1®it's me

45 1 0
                                    

Hidup itu putih
Suci, yang pada dasarnya bukan pilihan
Kau hanya butuh diam
Dan ini akan tetap putih

Hidup itu hitam
Munafik, keserakahan
Semuanya hitam
Dan itulah kehidupan

Hidup itu merah
Harus ada keberanian
Seperti darah yang mampu menyulut oksigen dari angkasa
Baru kau bisa hidup

Hidup itu hijau
Ada ketenangan
Ada kesejukkan
Kau hanya butuh bersandar dan membuka mata lebih dalam
Lihatlah, seperti alam yang sedang bersandar pada tangan Tuhan

Hidup itu biru
Kau dongakkan wajahmu, kau akan lihat langit
Kau tundukkan wajahmu, kau akan lihat air
Dua elemen penting dalam hidup
Menyumbangkan ketenangan yang tak akan habis sampai ujung zaman

Hidup itu kuning
Imajinasi adalah kuncinya
Kau bisa melihat keceriaan dibaliknya
Membuahkan senyum, bukan air mata

Hidup itu WARNA
Tapi bukan pelangi,
Tidak selamanya indah.
Hidup itu warna pilihan yang harus dihadapi.
Hidup itu warna, dan kau adalah pelukisnya.

®®®

Masa SMA. Jika diibaratkan kanvas, berbagai warna kini telah mengotori putihnya. Dengan berbagai pengalaman menyenangkan, menyedihkan, menengangkan, dan menyakitkan.

Perasaan? Suka? Cinta? Benci? Amarah? Mereka ikut bermain meramaikan suasana. dalam masa ini para cewek atau cowo sedang dalam keadaan berbuncah-buncah.

Pacaran? Mantan? sepertinya sudah menjadi koleksi, menemani cerita perjalanan dimasa SMA.

Tapi, gadis bernama Revanda dalam masa hidupnya belum pernah merasakan manisnya pacaran.

Gadis ini dengan pemikirannya mengganggap pacaran adalah suatu hal yang tidak jelas, tidak penting, dan sangat merugikan. Selain dosa, dia berfikir pacaran menghambatnya untuk sukses.

Nama: Revanda Aurelia
Kelas: 12 IPA 1
TTL: Padang, 1 januari 1999
Agama: diKTP islam, dikartu keluarga islam, dihati pun islam asyik^^
Cita-cita: dokter spesialis anak ^doain semoga tercapai okay
Hobby: makan, baca novel, nonton drakor, tidur, kadang nonton sambil tidur.

Nama papanya Zaidan Azhar, nama mamanya Andin Maharanai. Mereka sama-sama asli padang, dulu mama Andin kerja di RSUP Padang, tapi karena menikah dengan Papa Zaidan yang bekerja di Serang mama Andin jadi pindah ke Serang juga. *Serang, Banten. Kalo ga tau cari di maps ada kok*

Semua nama anaknya berawalan huruf R, karena saat muda dulu mereka tersiksa harus menjadi pertama dan terakhir, mereka tidak mau anak nya juga merasakan. Alhasil terpilihlah huruf ke-18 alfabet ini yang menjadi huruf depan anak mereka.

Gadis berhijab ini memiliki mata indah berwarna kecoklatan, hidung agak mancung, bibir bawah sedikit agak tebal dari bibir atas, alis sedikit tebal, warna kulit lumayan putih, tinggi badan standar, kepintaran standar, kecantikan standar.

"Selesaii!"
"Lama deh nda!, yaudah yuk buru kekantin?"
"Ayo"

Nda, panggilan yang biasa orang pakai untuk memanggil gue. Kita baru aja mengerjakan tugas mengarang, karena guru nya sedang kondangan jadi tidak  mengajar.

Kita langsung kekantin, karena sehabis pelajaran bahasa indonesia adalah jam istirahat pertama.

Setelah beli batagor, kita duduk disalah satu kursi makan sambil ngobrol.

"Nda! Tadi masa gue lupa mau cerita penting ini ke lo"
"Pikun"
"Sialan. Nda masa bebep gua anurios gay siiih" Nisa bercerita dengan muka sedihnya.

"Manurios njir!"
"Iya maksud gue itu, iiih ga terima guee"
"Sudahku duga, dari pengamatan yang gue lakukan. Emang dia itu bukan cowo baik-baik nis."

Iya. Gue udah sering bilang ke Nisa kalo bibir manurios itu ukurannya tidak masuk akal. Tapi sahabat gue satu ini ga pernah dengerin gue, dia malah jitak pala gue dan berkata 'lo yang ga masuk akal bego' yasudah lah ya, yang penting sekarang dia merasakan penyesalan karna ga dengerin gue.

"Pengamatan nenek lo brikdans! Nda gue takut populasi cogan yang telah menipis sekarang ini, tercemar virus gay kaya anurios gue."

"Tenang aja Nis, kameron gue normal dan kayanya ga bakal keikutan yang kaya gitu. Gue rela kameron gue buat lo." Tampang gue serius udah kaya orang iya.

"Muka lo njiss"

Itu salah satu obrolan gaje gue sama sahabat gue namanya Anisa. Biasanya kita berlima, tapi karena Salwa, Fini, dan Azra anak kelas IPA 2 dan sekarang mereka sedang belajar fisika, mereka ga bisa gabung sama gue dan nisa dikantin.

Kita udah bareng dari kecil, karena kita satu kompleks. TK bareng di TKIT dalem kompleks. SD kita bareng lagi di SDIT dalem kompleks. SMP kita misah gue dan Azra di MTs negeri kota, sedangkan Salwa, Fini, dan Nisa di MTs negeri kabupaten. Kenapa kita pisah? karena orang tua mereka bertiga lebih memilih menyekolahkan anaknya di tempat yang dekat. Sedangkan orang tua gue dan Azra lebih memilih kualitas sekolahnya, walaupun gue pikir sama saja.
Saat MTs, 5 serenteng masih sering main bersama, kita juga suka mengerjakan LKS bersama karena buku kita sama persis, yang beda hanya buku paket saja. Dan sekarang kita dipersatukan di sekolah yang sama kembali, walaupun beda kelas.

Kita ikut eskul marching band  di sekolah, kecuali Salwa dia tidak suka dengan kegiatan yang dapat membakar kulitnya. Awa lebih memilih ikut Rohis dan kawan kawan nya. Yasudah lah yaa yang penting kita masih tetap bersama.

Kita sama-sama cewe yang memiliki moto "single sampai halal" kita berfikir persahabatan lah yang penting saat masa seperti ini. Pacaran tak menjadi bagian dari list kehidupan kita.

Menurut kita urusan jodoh itu sudah Allah yang mengatur.

Mau siapa pun orang yang kita pacari, jika kita memang bukan berasal dari tulang rusuknya, kita tidak akan berakhir dengannya.

Biarkan yang maha mengatur yang menetapkan siapa pria itu diwaktu yang tepat nanti.


Puisi by: Tiara&Ridhya

Makasih telah membaca, jangan lupa baca al-qur'an dan jangan lupa pencet bintang. Jadilah pembaca yang baik^^

The Pastel ColoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang