🙈🙈🙈
----------
Soal matematika adalah soal yang membuat kebanyakan orang mumet sendiri hanya dengan melihat angka-angka beserta simbolnya, tak jarang menggunakan soal cerita yang harus dipahami berulang kali dengan mencari diketahui, ditanya, dan dijawab.
Dan itu semua akan menjadi makanan gue dalam beberapa minggu ke depan.
Ya.
Memikirkannya saja sudah membuat gue muak.
Gue merupakan salah satu murid yang entah mengapa bisa terdampar di antara deretan anak pintar nan jenius.
Dan di sinilah gue duduk manis.
Bisa dilihat di deretan samping ada Lia sang juara satu pararel, Angga yang menjadi anak kebanggaan guru, dan Atra yang dijuluki kalkulator berjalan. Kalau begini gue persis seperti judul lagunya Cakra Khan, butiran debu. Gue, Sela, anak yang masih dipertanyakan keberadaannya di tengah manusia-manusia yang dianugerahi otak di atas rata-rata.
Tak pernah terbayangkan harus berkumpul bersama mereka yang derajatnya di dunia pendidikan lebih tinggi. Bayangkan saja, Lia dan Angga yang dapat menghafal puluhan rumus dalam hitungan jam dan menit. Atra yang dikata sebagai kalkulator berjalan karena dapat menghitung dengan jawaban tepat sepersekian menit dan detik. Gue? Sela yang harus menjawab soal dengan kertas corat-coret setumpuk saking banyaknya yang salah hitung.
Mengikuti olimpiade matematika secara paksa ini bagaikan musibah untuk gue alih-alih sebagai kesempatan. Gue akan lebih senang jika dibiarkan membaca novel remaja segudang dibandingkan berhadapan dengan soal-soal yang harus dikerjakan mati-matian.
Di ruangan ini, sepertinya cuman gue yang terpaksa. Menatap nelangsa ke arah guru yang detik ini akan gue juluki sebagai Guru Paling Baik Sedunia karena sudah menambah banyak sekali beban untuk gue.
Menggelengkan kepala, dibalas anggukan kepala.
Menyatukan tangan memohon, dibalas lambaian tangan.
Memberikan tatapan sedih, dibalas senyuman intimidasi.
Oke, julukan Guru Paling Baik Sedunia memang pas untuknya.
Sekarang apa?
Menjalani dengan sepenuh hati ?
Halah.
Gue kembali dibuat ternganga ketika tahu jika salah satu persyaratannya adalah satu tim terdiri dari dua orang. Awalnya gue berharap bisa satu tim dengan Lia berhubung hanya dia yang bergender perempuan sama seperti gue. Tapi harapan itu hancur ketika gue di masukkan ke dalam tim kedua bersama kalkulator berjalan, Atra. Cowok yang cara hitungnya berbanding terbalik dengan gue.
Dan inilah cerita gue yang harus berjuang untuk memenangkan olimpiade matematika bersama mereka yang mendapat jatah pembagian otak lebih banyak.
----------
HAI
EHEHEHEHEHE
Ini cuman cerita iseng aja.
Hitung-hitung menemani selama puasa ramadhan.Cast:
KAMU SEDANG MEMBACA
Count You
Short StoryGue adalah salah satu murid yang ntah mengapa bisa terdampar di antara deretan anak pintar nan jenius. Ada Lia sang juara satu pararel, Angga anak kebanggaan guru, dan Atra yang dijuluki kalkulator berjalan. Gue, Sela, anak yang masih dipertanyakan...