----------
Angga itu murid kebanggaan sekaligus kesayangan guru. Terbukti setiap acara-acara yang di adakan sekolah, Anggalah yang menjadi ikon pilihan. Imej Angga sebagai murid teladan seakan melekat di dirinya jika berhadapan dengan guru.
Awalnya gue juga mandang segan Angga. Terlebih dia yang menjabat sebagai ketua kelas di kelas gue waktu kelas 10.
Tapi pandangan itu langsung hilang ketika gue masuk ke dalam kamarnya. Beruntungnya dia, gue lah yang masuk bukan Lia yang mulutnya ember kek kolam renang bocor. Sebab jika Lia, ada kemungkinan Angga bakal malu tujuh turunan.
Kalian tahu kenapa?
Angga yang katanya murid teladan, murid yang disegani lebih dari ketua osis ternyata adalah seorang...
barbie lovers.
Dia suka hal yang berbau barbie.
Kegilaan Angga gak sampe situ aja dengan memasang poster dan majalah barbie di kamarnya.
Yang gue liat, dia lagi nonton Mariposa bareng Ina disana. Di karpetnya penuh dengan kaset-kaset series barbie yang sering di tonton adek sepupu gue. Pandangan gue geser ke arah Angga yang mainin boneka barbie berambut warna pink.
Kayaknya dia lupa kalau sore itu gue sama dia ada janji ngerjain tugas paper fisika.
Pas gue tanya sambil nunjuk-nunjuk poster yang nempel di dinding, dia ngelak, bilang kalau itu kerjaannya Ina. Bilang kalau dia lsipaksa Ina buat main-main kek gitu. Ina yang denger cuman senyum-senyum mesem yang orang bisa artiin sebagai senyum ngeles.
Maka dari itu, si Angga sama Ina berani gue bilang pasangan gila. Sempet gue mikir, gimana sama Ibunya Angga pas tau anaknya agak miring kek gitu.
Pas gue tanya penasaran, Angga ngejawab,
"Tenang Sel, Mama taunya itu kerjaan Anggi sama Ina."
Fyi, Angga punya adek perempuan yang masih imut-imut namanya Anggi. Gue jadi kasian sama Anggi yang ga tau apa-apa dijadiin tameng Angga. Terus gitu Angginya iya-iya aja sambil nyengir kuda.
Gue bingung, gimana bisa Angga yang kek gitu dijadiin ikon sekolah. Pada miring semua yang ada kalau ngikutin jalannya Angga.
Nah, kalau Ina itu temen sekelas gue juga. Inget banget pas Ina curhat panjang sama gue tentang pendekatannya dengan Angga. Waktu itu, gue belum tau gesreknya Angga, jadi gue iya-iya aja kalau dia tanya Angga itu baik apa nggak. Yang gue takutin itu malah Angga yang ga bisa nerima sisi anehnya Ina. Ina itu emang bawaan luarnya kalem. Tapi kalau udah kenal bisa aja lo di kerjain dia abis-abisan. Banyak tingkah pokoknya.
Pernah tuh ya, gue curhat sama dia kalau gue abis bunuh kecoa yang laknatnya minta ampun main masuk-masuk ke dalam kamar gue sembarangan. Iya, gue takut sama kecoa dan dengan bodohnya gue ceritanya ke Ina bukan ke Hana.
Jadilah ke esokan paginya gue ketemu plus kontak mata sama kecoa lain karena Ina yang megang tuh kecoa tepat di depan muka gue.
"Lo kan udah bunuh kecoa tadi malam, sekarang lo minta maaf gih sama saudaranya."
ASW.
MATI AJA SANA LO.
YANG SALAH TUH SAUDARANYA BUKAN GUE EGE!
LO KIRA GUE MAU MINTA MAAF HAH?!
Sumpah, ngusap dada gue punya temen kayak Ina. Beruntung dia pacaran sama Angga, keanehannya tersalurkan dengan baik bersama kegilaan Angga. Dan gue ga jadi objek akal berlebih Ina lagi.
Lo pada tau? Setelah dia nyuruh gue minta maaf, gue langsung ngacir lari-lari ketakutan. Saat gue ngerasa udah jauh, gue berhenti, nyoba ngatur pernapasan yang ga karuan.
Ternyata oh ternyata tanpa gue sadari, Ina sudah ada di samping gue, tangannya masih setia megang antena kecoa laknat.
Ngeliat kecoa yang berusaha melepaskan diri dari Ina dengan membuka-buka sayapnya seketika membuat gue limbung.KECOANYA UDAH MODE FLYING WOI.
KALAU SAMPAI LEPAS GIMANA?!
Dan ketakutan gue jadi nyata.
Kecoanya lepas.
Akibat Ina yang melihat Angga datang dari arah yang berlawanan.
Dia falling love dan gue falling down.
Kampret bener.
Semenjak itu gue sangat-sangat-sangat berterimakasih kepada Angga yang sudah menyadarkan Ina terhadap kelaknatannya.
Termasuk beberapa hari dimana kejahilan Ina kumat dan gue kembali menjadi objeknya dia.
Udah tuh, gue teriakin nama Angga, bukan gue lagi yang ngacir tapi Inanya yang lari pergi menjauh. Takut nama baiknya tercoreng katanya. Padahal mah sama-sama gila.Masa-masa paling gue inget bersama mereka adalah saat gue terlalu sering jadi obat nyamuk dan jadi penonton dadakan kisah cinta mereka.
Kayak tadi, usai kami di suruh latihan lari cepat, gue harus menyaksikan scene kebanyakan drama korea dimana cowok ngacak rambut ceweknya terus ngerangkul ngasih semangat.
Gue berasa lagi nonton film sumpah. Gue tarik Hana yang jaraknya agak jauhan biar mendekat dan jadi sandaran gue.
Kalau boleh jujur sih, dari pandangan orang asing mungkin mereka termasuk relationship goals. Angga dan Ina juga cukup populer untuk diketahui seantero sekolah sebagai pasangan yang sempurna.
Tapi ya gitu.
Gilanya menutupi semua pandangan gue ke mereka.
Sebanding sih dengan kepintaran yang mereka punya.
Ina termasuk anak berprestasi di sekolah. Tak jarang dia menjuarai beberapa ajang lomba sastra. Percaya ga percaya, Ina sudah menerbitkan satu buku novel bergenre romance-comedy. Jangan salah kalau dia mendapatkan ide cemerlang itu dari pengalamannya bersama Angga. Yah, salah satunya scene drama korea yang gue ceritain tadi. Scene itu ada di buku novelnya.
Judul buku novelnya agak miring juga sesuai yang bikin. "Ngawur Story"
Ina nulis per bab setiap malam minggu, biar feel nya lebih dapet katanya. Iya tau, yang udah punya gandengan mah enak. Praktek langsung terus di tulis ya kan Na?
Beruntungnya mereka.
Apalah daya gue.
Dan gue masih dipusingkan oleh pertanyaan dari diri gue sendiri.
Pertanyaan gue masih sama.
Kenapa bisa gue masuk ke dalam tim?
Bahkan diri gue aja ga yakin.
Hati gue kian berkata, ada yang ga beres.
Tapi gue tau, ada yang lebih ga beres.
Otak Angga sama Ina.
----------
ANTI KECOA KECOA CLUB!
KAMU SEDANG MEMBACA
Count You
Short StoryGue adalah salah satu murid yang ntah mengapa bisa terdampar di antara deretan anak pintar nan jenius. Ada Lia sang juara satu pararel, Angga anak kebanggaan guru, dan Atra yang dijuluki kalkulator berjalan. Gue, Sela, anak yang masih dipertanyakan...