Kebahagiaan? Luhan rasa ia belum mendapat kebahagiaan nyata dari hubungannya dengan Sehun. Tidak ada moment apapun yang mampu menciptakan kebahagiaan di hatinya selain Luhan sendiri yang berfikir positif bahwa suatu saat Sehun akan melihatnya.
Apa Luhan juga harus seperti Kris untuk melepaskan Sehun?
Haruskah?
Tidak-tidak!
Luhan tidak mungkin melepaskan Sehun.
Luhan sudah sejauh ini. Ia sudah bertahan dengan sikap dingin Sehun dan menutup mata dari kebencian pria itu, jadi kalau Luhan menyerah ia tidak akan mendapatkan apapun. Tidak Sehun, tidak juga kebahagiaannya. Luhan harus memilih salah satu dan tanpa ragu memilih Sehun sebagai pilihannya.
Karena Sehun adalah kebahagiaannya. Seseorang yang bisa membuatnya bahagia meskipun tak ada tindakan nyata pria itu dalam hidup Luhan.
"Aku pesan Iced Americano." Luhan kembali berucap dan Kris segera berhenti tertawa. Tampak linglung sebentar lalu berdiri dari kursinya.
"Okay, captain!"
"Jangan lupa Muffin Greantea-nya ya?"
"Tidak ada muffin greantea, tapi Cupcake cokelat. Mau?"
"Tidak masalah jika itu gratis. Dan kalau memang gratis, aku bersedia datang kemari setiap hari."
"Kau mau cafe-ku bangkrut?"
"Hahaha!"
...
Mampir selama setengah jam di cafe Kris, memesan Iced Americano, dan bercanda sebentar dengan lelaki bertubuh tinggi itu. Luhan merasakan mood-nya sangat membaik dan berharap respon Sehun nanti tidak merusak mood baik-nya. Luhan hafal betul bagaimana sifat Sehun terhadapnya dua bulan belakangan, itu tidak jauh-jauh dari kesan dingin dan kebencian terlihat jelas. Jadi tidak menutup kemungkinan jika Sehun tidak menyukai Luhan datang ke kantor-nya siang ini.
Tapi sekali lagi, Luhan menutup seluruh indera-nya. Tidak perduli bagaimana tanggapan Sehun nanti, Luhan tidak bisa berhenti. Toh, Luhan berhasil sudah biasa menghadapi pria itu.
Langkah Luhan terhenti tepat di depan meja resepsionis yang bersimbol Perusahaan Keluarga Oh. Gadis itu memutuskan untuk langsung mendatangi Sehun di ruangannya, karena itu ia ingin menanyakan ruangan Sehun kepada wanita dibalik meja resepsionis.
"Presdir Oh ada di ruangannya, Nona. Beliau tidak memiliki jadwal di luar kantor untuk hari ini."
"Benarkah? Kalau begitu beritahu aku dimana ruangannya?", tanya Luhan kembali.
"Maaf Nona. Jika saya boleh tau, apa hubungan Anda dengan Presdir?"
"Aku..." Luhan mengulur jawabannya sejenak. Haruskah ia menjawab jujur? Well, tidak ada untungnya Luhan menyembunyikan statusnya karena semua karyawan Sehun sudah tahu siapa dirinya. Kecuali wanita ini, mungkin karena ia karyawan baru. "Aku kekasihnya."
Ekspresi terkejut didapatkan Luhan dari wanita itu. "Maafkan saya, Nona. Saya tidak tahu. Mari saya antar ke ruangan Direktur."
"Tidak perlu.", tolak Luhan halus. "Aku bisa kesana sendiri. Tapi, pastikan Sehun tidak tahu kedatanganku."
"Baik, Nona." Syukurlah wanita itu tidak bertanya lebih lanjut. Misalnya tentang alasan Luhan melarangnya memberitahu sekretaris Sehun tentang kedatangan Luhan. Alasannya? Sebagai kejutan dan... agar Sehun tidak mengusirnya.
"Ruangan Presdir ada di lantai 15. Anda bisa menggunakan lift khusus Presdir di sebelah sana.", ucap resepsionis itu seraya memberitahu Luhan letak lift yang bisa ia gunakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A CHANCE [HUNHAN edited ver.]
Storie d'amoreBagi Oh Sehun, Xi Luhan adalah gadis manja dan kekanakan. Namun kenyataannya Luhan jauh lebih kuat dan mandiri dibandingkan apa yang Sehun bayangkan di kepalanya. Kenyataan terungkap, menyakitkan dan menciptakan penyesalan. Apakah sebuah kesempatan...