TIGA PULUH TIGA

231 8 0
                                    

Zayyan dan Ara baru saja tiba di bandar udara Tascovina. Saat ia memasuki pintu keimigrasian, petugas bandara langsung mengenalinya.

"Your highness? Astaga, oh, maaf, maksud saya, ini benar anda, Your highness?", Zayyan memandang Ara lalu kembali melihat ke petugas bandara.

"Maaf, siapa yang anda maksud?"

"Tidak, saya sangat yakin. Anda adalah Pangeran Zayyan, ya tidak salah lagi. Apa anda sudah menemukan istri anda, Pangeran?", Ara sedikit terkejut. Bagaimana petugas ini mengetahui tentang dirinya.

"Ya, aku sudah menemukannya. Aku sangat bersyukur. Perkenalkan, ini istriku, Inara Subrata...", Zayyan menarik tangan Ara agar mendekat. Petugas bandara itupun memahami, lalu membungkuk memberi hormat.

"Selamat datang di Tascovina, your highness. Maaf jika penyambutan saya kurang berkenan...", ucap petugas itu tulus pada Ara.

"Oh, tidak perlu. Aku sangat senang karena kau sudah memperhatikanku...", Ara sedikit membungkuk.

"Baiklah, saya rasa saya tidak perlu memeriksa anda, your highness. Silakan masuk. Apa anda perlu pengawalan?"

"Oh aku rasa tidak perlu. Aku akan memerintahkan anak buahku sendiri..."

"Ehm... tapi saya minta maaf sebelumnya, Yang Mulia. Jika anda tidak mendapatkan pengawalan, saya takut anda dan pegawai anda akan sangat kesulitan saat menghadapi rakyat yang mengenali anda...", Zayyan berhitung dengan keadaan. Petugas ini benar juga.

"Baiklah. Aku minta perlindungan yang lebih intens pada istri dan anakku...", Petugas itu sedikit terkejut mendengar kata anak dari Zayyan. Tapi ia kemudian mengangguk mengerti.

Setelah dikawal oleh petugas keamanan bandara, Zayyan dan Ara akhirnya tiba di halaman kerajaan. Pasukan keamanan kerajaanpun siaga seketika karena tidak mengetahui kedatangan Zayyan.

Pintu mobil dibuka, Zayyanpun turun. Saat melihat Zayyan itulah, pasukan kerajaan merubah sikapnya. Salah satu pemimpin pasukanpun berlari kedalam untuk memberi tau keluarga kerajaan tentang kedatangan Zayyan.

"Anakku? Kau datang?", Puteri Almeera datang menyambut kedatangan Zayyan. Ia nampak bahagia sekali. Zayyan membungkuk memberi hormat, begitu juga dengan Ara. Saat itulah, Puteri Almeera melihat Ara, dan pandangan penuh kebahagiaannya berubah menjadi amarah, "Kau? Berani-beraninya kau kemari dan masuk ke kerajaan ini?!", Ara menunduk. Zayyan menatap istrinya lalu meraih tangan Ara.

"Maaf Yang Mulia Puteri Almeera of Franklyn. Kami bertiga kemari, ingin menemui Yang Mulia Raja Achmeed. Kedatangan istriku, karena aku yang mengajaknya...", Puteri Almeera menatap Zayyan kesal.

"Bagaimana mungkin kau mengajak wanita yang sudah mempermalukan kerajaanmu, Pangeran!!", Ara menggenggam erat tangan Zayyan. Ia masih tertunduk.

"Ibu tau dengan jelas, bahwa aku yang membatalkan pernikahan itu. Ara, sudah menuruti permintaan Yang Mulia untuk menjauhiku. Lalu apa masalahnya?", Puteri Almeera menatap tajam kearah Ara.

"Apa yang wanita ini ceritakan padamu tentangku?!", Zayyan menghela nafas.

"Kenapa kau tidak membiarkan puteraku untuk masuk, Puteri Almeera?!", pandangan Zayyan dan Puteri Almeera berpindah kearah lain. Dibawah bingkai pintu istana, Pangeran Fareed sudah berdiri menatap ke mereka. Zayyan dan Ara sontak langsung membungkuk memberi hormat.

"Tapi Pangeran, wanita ini..."

"Kau tidak dengar, dia adalah istri sah dari Pangeran Zayyan. Biarkan mereka masuk. Ratu sudah menunggu mereka di dalam...", Puteri Almeera nampak sedikit kesal. Ia buru-buru berbalik dan meninggalkan Zayyan. Ara menatap Zayyan, "Masuklah anakku. Ratu sudah menunggu kedatangan kalian...", Pangeran Fareed merangkul puteranya itu dan mengajaknya masuk. Zayyan juga menggenggam tangan Ara dan menariknya mengikuti masuk.

COMPLICATED - Sayap - sayap Patah (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang