Pencet bintang dulu sebelum membaca yaa, jadilah pembaca yang baik^^
®®®
Ketenangan memakan batagor gue dan Nisa terganggu saat tiba-tiba 3 curut ikut nimbrung."Oooyy.. enak ya kalian!" Suara cempreng Fini memenuhi gendang telinga gue dan penghuni kantin yang lain.
"Berisik pin!" Salwa yang berjalan disebelah Fini mengingatkan.
Fini dengan ketidak tau maluan-nya langsung duduk disebelah gue dengan muka sebalnya.
"Muhtapi sialan!" Umpat Fini kepada pak mukhtafi guru fisikanya.
"Telinga gue jebol piin!!" Azra menonyor kepala Fini.
"Enak ya kalian, kita puyeng ngerjain soal pak mukhtafi, tapi kalian di kantin makan batagor." Salwa berbicara dengan wajah lelahnya.
"Kenapa sih kalian?" Tanya gue muak melihat raut wajah ketiga teman gue yang kusut banget.
"Tadi si Mukhtapi sialan ngasih ulangan dadakan lagi jiir. Kaga ngarti sama sekali gue." Cerocos Fini dengan sebal.
"Leh lo dapet nyontek dari Awa aja bacot." Jawab Nisa menyudutkan Fini.
"Asal lo! Ga mungkin gue nyontek ke Awa doang, gue kan perlu menganalisis merumuskan dan memberi hipotesis jawaban yang paling tepat. Gue mah nanya ke Dea, Dina, Dinda, Kena, Jihan, Riska, Fitri, Resti,..."
"terus!, terus. Sebut aja terus, itu nama anak-anak kelas gue bego!" Potong Nisa kesal.
"Hahahaha" kita semua ketawa ngakak ngeliat muka Nisa yang udah merah mau meledak.
"Ohiya Yolan mana? Ko ga gabung sih?"
"Iya nda, si Yolan masih ngerjain belom kelar. Tadi udah mau gue contekin tapi dia dengan teganya menolak tawaran gue."
Yolan itu teman sebangku Fini, Fini udah tiga tahun sekelas mulu sama Yolan. Walaupun Yolan tidak termasuk 5 serenteng Yolan tetep sering ngumpul bareng kita. Kita mah orangnya terbuka, siapa aja boleh ikut gabung. Kecuali cowo.
"Gegayaan lu mau nyontekin orang, mana ada orang yang percaya ama lo. Jawaban lo aja belum terjamin bener." Ucap azra nyelekit.
Fini melas. "Sakit ati eneng bang."
"Jijik iih"
"Taii"
"Mual"
"Ewwuuh"Kita memasang wajah mual melihat tingkah Fini yang bikin muntah.
®®®
Kita berlima menikmati makanan yang tadi dibeli.
Fini dengan bakso super pedasnya, Azra dengan siomai manis tanpa sambal sedikitpun, Salwa dengan cilok kesukaannya, gue dan Nisa dengan es susu coklat yang masih tersisa.
Kita sedang membahas masalah terorisme yang sedang hangat di televisi.
"Apa sih yang mereka pikirin pas ngelakuin hal itu? Kejam." Salwa berkata sambil meringis membanyangkan.
"Iya, walaupun niat mereka untuk menghancurkan musuh islam tapi caranya ga dibenarkan." Kata Azra menanggapi.
"Islam kan agama tentram dan cinta damai, lah yang mereka lakuin? Malah memunculkan keributan dan masalah, Mereka juga ga bisa mastiin kalo orang islam ga ikut jadi korbannya." Gue menambahi.
"Tapi menurut gue sih mereka itu bukan islam, seorang muslim yang memang bertakwa pasti mengerti apa yang dia lakukan itu adalah pembunuhan. Islam memperoleh kan membunuh orang kafir juga dengan alasan, lah yang mereka lakukan? Menurut gue sih ga beralasan. Menurut gue yang melakukan tindakan itu adalah musuh islam yang berniat untuk menghancurkan islam dengan cara mengadu domba, mereka membuat seolah-olah orang islam lah pelaku nya dan membuat semua orang berfikir bahwa agama islam itu sadis penebar teror." Salwa menanggapi .
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pastel Colours
Spiritual{Persahabatan-Spiritual-Cinta-Keluarga-Humor} Hidup tak sehitam putih itu. Kehidupan terus menuntun menemukan warna baru penghias memory yang akan tersimpan dihati. Persahabatan yang diliputi dengan kepercayaan, kebersamaan, dan kasih sayang terjali...