Episode 1

97 18 6
                                    

Dimana aku berada. Mengapa semua terlihat gelap, basah, dan tercium aroma busuk. Aku menyusuri jalan dengan melewati kubangan lengket yang menjijikkan.

'Haloo...ooo...ooo...'
'Hoii...iii...iii...'

Sepertinya hanya aku yang berada disini. Apakah aku sudah meninggal dan menunggu hari penyiksaan. Aku menyesal sudah banyak berbuat dosa. Hariku berakhir disini.

'Mamah, Papah, dek Sukun, bang Jo, mas Wakil, mbak Carin, maafin aku, tolong maafin aku kalau aku suka usil sama kalian semua. Aku nggak mau berakhir disini'

Tidak lama kemudian aku melihat dua cahaya biru menuju ke arahku. Aku berpikir bahwa itu cahaya yang akan membawaku ke tempat yang lebih menakutkan. Namun, cahaya itu dengan cepatnya menghampiri diriku yang masih sedih dengan air mata yang masih menetes. Semakin lama semakin dekat, lalu aku melihat di tengah cahaya biru itu ada sesosok wajah yang memperhatikanku. Tanpa pikir panjang aku langsung lari dan berteriak.

'Tolong.... Siapapun tolong aku...'

Hingga akhirnya cahaya biru dan sosok yang berada diantara itu menembus dan melewati diriku hingga aku terjatuh.

---

Ternyata itu semua hanyalah mimpi. Aku terbangun dan wajahku dibasahi oleh air liur dek Sukun yang sangat menjijikkan serta dia sedang meniduri aku dengan menggunakan celana dalam yang basah karena ompolnya. Aku lantas memarahi adikku dan dia malah menangis. Setiap dia menangis, mamah pasti datang lalu aku lah yang dimarahi. Begitulah adik bungsu, selalu mengganggu kakaknya dan jika dimarahi ia mengadu ke orang tuanya. Tetapi aku juga pernah merasakan jadi adik bungsu dan melakukan hal yang sama, maka dari itu aku bisa berkata seperti itu.

Hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah sebagai murid SMA. Keluargaku adalah keluarga yang kurang peduli satu sama lain. Aku dan kakakku saja jarang sekali berkomunikasi. Di keluarga ini, aku hanya akrab sama adikku. Namanya Sukun. Ahh sampai lupa, namaku sendiri Samudra. Anak laki-laki sejak awal lahir dan nggak akan berubah sampai akhir zaman. Ada cerita dibalik pemberian namaku.

---

Dahulu sewaktu mamah akan melahirkan aku, ia sedang liburan naik kapal pesiar. Saat itu kapal sedang berada di tengah Samudra Pasifik yang luas. Semua kru kapal membantu mamah melahirkan hingga akhirnya aku diberi nama Samudra oleh kapten kapal dan mamah setuju dengan nama itu.

---

Aku hampir terlambat untuk datang ke upacara pembukaan masa orientasi siswa (MOS). Aku langsung naik ojek dan berangkat ke sekolah tanpa sarapan. Seperti yang aku duga, jalanan macet parah karena banyak yang berjualan balon di jalanan. Lalu aku teringat bahwa diharuskan membawa dua buah balon berwarna hijau oleh kakak OSIS. Namun, karena takut telat aku lebih memilih tidak membeli balon dan mempersiapkan alasan yang tepat agar tidak dimarahi karena tidak membawa balon hijau.

Akhirnya setelah menempuh waktu dan perjalanan yang panjang, aku sampai ke sekolah dan gerbang hampir ditutup. Aku berhasil melewati palang pintu yang berwajah jutek itu. Lalu aku berlari menuju barisan, namun tiba-tiba aku menabrak kakak OSIS yang membawa banyak kertas hingga terjatuh. Melihat itu aku langsung meminta maaf dan membantu mengambil kertas-kertas itu. Namun, dia marah dan membentak-bentakku. Aku hanya bisa meminta maaf dan menundukkan kepala.

"Berhenti!"

Aku langsung menolehkan kepala dan kaget. Aku bingung, siapakah dia. Lelaki tinggi yang berbalik memarahi kakak OSIS itu. Namun, aku kira setelah dia datang masalah akan cepat selesai, tetapi mereka malah saling mengadu mulut.

"Eh lo jangan mentang-mentang OSIS senior bisa marah gitu"
"Lo siapa ngebelain dia? Mau jadi sok pahlawan nyelametin dia? Dia kan salah, wajar gue marahin"
"Tapi dia sudah minta maaf, kenapa lo masih marah-marah. Jangan mentang-mentang lo cewe gue nggak bisa marahin lo!"

Mereka terus adu mulut. Aku bingung kenapa kakak ini membelaku. Sepertinya aku pernah melihatnya, tapi dimana.

Hingga akhirnya seorang guru menghampiri kami dan membubarkan keributan ini. Aku berterima kasih ke kakak yang sudah menolongku dan dia langsung pergi ke lapangan upacara.

