Episode 2

44 15 3
                                    

Dimana aku berada. Mengapa disini sunyi sekali. Tiba-tiba aku melihat ada burger kesukaanku berjalan ke arahku. Tetapi, kenapa ada burger yang bisa terbang sendiri. Dan lagi tidak hanya sebuah burger tetapi puluhan burger. Mungkinkah aku sudah mati dan berada di surga yang dengan meminta apa saja dapat dikabulkan. Namun kalau dilihat-lihat, burger itu bukan ingin dimakan tetapi mereka ingin memakanku. Aku langsung bangun dan lari dari kerumunan burger. Namun aku terjebak di ujung tebing yang tinggi, bahkan dasarnya saja tidak terlihat. Tanpa pikir panjang aku melompat dan....

(Brukkk)

"Kamu ini disuruh jagain anak pingsan malah main  game. Lihat itu anak jatuh. Angkat lah!" tegas penjaga UKS.
"Iya maaf bu, akan saya angkat"

Ternyata aku baru sadar dari pingsan ketika senam pagi dan jatuh dari kasur yang membuatku bangun. Dihadapanku ada seorang wanita berpakaian seperti dokter dan kakak OSIS yang membimbingku saat di kelas. Aku langsung duduk dan diberi segelas tes hangat. Ternyata aku pingsan selama dua jam dan aku diizinkan untuk tidak mengikuti MOS sampai pulih kembali. Perutku masih lapar, sangat lapar. Hingga akhirnya aku meminta izin untuk mencari makanan di kantin.

Ketika berjalan menuju kantin, aku teringat bahwa tidak membawa uang. Apa kakak OSIS mau meminjamkan uangnya ya. Tetapi aku takut untuk meminjamnya. Lalu terpintas olehku bahwa ada kakak kelas yang kemarin mengantarku pulang. Pasti dia mau meminjamkan uangnya. Tetapi aku tidak tahu namanya dan kelas berapa. Mengapa hari ini aku bernasip sangat buruk.

Akhirnya aku duduk di kantin, terdiam sampai aku menemukan siapapun orang yang aku kenal. Namun hampir tiga puluh menit duduk terdiam, tidak ada orang yang aku kenal. Tiba-tiba saja kakak OSIS yang tidak aku kenal menepuk pundakku dan menanyakan mengapa aku berada di kantin sendirian dan hanya termenung saja. Jantungku langsung berdebar-debar karena takut dimarahi atau bahkan dihukum karena keluar kelas. Lalu dengan suara pelan aku menjelaskan bahwa aku sedang sakit dan meminta izin untuk keluar kelas sementara waktu. Untung saja dia kakak OSIS yang pengertian. Lalu dia pergi dan tidak lama ada seseorang lagi yang menepuk bahuku dan duduk di sampingku.

"Kok lo di luar sendirian aja, mana OSIS yang seharusnya menemani didikannya kalau keluar kelas?"
"Eh kak, (kebetulan banget aku bisa meminjam uang) tadi gue pingsan di lapangan dan sekarang baru sadar. Sekarang gue lapar jadi minta izin ke kantin"
"Tapi kok lo nggak keliatan habis makan"
"Nah itu dia kak, tadi pagi aku terburu-buru jadi lupa sarapan, bawa bekal, dan bawa uang"
"Kenapa lo nggak bilang ke OSIS saja? Ntar juga diberi makan"
"Malu kak mintanya, takut dimarahin"

Tiba-tiba kakak itu memegang tanganku dan menarikku dari kursi.

"Lo pilih mau makan apa, gue yang traktir"
"Serius kak? Makasih banyak kak"

Aku langsung menuju warung nasi karena tanpa nasi nanti aku bisa sakit seperti sewaktu masa anak-anak. Aku makan dengan lahap sekali tetapi kakak itu hanya memainkan handphone saja. Mungkin karena tidak mau mengganggu makan ala harimau kelaparan.

Setelah selesai makan aku berterima kasih kepada kakak itu yang sampai sekarang aku tidak tahu namanya. Aku berjanji bahwa akan menggantinya besok tetapi dia menolaknya dan mengajak pulang bareng lagi nanti. Namun, dia mengatakan bahwa makan tadi itu tidak gratis, tetapi di lain waktu akulah yang harus mentraktirnya.

Setelah selesai nakan, aku kembali ke kelas dan OSIS jutek itu kembali bertingkah aneh. Kelakuannya seperti ingin marah dan berlaku kasar tetapi tidak tersampaikan. Hari ini aku berhasil melewati kejutekan OSIS senior itu.

