TUJUHKita harus kehilangan sesuatu, agar kita bisa menyadari seberapa berharganya hal tersebut.
.
."Ken, gue nebeng ya," Eren berbicara baik-baik pada Kenan.
Kenan mengeluarkan motornya dari parkiran dan melajukan motornya meninggalkan Eren tanpa sepatah katapun.
Eren tersenyum kecut, Kenan tengah marah padanya. Semenjak kejadian di kantin, Kenan jadi pendiam sampai bel pulang berbunyi.
"Dikacangin eh?" Tanya Erwin yang entah datang darimana.
Eren mendengus lalu berjalan meninggalkan Erwin. Tapi cowok itu mengejarnya menggunakan motor ninja merahnya.
"Yakin gak mau bareng nih?" Tawar Erwin melajukan motornya perlahan di samping Eren.
Tanpa ba bi bu, Eren langsung naik ke boncengan Erwin. Tumpangan gratis, kenapa harus ditolak?
Masa bodo dengan Kenan yang sekarang dalam mode induk ayamnya, Eren lebih memilih tidak memikirkan cowok itu. Tapi semakin berusaha tidak memikirkan, cowok itu malah melintas dengan seenak jidatnya dalam pikirannya dengan ekspresi konyol yang membuat Eren tertawa refleks.
"Kenapa lo? Kesurupan?" Erwin terheran-heran dengan Eren.
"Kepo lo, udah cepet jalan"
"Iya iya nyai ratu"
Tak ada perbincangan di antara Eren dan Erwin selama perjalanan, mereka diam. Karena mengobrol pun rasanya percuma, gak akan kedengaran.
"Win kenapa turun disini?" Eren heran, pasalnya Erwin membawanya ke tempat makan bukannya rumahnya.
Apa Erwin salah alamat? Atau Erwin amnesia jadi dia lupa rumahnya dimana?
Tapi salah, nyatanya cowok itu lapar. Iya saat perjalanan mereka tadi Erwin melihat sebuah spanduk yang bertuliskan "Makanlah sebelum makan itu dilarang". Erwin sempat sweatdrop membacanya lalu buru-buru dia menghentikan motornya, takut kalimat dari spanduk itu menjadi kenyataan.
"Gue laper Ren" cengirnya, Eren memutar bola mata malas. Padahal niatnya setelah dia sampai rumah, dia ingin berbicara dengan Kenan. Tapi ya sudahlah ya, lagian apa yang akan dia bicarakan dengan Kenan itu tidak penting.
...
Eren menaruh benda pintar itu di atas nakas lalu merebahkan tubuhnya di kasur king size miliknya. Memejamkan mata, lalu mengingat kembali kejadian tadi siang, Kenan yang tiba-tiba berdiri meninggalkan mereka di kantin dan Kenan yang meninggalkannya di parkiran tanpa sepatah kata pun.
Menghela napas sejenak, Eren mengambil kembali handphinenya yang ia letakkan di atas nakas. Mencari kontak seseorang lalu mengiriminya pesan.
Erena Airen~
P
Kenan Cakra A
Apa?
Read
Ah menyebalkan, rasanya Eren ingin menimpuk anak itu.
Erena Airen~
Lo marah?
Kenan Cakra A
Gak
Erena Airen~
Childish
Kenan Cakra A
Siapa?
Erena Airen~
Lo
Kenan Cakra A
Yang nanya
Read
Anjir. Eren membanting handphonenya ke kasur tanpa berniat membalas pesan dari manusia absurd itu. Wajahnya ia tenggelamkan dalm bantal, mengumpati Kenan ribuan kali.
Iya, Kenan itu kekanakkan sejak dulu. Dan ternyata sifatnya masih tinggal sampai sekarang. Dulu, saat masih kecil Kenan cemburu karena Eren yang selalu bermain dengan Kakak sulung Kenan, Rasi namanya. Kenan marah karena dia diabaikan, karena kejadian itu dia tidak mau makan seharian dan mengunci diri di kamar. Untung saja Rasi lebih dewasa, jadi dia membujuk Kenan untuk keluar dan berjanji tidak akan main bersama Eren lagi. Kenan senang, lalu dia memaafkan kakaknya begitu saja.
Bohong dengan Rasi yang tidak akan bermain dengan Eren lagi, nyatanya laki-laki tampan itu tetap bermain dengan Eren saat Kenan tertidur.
Tidak hanya itu, Kenan juga sempat marah hanya karena Eren tak mendengarkan kata-katanya. Iya, Kenan sejak dulu sudah bawel. Saat itu mereka menginjak bangku kelas 2 SD, cuaca hari itu tengah hujan. Pelajaran hari itu sudah selesai dan saatnya pulang, namun Kenan benci basah jadi dia menunggu hujan reda untuk pulang ke rumah. Lain lagi dengan Eren yang girang karena hujan, dia melangkah untuk hujan-hujanan namun disaat bersamaan Kenan menjerit.
"Eren jangan pergi!!!" Kenan menjerit seolah ia akan kehilangan Eren selamanya. "Basah nanti sakit!"
Tapi Eren tak menggubris Kenan, dia tetap melangkah menerobos hujan dan oulang ke rumah. Setelah itu benar saja, Eren jatuh sakit. Kenan bukannya kasihan, dia malah marah-marah. Katanya itu ulah Eren yang tidak mendengarkan perkataannya. Dan saat itu juga Eren menyadari, ibunya bertambah satu.
...
"Ken!" Teriak Eren memanggil Kenan dari kejauhan. Dia berlari mendekati cowok jangkung itu.
Kenan melengos hendak pergi meninggalkan Eren tapi pergelangan tangannya sudah lebih dulu dicengkeram gadis itu.
"Lo marah karena gue belain Orlan?" Eren mendongak menatap Kenan yang kini air mukanya mengeras.
"Manusia ya manusia Ken bukan anjing atau hewan lainnya."
Eren berbicara lagi tapi Kenan masih tak bergeming bahkan dia enggan menatap Eren.
"Gue itu terlalu kaku sebagai cewek. Gue tau Orlan selingkuh sebelum dia mutusin gue dan gue cuma mau tau seberapa brengsek dia Ken" jelas Eren pada Kenan yang kini mengendurkan saraf wajahnya.
"Tapi tetep aja ngatain orang lain anjing itu gak sopan" sambungnya lagi lalu detik berikutnya Kenan memeluk Eren tanpa aba-aba di parkiran sekolah.
WHAT THE FUCK BOY?!! - Erena Airen
Eren terkejut lalu buru-buru mendirong Kenan menjauh sebelum banyak orang yang melihat, walau memang sudah sedikit banyak yang melihat.
"Gue terhura anjer, Eren gue udah gede ternyata."
Jadi disini siapa yang kekanakkan? Eren atau Kenan? Eren rasanya menyesal menjelaskan semuanya kepada Kenan. Mungkin lebih baik dia diam dan berakhir dengan mereka yang tidak akan berbaikan. Mungkin hidup Eren akan tenang tanpa adanya Kenan.
"Kuy lah masuk kelas"
Kenan menarik Eren dengan riangnya seolah dia baru masuk sekolah pertamakali.
KAMU SEDANG MEMBACA
KENAN
Teen FictionKeberisikan kamu membuat aku risih Keusilan kamu membuat aku jengkel Keabsurdan kamu membuat aku heran Tapi meski begitu, aku rindu Rindu akan kamu ~Erena Airen #324 in 2018 25122019