Setelah di kantor Sehun, menangis di tangga darurat, dan menghabiskan beberapa menit di toilet untuk membenahi penampilannya, Luhan memutuskan untuk keluar dari kantor perusahaan besar itu. Tak ia perdulikan siapapun yang menyapanya, termasuk wanita di meja resepsionis yang sempat ia tanyai tadi. Luhan sudah terlalu lelah, hingga rasanya membalas sapaan-pun adalah hal yang berat untuknya.
Dengan langkah kaki mungilnya, Luhan berjalan menyusuri taman kota yang letaknya cukup dekat dari kantor Sehun. Ia sengaja tidak menghubungi sopir pribadinya untuk menjemput, sebab Luhan masih ingin sendiri dan tidak di ganggu. Luhan memang lelah, namun ia membutuhkan suatu hiburan untuk mengusir kemarahannya pasca ia mendengar perkataan Sehun yang -sungguh demi apapun- sangat menyakiti hatinya. Bolehkah Luhan bertanya, dimana hati seorang Oh Sehun hingga ia setega itu?
Luhan menemukan satu bangku panjang yang kosong, disekitarnya-pun cukup sepi. Maklum saja, sekarang di musim semi dan akan memasuki musim panas, pasti orang-orang tidak ingin membakar kulit mereka dengan menghabiskan waktu di salah satu sudut taman kota yang tidak ada pohon peneduh ketika matahari tepat diatas kepala.
Terkecuali Luhan. Gadis itu menduduki bangku tersebut tanpa perduli tubuhnya yang tidak tertutup. Luhan mati rasa, hatinya jauh lebih terbakar menyakitkan dibandingkan apa yang kulitnya alami.
Memang tidak ada yang menarik kecuali rerumputan hijau dan kupu-kupu yang menghinggapi bunga warna-warni disekitarnya, namun Luhan juga tidak merasa tertarik. Pikirannya melayang tak tentu arah dan pandangannya kosong.
Tentang Oh Sehun, pria yang berhasil mengusik hidup Luhan sejak dua bulan belakangan. Memang, sejak awal, sejak Baba dan Mama memperkenalkan Sehun dihadapan Luhan, Luhan tahu ada yang berubah dari tubuhnya. Ada desiran aneh, ada perasaan hangat, dan ketertarikan untuk selalu memandang paras rupawan pria itu. Bukan hanya karena Sehun tampan, bukan itu. Luhan tidak jarang bertemu dengan pria berwajah tampan dari berbagai Negara, dan tidak ada yang sama seperti Oh Sehun.
Xi Luhan adalah gadis yang buta urusan percintaan di awal-awal usia remaja. Disaat teman sebayanya sudah memiliki kekasih yang tidak terhitung, Luhan belum sekalipun merasakan indahnya memiliki seorang kekasih. Dunia remajanya sibuk dengan buku-buku business management setebal balok kayu dan perpustakaan berpelitur cokelat di sudut sekolahnya.
Luhan tidak menyukai keramaian, itulah yang menyebabkannya berteman dekat dengan sarang laba-laba perpustakaan, aroma khas buku pelajaran, dan mungkin lebih parah memiliki hubungan khusus dengan penjaga perpustakaan dimana mereka lebih mengenal Luhan dibanding teman Luhan sendiri. Sifatnya pendiam, hanya bicara seperlunya, mandiri, dan ia sangat tidak suka merepotkan orang lain. Terkadang karena sifatnya itu, Luhan tidak memiliki banyak teman kecuali beberapa siswi yang menginginkan bantuan Luhan dalam hal pelajaran.
Bukan karena terlalu manja, seperti kata Oh Sehun.
Mengenai Oh Sehun, Luhan rasa tamparan telak di pipi Sehun dari telapak tangannya adalah hal yang pantas. Pria itu tidak tahu apapun mengenai Xi Luhan serta dua orang yang menghidupi Luhan -Baba dan Mama- yang sebenarnya. Luhan bukanlah seperti yang berada di otak pria itu, sama sekali jauh berbeda!
Pria itu terlanjur melihat Luhan dari segi sifat, dan sangat tidak beruntungnya sifat Luhan itulah yang membuat Sehun muak dan membencinya. Tapi tidak ada suatu tindakan yang tidak disebabkan oleh suatu alasan. Tentu Luhan memiliki alasan mengapa dirinya menyembunyikan sifat aslinya di hadapan Sehun.
Karena Luhan tahu sejak awal Sehun tidak menginginkannya. Pria itu hanya menerima perjodohan karena sebuah paksaan dari orangtuanya. Berbeda dengan Luhan, Sehun berhasil memenangkan hatinya di pandangan pertama. Jika Sehun tidak menginginkan, lalu bagaimana lagi? Luhan tidak mungkin memaksa Sehun dengan memberikan pilihan antara meminum racun tikus atau menerima perjodohan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A CHANCE [HUNHAN edited ver.]
RomanceBagi Oh Sehun, Xi Luhan adalah gadis manja dan kekanakan. Namun kenyataannya Luhan jauh lebih kuat dan mandiri dibandingkan apa yang Sehun bayangkan di kepalanya. Kenyataan terungkap, menyakitkan dan menciptakan penyesalan. Apakah sebuah kesempatan...