---

Ketika pulang sekolah, kakak itu benar-benar menungguku untuk pulang bersama. Aku sempat bertanya mengapa harus ditunggu, padahal dia bisa pulang lebih awal dan tidur siang. Tetapi dia menjawab kalau di jalan sendirian terasa sepi jadi lebih baik menunggu supaya bisa mengobrol. Bagiku menguntungkan juga karena aku tidak perlu keluar ongkos dan capek untuk berjalan kaki. Walaupun sebenarnya juga tidak enak ngerepotin orang.

Sesampainya di rumah, dia mengajakku untuk menemaninya nongkrong di Cafe Plastik karena malam ini dia hanya sendirian di rumah. Jadi karena aku sudah banyak merepotkan, aku ikut saja.

---

Sesampainya di rumah, tidak pernah kalau tidak heboh. Adikku selalu memecahkan gelas. Seharusnya dia mendapat penghargaan sebagai pemecah gelas setiap hari. Tetapi siapa juga yang akan memberinya penghargaan. Daripada aku lelah mengurusnya, aku langsung ke kamar dan bermain game. Hobi anak seumurku memang bermain game online namun aku selalu memainkan permainan yang berbeda dengan trend yang ada. Sekarang zamannya main perang-perangan kalau aku bermain masak-masakan. Aku memang berani beda dari yang lain.

---

Malam harinya pukul tujuh aku sudah berada di Cafe Plastik namun kakak itu belum datang. Sempat terpikir olehku bahwa apakah ini hanya jebakan atau lainnya. Tetapi dia kelihatannya anak baik, mana mungkin bisa melakukan hal jahat.  Tidak lama dia datang membawa sebuah buku besar yang tebal dan agak lusuh. Dia membawa buku tahunan SMP-nya. Lalu dia menunjukkan fotoku ada disana dan bercerita beberapa hal tentang masanya saat SMP. Hampir satu jam kami membahas buku itu dan dia akhirnya membahas panggilan.

"Jangan panggil kakak dong, jadi tua gue, panggil nama aja"
"Ehh.... Iya kak masalahnya gue lupa nama kakak hehehe"
"Serius? Nggak inget dulu pernah mengirim pesan nggak jelas?"
"Inget kakak siapa tapi nggak inget namanya"
"Oke kita dari awal. Kenalin nama gue Adam kelas sebelas MIPA 2, nama lo siapa?"
"Hehehe kak Adam baru inget namanya. Nah kenalin juga nama gue Samudra, senang bisa kenal sama kak Adam"

Akhirnya aku tahu namanya dan sedikit sifatnya. Ternyata kak Adam itu baik hati dan pintar pula karena dia berada di kelas unggulan. Kenapa dari dulu aku tidak mengenalnya. Padahal dengan aku mengenalnya, aku bisa belajar banyak hal darinya.

Setelah hampir tiga jam di Cafe Plastik, dia menerima telepon dari rumahnya bahwa kedua orang tuanya sudah pulang. Jadi dia pamit pulang dan berjanji untuk nongkrong lagi esok hari. Setelah kak Adam pulang aku juga bergegas pulang, namun ternyata buku tahunan sekolahnya masih di letakkan di atas meja. Lantas aku bawa pulang saja sekalian aku masih ingin melihat-lihat.

---

Hari ini kakakku pulang membawa sekotak martabak keju. Itu adalah makanan kesukaanku saat masih hangat. Namun, saat adikku mengambil sepotong martabak keju, dia malah menjatuhkan itu tepat di wajahku yang mempesona ini. Setiap kali aku ingin marah padanya, mamah selalu ada di sampingnya sehingga akulah yang harus bersabar setiap hari menghadapi adikku. Bukan hanya adikku tetapi aku menganggap seluruh kakakku menyebalkan dan kami sangat jarang berbincang. Mungkin karena mereka sudah kuliah dan kerja jadi pembicaraan orang dewasa berbeda dengan remaja.

Sudah dua hari ini aku bermimpi buruk. Hari ini aku berdoa supaya mimpiku indah dan tidak ada hal aneh serta menjijikan saat bangun esok hari.

---

Dimana aku sekarang. Sepertinya ini mimpi, namun saat ini cerah sekali dan terlihat pemandangan yang sangat indah dan mempesona. Inilah mimpi yang kuinginkan. Aku berjalan melewati banyak bunga di kanan dan kiri. Tiba-tiba kakiku terasa sakit. Mengapa dengan kakiku ini. Kakikku mati rasa dan tidak bisa digerakkan.

---

Yuk dibaca episode selanjutnya hanya di Wattpad @evander_naufal
Ikuti mini stories di Highlight Instagram @evandernaufal
Jangan lupa untuk memberikan rate dan ulasan pada www.goodreads.com

Janji Daun IvyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang