Part III: Preman / Permen?

3.9K 358 134
                                    

Hari ini!

Hari ini adalah tepat satu hari setelah kejadian di gudang dengan Irvin dan antek-antek! Aku bahkan tidak bisa menikmati perjalanan ke sekolah karena kepikiran bagaimana nasibku hari ini.

Apa yang terjadi di UKS kemarin? Tidak banyak! Irvin mengancam akan menghajarku bila aku meninggalkannya, jadi seharian aku hanya duduk-duduk di UKS sambil menunggu Irvin bangun. Sungguh hari yang sangat tidak efektif! Tetapi, ada satu hal yang terjadi. Satu hal yang membuatku kepikiran sampai kebakaran jembu--jenggot begini!

"Lu besok makan siang bareng kita di gudang. Awas kalo ga dateng!"

Aku menangis dalam hati. Oh Tuhan, dosa apa yang pernah kulakukan sampai harus menerima karma seburuk ini? Apakah aku harus konsultasi sama Roy Kimochi?

Setelah kurang lebih tiga menit perjalanan dipenuhi gundah gulana gelisah merana menuju kantin, aku membeli dua roti isi sosis dan daging juga dua botol susu melon. Semakin dekat dengan gudang, semakin berat juga langkah kakiku dan semakin deras juga tubuhku berkeringat. Ahh, aku benar-benar tidak mau melakukan ini!

Ketika aku membuka pintu gudang ...

"Dateng juga, sini lu duduk."

"Dia ikut makan dimari, bos?" Tanya Kino sambil menuangkan teh beraroma melati yang aromanya seolah menyeruak keluar ketika aku membuka pintu.

Yuto yang sedang mengupas buah jeruk dengan penuh konsentrasi hanya melirikku tak suka. Kalo suka, artinya dia maho dong? Makanya lirikkannya itu tajem banget, giliran lirik si Kino aja kaya tatapan pedofil.

Mereka ini ... preman bukan, sih? Mana ada preman piknik pake karpet Spongebob, di tengah-tengahnya ada vas kecil isi bunga matahari, ada satu set penuh peralatan minun teh, terus makanannya empat sehat lima sempurna gitu. Bukannya preman makannya ranting sama batu?! Dan apa aku ngga salah lihat, itu kotak makan siang kok lucu banget, sih?! Nasi kelinci, sosis gurita, anak-anak tomat, selada yang seolah jadi selimut dan ngga ketinggalan buah-buahan yang sudah dikupas rapi oleh Yuto.

Ini mah pesta arisan emak-emak, bukan makan siang ala preman. Engga deh, emak-emak juga ngga gini amat. Ini pesta anak perawan!

Hilang sudah makan siangku dengan para selirku di Korea sana ... uda ini sekolah isinya berbatang semua, sekarang satu-satunya quality times-ku dengan para pacarku harus direnggut juga?

Menyadari aku hanya mematung di ambang pintu, Irvin berdiri dan merebut roti isi sosis dan dagingku. Hey!

"Disuruh duduk malah diem, apa gua harus suruh diem baru lu duduk?" Irvin menghembuskan napas kasar, hawa otoritas dan suram terpancar keluar dari dirinya, "lu tiap hari makan ginian doang?"

"I-iya, Yang Mulia kenapa bertanya?" Irvin diam, tatapannya tajam.

"Panggil gua nama aja-"

"OHOK!" Yuto dan Kino yang lagi mesra-yang lagi menikmati makan siang mereka dengan khusyu tiba-tiba tersedak. Yuto tersedak sendok dan Kino tersedak garpu.

"Uhuk, bo-bos? Tumben banget bos mau dipanggil nama? Biasanya-" Yuto segera menyumpel mulut ember Kino dengan botol minum.

Irvin menatap kedua anak buahnya curiga, namun kelihatannya tak terlalu menghiraukan perkataan mereka.

"Lu makan bekel gua, biar gua aja yang makan ini," aku membulatkan mata, tak terkecuali dua kunyuk itu.

"Tapi, Yang Mu-" Irvin menaikkan sebelah alis, "-K-Kak Irvin, saya ngga bisa nerima kebaikan Kak Irvin lagi ..."

"Ini anggep aja tanda makasih gua buat yang kemarin, dah nih makan. Awas kalo ga abis, lu yang gua makan," katanya horor sambil menjilat bibir.

Aku menatap kotak makan yang diisi dengan berbagai makanan berbentuk lucu yang rasanya sayang banget kalo dimakan. Tapi ini kelihatannya enak banget, sudah sangat lama semenjak terakhir kali aku makan nasi dan kawan-kawannya untuk makan siang di sekolah. Sejak dulu, setiap kali membawa bekal atau makan di kantin, makananku bukannya masuk perut malah akan berakhir di lantai, kalau ngga di atas kepala. Terkadang di atas meja, bahkan di dalam sepatuku. Tapi melihat seseorang bermurah hati padaku gini, aku jadi merasa ...

Pssh! I'm a Fanboy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang