Part 8

7.9K 776 77
                                    

I need to know should I fight for our love or disarm

It's getting harder to shield this pain in my heart


Ketukan di pintu apartemenku semakin mengencang seiring dengan bujukan Mark padaku untuk membukakan pintu. Aku menggeleng keras dengan tubuhku yang membelakangi pintu sambil menangis.

"Buka pintunya Donghyuck! Sampai kapan kau akan mengurung diri seperti ini hah?!" seru Mark lagi.

"Tidak mau!" tegasku dengan suara yang super serak karena terus menangis tanpa henti.

Mark mendecakkan lidahnya, "Jangan keras kepala! Kau mau mati di dalam?"

"Biarkan aku mati saja!!!"

"Kalau kau bersikeras tidak membuka pintu sialan ini, maka aku dobrak saja."

Aku menutup mataku takut, "Kau tidak akan melakukannya." Cicitku tapi masih didengar oleh Mark.

"Oh kau menantangku? Baik akan kudobrak pintu ini, 3.....2..."

Aku langsung bangun dan membuka pintunya dengan panik karena aku tahu Mark pasti akan nekat mendobrak pintu jika aku bersikeras tidak membukanya. Bisa kulihat wajah Mark memerah tanda dia sedang dalam kondisi emosi.

"Apa kau gila hah?!" cerca Mark setelah berhasil masuk ke apartemenku.

"Apa pedulimu?" tantangku. Mark menggeram mendengar diriku yang seakan tidak takut dengan dirinya, padahal dalam hati aku ketakutan setengah mati melihatnya seemosi ini.

Mark kemudian melirik ke pergelangan tanganku. Aku yang menyadarinya langsung menyembunyikannya di belakang punggungku.

"Kau kembali menyakiti dirimu sendiri." geramnya sambil berjalan perlahan mendekatiku. Aku berjalan mundur hingga tubuhku menyentuh dinding.

"Aku tidak apa-apa, lebih baik kau keluar sekarang Mark." Usirku. Aku tidak yakin bisa menahan diriku jika Mark lebih lama berada di sini.

"Inilah mengapa aku ingin berakhir denganmu Hyuck, kau terlalu bergantung pada diriku." Aku menatap Mark nanar. Bisa kulihat tatapan Mark mulai melunak walau wajahnya masih menyiratkan emosi.

"Cukup Mark, bisakah kau keluar sekarang?"

Mark menggelengkan kepalanya, "Tidak Hyuck, kita harus menyelesaikan ini sekarang. Aku tidak ingin hal ini berlarut-larut tanpa penyelesaian."

"Aku mohon Mark, jangan sekarang." Air mataku kembali memanas. Tubuhku rasanya bisa ambruk kapan saja karena kelelahan.

"Kenapa kau selalu seperti ini Hyuck? Kau seharusnya lebih bisa menguatkan dirimu sendiri."

"CUKUP!"

"Aku tidak bisa terus bersamamu, kau tahu kan rasa sayangku padamu sudah berubah?"

"CUKUP MARK!"

"Ada orang lain yang lebih bisa mengerti diriku."

"SUDAH KUBILANG CUKUP!"

"Aku ingin mengakhiri semuanya."

"MARK!"

"BISAKAH KAU TIDAK MEMBEBANI HIDUPKU LAGI?"

PLAK

Tanpa ku sadari aku menampar pipi Mark dengan keras. Aku tidak percaya dia menganggapku sebagai beban setelah sekian lama kami bersama. Aku sungguh tidak mengerti mengapa ia baru mengatakannya sekarang saat aku sudah terlalu bergantung padanya. Aku tidak paham mengapa ia menghancurkanku saat aku benar-benar mencintainya tanpa syarat.

"Kau benar-benar menyakitiku Mark," lirihku dengan memandangnya sedih. Bisa kulihat Mark terkejut dengan tamparanku tapi dengan cepat ia mengendalikan ekspresinya menjadi dingin.

