2

126 18 5
                                    

Ahh ... Sakit sekali punggungku.

Aku mulai membuka mataku secara perlahan.

"Lecia!" Aku melihat ia sedang terbaring tak sadarkan diri di depanku.

Peti mati yg ia bawa terbuka dan isinya pun berceceran kemana mana.

Aku melihat sebuah benda aneh yang terbungkus dengan kain putih secara menyeluruh, dan sebuah pedang perak dengan lambang kepala singa, terdapat juga permata Merah di tengah pedang tersebut, ada juga kumpulan foto foto dan bunga yang berceceran dimana mana.
Sepertinya itu berasal dari dalam peti mati yang Lecia bawa.

Aku berusaha bangkit untuk menolong Lecia, semua tubuhku rasanya sangat sakit, terutama kakiku dan punggungku mungkin karena efek jatuh tadi.

Aku tidak tau seberapa dalam jurang ini, tapi kupikir ini tidak seberapa dalam, karena aku dan Lecia masih bisa selamat. Mungkin karena sudah malam, dan itu membuat jurang tadi tampak gelap dan dalam.

Aku berjalan menahan rasa sakit dikaki untuk menghampiri Lecia yang tergeletak pingsan.

Saat berjalan, Aku tidak sengaja melihat selembar foto yang tergeletak didepanku, aku pun mengambil foto itu.

Aku melihat ada 2 orang difoto itu, seorang anak kecil yang sedang duduk di kursi, anak itu memakai dress warna putih polos selutut, berambut abu abu dan mata merah, dia pasti Lecia. Disampingnya berdiri seorang pria dewasa dengan rambut hitam, serta janggut dan kumis yang berwarna sama, ia memakai jas model masa pertengahan atau jas dengan style yang cukup kuno, kemeja putih, celana hitam panjang, bersepatu boots tinggi, dan memakai topi seperti pemburu. Pria itu juga memegang sebuah pigura, di pigura itu terdapat foto hitam putih yang memperlihatkan wajah seorang perempuan yang mirip dengan Lecia namun lebih dewasa.

Sepetinya pria itu adalah ayah Lecia dan wanita difoto itu ibunya, ibunya hanya ada dalam bentuk foto dalam pigura, sepertinya ia sudah meninggal.

Ahh ... Gara gara foto itu aku sampai melupakan Lecia yang pingsan, aku pun menyimpan foto itu dalam saku celanaku.

"Hey Lecia bangunlah" aku menggoyang goyangkan tubuhnya, tapi ia tidak bereaksi apapun

Apa dia mati ...?

Karena panik, aku pun mengecek detak jantungnya dengan menempelkan telingaku di dadanya.

Aku bisa mendengarnya, jantungnya masih berdetak.

"Apa yang kau lakukan ...? "
Tiba tiba Lecia sadar.

"Ahh maaf maaf, aku hanya ..."

"Hanya apa?" walau suaranya masih terdengar dingin, dan ekspresinya masih datar, tapi entah kenapa aku tau jika dia sedikit marah padaku.

"Aku hanya mengecek detak jantungmu, apa kau masih hidup atau tidak, aku tidak bermaksud melakukan hal yang aneh aneh padamu," kuharap dia tidak mencapku sebagai orang mesum yang suka mencari kesempatan.

Dia hanya menatapku dengan dingin, sepertinya aku gagal menjelaskannya.

"Ahh iya, tadi barang barangmu berceceran disana" ujarku sembari menunjuk barang barangnya yang berceceran di tanah.

Ia pun segera berdiri, lalu berlari menuju sebuah benda miliknya yang terbungkus kain putih tadi.

"Ayah ..." ia memeluk benda itu.

Jadi yang terbungkus kain putih itu adalah ayahnya?!

Jadi semua isi peti mati itu adalah kenang kenangan terakhir dari kedua orang tuanya. Bahkan ia menyimpan mayat ayahnya sendiri dan selalu ia bawa kemana mana dalam peti mati itu, kurasa ia masih belum bisa menerima kematian ayah yang sangat ia sayangi dan cintai itu ...

The Coffin GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang