Bu. Pasien baru saja di pindahkan dari IGD." Jawab salah satu perempuan yang berseragam perawat pada Asha.
Hanya berselang tiga kamar, perawat tersebut sudah berhenti. Asha melirik ke arah samping pintu yang terdapat nama pasien beserta nama dokter penanggung jawab.
"Mari, Bu. Di sini ruangan dari pasien atas nama Arkan Ghifari Naushad." Pamit perawat tersebut yang kemudian meninggalkan Asha yang masih berdiri di luar.
Asha berusaha untuk mengatur napasnya agar lebih teratur. Dia juga menghapus air mata yang sedari tadi mengalir. Bagi Asha, saat ini raut wajah kesedihan bukanlah yang di harapkan oleh Arkan. Dia harus lebih tegar dari suaminya itu.
"Semua pasti akan baik-baik saja." Gumam Asha kemudian membuka pintu ruangan tersebut.
Di dalam sana, sudah ada seorang laki-laki yang mungkin berumur tiga puluhan yang sedang duduk di sofa sambil menelpon dengan arah menghadap ke jendela. Sesekali dia terlihat mengacak rambutnya sendiri seperti orang banyak masalah.
"Bagaimana pun kamu harus menundanya sampai besok. Keadaan saat ini tidak memungkinkan. Saya juga tidak bisa mengatakan apa yang sudah terjadi. Ini perintah langsung dari Pak Arkan. Tolong patuhi." Tegasnya kemudian melempar ponsel itu di sofa.
Kepalanya yang sedari tadi mengarah ke jendela sekarang berbalik ke arah pintu. Dia sempat terlonjak kaget saat melihat Asha hanya berdiri mematung di depan pintu. Namun, setelah itu dia berdiri dan menghampiri Asha.
"Pak Arkan baru saja di pindahkan ke ruangan ini. Maaf saya telat memberitahukan Ibu. Karena keadaannya sangat mendadak." Jelasnya sopan.
"Tidak apa-apa." Ucap Asha yang lalu berjalan ke arah Arkan yang masih tidak sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menelusuri hati
RomanceKisah seorang perempuan yang mencoba menerima takdir. Meski kehidupan setelah pernikahannya tidak sebaik yang dia harapkan, namun keyakinan untuk bertahan selalu di sematkannya. Sifat dingin tak tersentuh sang suami tidak membuatnya menyerah. Hingga...