"Aku sudah berusaha untuk membicarakannya baik-baik denganmu tapi kau malah kembali bertingkah kekanakan dan melukai lenganmu seperti dulu."

"Bicara baik-baik Mark? Sungguh? Kau bahkan mengelak ketika aku menanyakan soal Jaemin!"

Mark mengerut tidak suka ketika menyebut nama Jaemin, "Jangan bawa-bawa dia dalam masalah kita. Dia tidak ada hubungannya dengan ini semua."

Aku mendecih tak suka, "Kau bahkan membelanya."

"Jaga bicaramu!" tunjuknya tepat di depan wajahku. Aku menghentakkan jarinya dan berjalan meninggalkannya. Aku menutup mataku dan menguatkan diri agar bisa bertahan lebih lama berbicara dengan Mark.

"Jika kau ingin berpisah denganku maka pergilah. Tidak usah memikirkan keadaanku. Mau aku hidup atau mati pun tidak perlu kau khawatirkan. Lupakan perjanjianmu dengan ibuku."

Mark membulatkan matanya "Ka-kau mengetahuinya?"

Aku mengangguk, "Aku tahu ibuku pernah membuat janji denganmu untuk menjagaku sebagai timbal balik atas nenekmu yang ditolong oleh ibuku."

"Bagaimana kau bisa tahu?"

Aku menghembuskan napas berat sebelum menjawab pertanyaannya, "Tidak perlu kau tahu darimana aku mengetahui perjanjian itu. Sekarang lebih baik kau pergi dari sini dan lanjutkan hidupmu. Anggap saja kau sudah memenuhi perjanjianmu dengan ibuku dengan menemaniku ketika ayah dan ibuku tiada. Aku sudah melepasmu. Pergilah."

"Donghyuck!"

"PERGI!" aku masuk ke dalam kamar dan tubuhku ambruk seketika. Aku tahu hari ini akan datang cepat atau lambat. Aku memang mencintai Mark, tapi aku tidak bisa menahannnya terus menerus, apalagi saat aku mengetahui ia memiliki janji dengan ibuku sebelum ia meninggal agar terus menjagaku selama hidupnya. Aku tidak perlu rasa kasihan! Biarkan aku menderita sendiri tanpa ada yang mencintaiku dibanding aku mendapat rasa cinta yang semu.

"Maafkan aku Hyuck." Kudengar sayup-sayup Mark berbicara di luar kamarku.

"Aku memang pernah mencintaimu tapi ketika Jaemin datang rasa cintaku padamu perlahan luntur. Bukannya aku mengelak ketika kau bertanya padaku tapi aku sedang menata hatiku dan bertanya-tanya sebenarnya siapa yang aku cintai, dan Jaemin lah yang menjadi jawabannya. Aku memang ingin berbicara padamu secepat mungkin tapi aku mengingat janjiku pada ibumu. Dialah yang menolong nenekku ketika ia hampir sekarat. Perjanjian itu membebaniku, Hyuck."

Aku mencengkram dadaku erat mendengar pengakuannya, rasanya lebih sakit dibanding luka di tanganku yang ku silet semalam.

"Pergilah Mark. Lupakah janji itu. Kau lebih menyakitiku jika kau bertahan di sini hanya dengan rasa kasihan!" raungku tak tahan.

"Baiklah jika itu yang kau mau. Aku minta maaf Hyuck dan ku harap kita masih bisa berteman setelah ini. Aku pergi."

Aku tidak mengatakan apapun untuk membalasnya dan kemudian terdengar suara langkah kakinya yang menjauh disusul suara pintu apartemenku yang tertutup.

Berakhirlah sudah kisahku dengan Mark. Aku benar-benar membenci rasa sakit yang kurasakan saat ini. Bahkan sakitnya melebihi rasa sakit ketika orangtuaku meninggalkanku. Orang yang selama ini ku percaya ternyata bisa menjadi orang yang paling membuatku kecewa. Aku membencimu Mark.



TBC

That Should Be Me [MarkHyuck / Markchan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang