"Ini konyol," ujar Piper.
"Orang tua kita akan memprotes," kata Billy.
"Tapi apa gunanya jika ini keputusan kementrian?" Niamh mengatakannya dengan wajah muram.
Murid-murid bergumam di sepanjang perjalanan ke aula esoknya. Tak ada satu pun yang merindukan sarapan. Alih-alih makanan, perut mereka telah terisi oleh ketakutan akan berita yang mereka dengar semalam.
Ada banyak sekali kejadian yang tak terduga. Contohnya, beberapa murid laki-laki ikut menangis ketakutan, murid-murid yang berusaha melarikan diri dari sekolah, murid-murid yang tidak mendapat jawaban atas tuntutan mereka pada guru-guru Hogwarts.
Guru-guru Hogwarts tampak melakukan aksi mogok bicara. Tak ada jawaban. Tak ada pernyataan. Yang jelas, mereka tetap harus datang ke seleksi pagi itu.
Ruang aula telah berubah dalam semalam. Tidak ada meja panjang serta kursi dari ke empat asrama. Ruangan itu menjadi benar-benar kosong, menyisakan podium kepala sekolah dan tempat duduk guru. Mereka hanya menambahkan delapan tabung yang berisikan kertas-kertas, setiap dua tabung memiliki simbol asrama mereka.
Tepat pukul sembilan, kepala sekolah beserta para menteri datang, namun kini diperlengkapi oleh orang-orang yang jauh lebih banyak. Ada pula para fotografer dengan kamera mereka siap mengambil setiap momen baru hari itu.
Kali ini, bukan Profesor Connaway maupun Joseph Potter yang berjalan menuju podium, namun seorang laki-laki tampan, berpakaian rapi.
"Bukankah itu Leon Malfoy?" ujar Niamh.
Semua murid dalam ruangan bergumam.
Leon Malfoy, anak dari Aresen Malfoy sang wakil ketua menteri, serta merupakan senior mereka yang baru lulus tahun lalu. Ia dulunya adalah kapten Quidditch Slytherin, dan tak ada yang tak mengenal kelicikan laki-laki berambut pirang ini.
"Kau pasti bercanda," kata Dave.
Tampaknya Leon Malfoy puas dengan gumam-gumam murid-murid. Namun akhirnya ia mengatasi semuanya dengan suaranya yang khas. "Selamat pagi, Hogwarts. Hari ini, saya, selaku ketua pemilihan serta komentator games ini, yang akan memilih kandidat-kandidat terpilih. Saya akan mengambil nama dari setiap tabung. Masing-masing dua nama peserta. Namun tak menutup kemungkinan jika kalian ingin mengajukan diri."
Leon tersenyum licik, "Tunjukkan jika kalian benar-benar pemberani," ia melirik pada meja Gryffindor, "murah hati," Ia melihat dengan mengejek pada meja Hufflepuff, "pandai," ia menatap seklias pada meja Ravenclaw, "dan berambisi." Senyuman terakhir diberikan pada meja Slytherin, mantan asramanya.
"Kau tahu apa?" tanya Niamh. "Aku punya firasat buruk."
Laki-laki berambut pirang itu turun dari podium. "Dari mana aku harus mulai? Sepertinya Hufflepuff akan menjadi pembuka kita."
Ia berjalan menuju meja Hufflepuff, mengambil secarik kertas, membuka lipatannya dan membaca dengan nada bosan, "Kelas 7, Bill Chang. Hmn, sayang sekali, dia adalah ketua murid dari Hufflepuff kalau tidak salah, 'kan? Silakan maju ke sini."
Bill Chang maju dengan wajah bingung.
Leon mengambil secarik kertas lainnya, "Hmn, kelas 6, Daniel Scamander, seeker Hufflepuff rupanya."
Daniel Scamander berjalan mengikuti Bill Chang.
Leon melanjutkan di tabung ke dua, melakukan hal yang sama persis, menggemakan nama, "Kelas 4, Luna Addison."
Laki-laki itu beranjak ke kertas selanjutnya. "Kelas 4, Tiffany Mason."
Leon melanjutkan pada pemilihan nama murid Slytherin. Ia mendapatkan nama Marcus Nott, seeker Slytherin, Gabriella Crabbe, Vanessa Higgs. Lalu ketua Quidditch Slytherin, Keegan Lestrange, mengajukan diri sebagai peserta dan diberi tepuk tangan oleh hanya murid-murid Slytherin.
Terjadi sedikit kekacauan di pemilihan murid Ravenclaw. Seorang gadis kelas 5 bernama Kelly Evans mengajukan diri. Sudah rahasia umum bahwa Kelly Evans adalah pacar dari Daniel Scamander. Namun Robert Evans, kakak dari Kelly Evans, yang notabene murid Hufflepuff mengajukan diri untuk menggantikan Daniel Scamander, dalam rangka melindungi adiknya. Leon mengomentari ini sebagai tindakan persaudaraan yang kurang cerdas.
Selanjutnya, Henry Weasley, Will Boot, serta Valentina Smith terpilih sebagai peserta Ravenclaw yang lain.
"Yang terakhir, Gryffindor," Leon tersenyum licik, "Asrama favoritku. Kita mulai dari yang perempuan."
Ia berjalan ke arah tabung dengan symbol singa Gryffindor yang didominasi warna merah dan emas. Jemarinya memasuki tabung, mengambil secarik kertas dan membaca, "Kelas 4, Isaniamh Miller."
Niamh tersenyum kecut. Firasat buruknya menjadi kenyataan, dan ia tak heran sama sekali. Jika ada orang yang mampu membenci ia seperti itu, jika bukan Keegan Lestrange, pastilah Leon Malfoy. Selama beberapa abad lamanya, Slytherin selalu bermusuhan dengan Gryffindor.
Gadis itu menoleh pada teman-temannya, ia berkata, "Aku punya firasat yang jauh lebih buruk mengenai ini."
Lalu ia berjalan ke depan, melewati barisan murid-murid, lalu berdiri di barisan murid-murid terpilih.
"Benar-benar akan menjadi pertunjukkan menarik," Leon tersenyum licik, lalu mengambil secarik kertas lainnya. "Baiklah, selanjutnya, kelas 5, Piper Malfoy."
Piper mendengus, tidak kaget. Ia menoleh pada Dave dan Billy, "Kalian siap-siap saja."
"Amat disayangkan, sepupu," komentar Leon saat Piper berjalan maju ke depan.
Meski sama-sama Malfoy, alih-alih pirang, rambut Piper bewarna merah seperti ibunya. Hanya kulit pucat mereka lah yang mirip. Meski bersaudara, mereka menghabiskan bertahun-tahun menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki ikatan keluarga sama sekali.
"Selanjutnya, kita akan beralih pada laki-laki," ujar Leon.
Niamh dan Piper saling pandang. Mereka hanya mengangkat bahu, seolah sudah bukan hal yang aneh ketika nama Billy Cliff dipanggil. Tinggal nama Dave yang belum terpanggil, mereka hanya menunggu.
"Dan peserta terakhir kita," kata Leon, membuka carik kertasnya, "kelas 4, Danny Russet."
Niamh melengos.
"Drama," Piper menguap.
"Oh aku turut bersedih untuk Dave Russet," komentar Leon, "Tiga orang sahabat ditambah adik laki-lakinya, dan minimal ia akan kehilangan dua di antara mereka."
Seperti yang sudah direncanakan Leon dan diperkirakan siapa pun yang memiliki cukup akal sehat, Dave mengancungkan tangan menggantikan Danny, adik laki-lakinya.
Dan dimulailah permainan yang menjadi sejarah baru dalam kehidupan Hogwarts.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Battle of Hogwarts Games
FanfictionOriginal story by J.K. Rowling & Suzanne Collins Fanfiction Story idea: Patricia & Nadia Written by: Patricia T. English Translation by: Nadia [Read the english version: @collaborationstories] Ada berjuta-juta sejarah yang tercatat di buku tebal sej...