"Aku tidak mengerti kenapa manusia semacam Zabini itu hidup," olok Billy. Wajah serta tangannya penuh dengan coreng moreng. Mereka dapat menebak detensi Billy mungkin berhubungan dengan perapian.
"Apa detensinya?" tanya Dave mengernyit.
"Kutebak," Niamh menyeringai sambil melepas ikat rambut dan menggerai rambut coklatnya, "dibakar hidup-hidup."
"Ting tong, benar sekali. Membersihkan cerobong asap lebih tepatnya," ujar Billy masam, "Seharusnya tidak separah ini. Tapi aku yang membersihkan puncaknya, salah mengenali pijakan, kami jatuh, dan Henry merapalkan mantra pengeluar api alih-alih mantra mengambang."
"Aku tidak paham," Piper menggeleng, mendengus tawa mengejek, "Kalian kalau disatukan tidak pernah benar ya."
Mereka berempat kembali ke kastil ketika matahari sudah hampir turun. Semua pemain tampak bergembira hari ini. Latihan berjalan dengan sangat mulus hari ini. Suasana hati mereka pun tampak baik karena udara hari ini tidak begitu dingin. Sehingga keempatnya tampaknya begitu bersemangat mengejek hari Billy yang nampak tidak menyenangkan.
Mereka berempat menuju ruang aula untuk menyantap makan malam. Sekali lagi mereka mendapati sekelompok kementrian yang diketuai oleh laki-laki berbadan gelap dan besar berada di depan aula. Sudah lewat seminggu dan mereka tampak terbiasa dengan kehadiran orang-orang itu.
"Kerja sama antar sekolah," tebak Piper. "Mungkin ada pertukaran pelajar, atau apalah."
"Well, ke mana mereka akan mengadakan pertukaran?" timpal Billy. "Dumstrang? Ih ... kalau aku sih akan milih tetap di sini."
--
Siang itu cuaca cerah. Buliran salju menumpuk, membuat halaman kastil nampak seperti diselimuti oleh gulali. Piper mengamati pemandangan dari jendela. Ia mengamati pemandangan itu sebelum kembali menatap perkamen yang ditinggalkannya.
Gadis berambut merah itu menghela napas.
"Masih kurang berapa panjang lagi?" tanya seseorang di sebelahnya. Ia adalah laki-laki berambut coklat dengan kedua mata abu-abu, dan sweater Ravenclaw yang hangat. Laki-laki itu bersandar pada meja sambil mencoret-coret sesuatu di atas perkamen. Udara di dalam kastil memanglah hangat, terlebih lagi suasana perpustakaan yang sepi, sangat nyaman untuk dibuat tidur.
"Satu meter lagi, dan adakah penyebab lain mengapa penyihir dibantai di abad ke lima belas?" tanya Piper frustasi.
Laki-laki itu mengintip perkamen Piper, "Karena jika mereka melakukan pembantaian di abad dua puluh dan membantai kau, aku yang akan membantai mereka."
"Jangan gila, Vi," Piper memukul lengan laki-laki itu, tapi ia tersenyum, "Aku harus menyelesaikan PR ini dan latihan nanti sore."
"Well, saranku, kau harus membesarkan tulisanmu," ujar laki-laki itu, menyelesaikan coret-coretnya yang secara ajaib berubah menjadi sketsa gambar, lalu membubuhi tanda tangan dengan nama Octavio di bawahnya.
"Ada saran lain yang lebih bagus? Aku tidak mau mengulangi dari awal hanya untuk memperbesar tulisan," omel Piper.
Octavio menegakkan tubuhnya, memiringkan kepala, dan menopangnya dengan tangan. "Tidak usah ikut latihan Quidditch?"
"Dan aku akan dibunuh Dave. Ide cemerlang." Piper cemberut. Ia menatap pekerjaannya dengan nanar.
Di saat gadis itu sibuk berpikir, ia mendengar suara bisik-bisik sekelompok orang. Ia tidak senang jika ada yang ramai di perpustakaan. Tidak ada gunanya ia mencari tempat sepi untuk berpikir, toh akhirnya ada yang berisik. Namun ia berusaha untuk tak peduli, sampai ia mendengarkan sebuah kalimat yang membuatnya membulatkan mata.
"....benar, aku melihat sendiri di papan pengumuman. Pertandingan Quidditch dibatalkan."
"Tapi mereka tidak bisa membatalkan pertandingan Quidditch."
"Bukan hanya itu, sepertinya isu itu benar!"
"Kalian bercanda! Tidak mungkin!"
Piper menatap Octavio. Mereka berdua sama-sama tampak bingung.
--
Niamh, Dave, dan Billy baru saja akan kembali ke menara Gryffindor ketika mereka mendapati kerumunan orang di depan aula. Mereka tampak sedang berebut membaca pengumuman yang baru saja ditempel.
Penasaran, kedua pemain Quidditch Gryffindor beserta sahabat mereka ifu datang mendekati kerumunan. Mereka mendengar bisik-bisik panik murid di sekitar mereka.
"Ada apa sih?" tanya Niamh pada salah satu murid perempuan Hufflepuff di sebelahnya.
"Entahlah, mereka bilang Quidditch dibatalkan," jawab si Hufflepuff.
"Tapi mereka tidak bisa menghentikan Quidditch!" protes Dave. Dengan tubuhnya yang ramping, ia berusaha untuk menerobos ke dalam kerumunan.
Niamh dan Billy berusaha mengikuti, namun keduanya malah terpencar. Nampaknya tidak ada sela bagi Billy untuk masuk ke dalamnya. Niamh berhasil menerobos, namun ia membenci hal ini. Ia tidak suka pada tempat ramai, terlebih harus hilang dalam lautan manusia. Gadis berambut pendek itu menabrak seorang laki-laki di depannya karena tidak hati-hati.
Laki-laki itu memutar tubuhnya, menyipitkan mata.
"Mudblood," ujar laki-laki itu.
Niamh mengangkat kepalanya. Ia mendapati wajah yang sudah tidak asing lagi di depannya. Tinggi, rupawan, dengan kulit pucat, sepucat rambutnya. Laki-laki itu menatap Niamh dengan tatapan mencemooh. Niamh pun tidak bisa tidak menampakkan kebencian saat melihat laki-laki itu.
"Lestrange," Niamh menyebut namanya dengan dengki.
Keegan Lestrange, ketua tim Quidditch Slyherin, menyeringai. "Tampaknya, kita tidak akan bertemu di pertandingan selanjutnya."
"Well yeah, sayang sekali aku tidak bisa melihatmu menangis karena kekalahanmu, seperti terakhir kali kau menangis habis-habisan," ujar Niamh sengit.
Keegan Lestrange mendengus, "Atau melihatmu yang memohon-mohon belas kasihanku."
Mereka berdua saling pandang dengan penuh kebencian. Lestrange memutuskan untuk membalikkan tubuh dan keluar dari kerumunan, sedangkan Niamh tidak mau mengambil pusing atas kejadian barusan. Ia terus menerobos ke depan.
Kini gadis itu sudah berada di sebelah Dave. Meski demikian, mereka hanya mampu membaca sebagian dari pengumuman tersebut.
"Jinjit lah, kau lebih tinggi, lalu bacakan tulisannya," saran Niamh.
Dave menurut, ia menjinjit dan mulai membaca pengumuman tersebut.
"PERHATIAN TERUNTUK SEMUA MURID HOGWARTS
UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN SIHIR NO. 797 MEMBERLAKUKAN:
PEMBATALAN OWL (ORDINARY WIZARDING LEVEL) UNTUK MURID KELAS LIMA ("Yes, kita tidak perlu ikut OWL!)
PEMBATALAN NEWT (NASTILY EXHAUSTING WIZARDING TEST) UNTUK MURID KELAS TUJUH
SELURUH KELOMPOK BELAJAR, KLUB-KLUB, SERTA PERTANDINGAN QUIDDITCH DIBATALKAN DEMI HUKUM. ("Demi hukum? Demi jenggot merlin, Quidditch tidak bisa dibatalkan!")
TERIMA KASIH,
JOSEPH POTTER
KEMENTRIAN SIHIR
CATATAN TAMBAHAN: DIMOHON SELURUH MURID UNTUK BERKUMPUL DI DALAM AULA PADA PUKUL 7 MALAM."
"The Battle of Hogwarts Games?" Niamh mengernyit, "Mereka pasti bercanda."
--
KAMU SEDANG MEMBACA
The Battle of Hogwarts Games
FanfictionOriginal story by J.K. Rowling & Suzanne Collins Fanfiction Story idea: Patricia & Nadia Written by: Patricia T. English Translation by: Nadia [Read the english version: @collaborationstories] Ada berjuta-juta sejarah yang tercatat di buku tebal sej...