***
Dua bulan kemudian
Mira memandang sedih ke arah Arkan yang duduk termenung di ranjang rumah sakit. Sejak bangun dari tidurnya pagi tadi, Arkan tidak berniat untuk bergerak sedikit pun. Matanya hanya menatap nanar ke arah jendela yang memperlihatkan taman rumah sakit. Pikirannya seolah kosong dan hampa.
"Arkan, kamu jangan seperti ini terus. Mama sedih melihat kamu seperti ini, kamu harus semangat." Tegur Mira pada anaknya yang sedari tadi termenung di ranjang pengobatannya.
"Arkan semangat, Ma." Jawab Arkan seadanya.
Mira mendengus kesal melihat wajah di tekuk Arkan. "Semangat apa? Kamu sudah seperti mayat hidup begini." Gerutunya.
"Arkan kan sakit, Ma." Balas Arkan lagi dengan suara tidak semangat.
Mira yang melihat kelakuan anaknya itu menjadi iba.
"Arkan, kalau kamu tidak semangat seperti ini pasti Asha sedih di sana." Arkan hanya menghela napas mendengar perkataan ibunya.
"Kamu harus kuat, inilah yang diharapkan Asha. Kalau kamu sehat, istrimu juga bisa istirahat dengan tenang di sana." Ucap Mira dengan frustasi.
"Tapi Arkan ingin bertemu Asha, Ma." Ucapnya dengan suara memelas.
Tidak kuat melihat kondisi anaknya yang tidak bersemangat Mira pun meneteskan air matanya.
"Arkan, jangan seperti ini. Kamu harus segera di operasi, Nak. Mama masih ingin bersamamu untuk waktu yang lama." Lalu tangisnya pun pecah.
Hal yang paling sulit adalah membujuk Arkan untuk segera melakukan pengobatan. Padahal sebulan lalu Arkan sudah terbang ke Jerman dengan ibunya setelah dia setuju berobat di negara ini. Tetapi saat akan di operasi, dia malah menyuruh untuk menunda dengan alasan yang tidak bisa diterima oleh Mira.
"Kamu ini benar-benar. Tidak mungkin Asha berada di sini." Ucap Mira di sela tangisnya.
Arkan tidak menanggapi sama sekali, dia hanya menyandarkan tubuhnya di ranjang tanpa menoleh ke arah Mira. Baginya, kehadiran Asha lah yang akan membuatnya lebih baik. Setidaknya saat dirinya takut untuk melakukan operasi, ada Asha yang akan selalu menemaninya di sini. Tetapi, itu adalah hal yang tidak mungkin terjadi, karena bagaimana pun Asha tidak akan berada di sisinya. Istrinya itu berada di tempat yang jauh dengan keadaan yang tidak akan memungkinkan bisa bersama dengan dirinya saat ini.
Takdir memang tidak ada yang bisa menebaknya, saat kita merasa bahwa semua akan berakhir seperti pemikiran kita, nyatanya bisa berubah haluan hanya dengan sebuah kata takdir. Tetapi inilah hidup, bagi Arkan dia mencoba menerimanya karena kesulitan apa yang telah terjadi akan menyimpan bahagia pada akhirnya.
Drtt drttt
sebuah panggilan video masuk ke dalam ponsel milik Arkan. Melihat siapa yang membuat panggilan membuat Arkan sejenak kaget lalu tersenyum. Tanpa menunggu lama, dia dengan segera menerima panggilan video tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menelusuri hati
RomanceKisah seorang perempuan yang mencoba menerima takdir. Meski kehidupan setelah pernikahannya tidak sebaik yang dia harapkan, namun keyakinan untuk bertahan selalu di sematkannya. Sifat dingin tak tersentuh sang suami tidak membuatnya menyerah. Hingga...