---

Bel masuk berbunyi. Akupun segera menuju kelas. Disana ada tiga anak OSIS yang memakai almamater biru muda yang berarti mereka OSIS junior dan satu orang OSIS senior beralmamater biru tua. Namun ternyata OSIS senior itu adalah kakak OSIS yang aku tabrak tadi. Sehingga saat aku masuk kelas, dia menatapku sampai setajam silet menusuk ke jantung.

Hari ini aku menjalankan hari yang sangat berat. Mulai dari rumah sampai sekolah semua adalah keburukan. Sebenarnya hari ini aku juga dihukum karena lupa membawa salah satu makanan yang diharuskan bawa, tetapi kalau diceritakan bisa memakan satu jam saat bacanya jadi sekarang kita lewati kejadian hari ini sampai pulang sekolah.

Karena ini hari pertama sekolah, aku tidak diizinkan oleh sekolah untuk membawa sepeda motor, jadi aku pulang naik angkot dan jalan sampai rumah. Namun saat di jalan aku dipanggil oleh seseorang yang mengendarai sepeda motornya, berambut acak-acakan, baju berantakan, dan memakai sepatu Yezzy yang sedang ramai dibicarakan di media sosial. Dia adalah kakak yang tadi membelaku saat aku dimarahi oleh kakak OSIS yang jutek banget itu.

"Rumah lo dimana?" tanya olehnya.
"Di perumahan Asri kak. Kenapa?"
"Nah searah sama rumah gue, bareng aja yuk"

Tanpa pikir panjang aku langsung ikut karena kalau dipikir-pikir lumayan juga jalan kaki sampai ke rumah. Aku bergegas naik ke motornya. Lalu aku masih bertanya-tanya, siapa kakak ini sampai baik sekali sama aku. Sepertinya aku pernah melihatnya tapi dimananya aku lupa.

Tidak jauh dari tempat kami bertemu, dia berbicara denganku dan mengingatkan bahwa siapa dia. Ternyata dia adalah kakak kelasku saat SMP dan dia anak OSIS yang pernah nge-MOS aku ketika awal tahun di SMP. Dia terus bercerita tentangnya saat di jalan walaupun aku tidak begitu paham apa yang dibicarakannya, bahkan namanya saja aku lupa dan dia tidak memperkenalkan dirinya. Tidak lama kemudian kami sampai di rumahku.

"Makasih kak tumpangannya" jawabku tersenyum.
"Sipp sama-sama, kalau ada masalah sama OSIS lagi panggil gue aja ya"
"Oke kak makasih banyak"
"Gue balik ya sampai ketemu besok Dra"

Aku kaget saat dia tahu namaku. Tapi aku sendiri nggak tahu namanya walaupun kami sempat nongkrong bareng di kantin saat SMP.

---

(Prank...)
Suara apa itu. Bergegas aku masuk ke rumah. Ternyata itu suara Sukun memecahkan gelas yang berisi susu murni internasional. Aku lihat dia langsung menangis dan kakinya terluka karena terkena pecahan gelas. Segera aku menghampirinya dan mengobati lukanya. Aku ingin memarahi adikku tapi dia satu-satunya orang yang peduli sama aku di rumah ini. Saat lukanya selesai diobati, dia langsung memelukku dan menangis. Wajar saja anak 7 tahun menangis karena memecahkan gelas dan tidak ada orang di rumah ini.

Setiap malam aku selalu tidur bersama adikku. Bukan alasan karena kami dekat tetapi rumah kami yang tidak cukup luas mengharuskan aku tidur bersamanya. Setiap malam terkadang aku menceritakan apa yang terjadi ke Sukun walaupun dia tidak pernah bisa membantu setiap masalahku. Tapi ini cukup membuatku senang.

---

Pagi hari seperti biasa aku terlambat bangun karena urusan Sukun dan keluarga ini. Tapi kali ini aku benar-benar lapar untuk berangkat ke sekolah. Namun jika aku tidak bergegas pergi, aku akan telat masuk sekolah. Aku terpaksa untuk menahan lapar lagi sampai jam istirahat tiba.

Di tengah kepadatan lalu lintas yang tiada henti, aku berhasil ke sekolah tepat waktu tetapi aku lupa membawa bekal makan siang yang sudah disiapkan oleh mamah dan parahnya lagi aku lupa membawa uang. Jam pertama pada hari kedua MOS ini yaitu dimulai dengan senam pagi. Aku sudah nggak kuat lagi untuk senam. Mataku sudah berkunang-kunang dan pandangan mulai tidak jelas sampai aku terjatuh dan pingsan.

---

Yuk dibaca episode selanjutnya hanya di Wattpad @evander_naufal
Ikuti mini stories di Highlight Instagram @evandernaufal
Jangan lupa untuk memberikan rate dan ulasan pada www.goodreads.com

Janji Daun IvyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang