5®hug

10 3 0
                                    

Pelukan yang diiringi isakan itu pun terurai, menyeka air mata yang sedari tadi jatuh sambil saling menatap.

"Jangan gitu Nis, maaf kalo kita ga ngertiin dan ga bisa dukung apa yang lo lakuin. Walau gitu kita tetep sahabat, sahabat yang pengen sahabatnya mendapatkan yang terbaik. Maaf kalo apa yang kita lakuin ke lo bikin lo sakit hati, kita ga maksud nyudutin atau apa pun itu.  Kita sayang lo." Ucap Fini dengan suara serak.

"Nisa juga sayang kalian." Ucap Nisa sambil menggiring mereka kepelukannya.

®®®

Sejak siang itu 5 serangkai kembali bersama, berbagi segala hal bersama. Walau Nisa masih bersama Bintang, 4 temannya itu mencoba mengerti dan menerima, mereka hanya mengingat kan Nisa agar tidak melampaui batas.

Revanda memulai pagi nya dengan perasaan yang tenang karena pagi ini teman sebangkunya telah kembali.

Gadis itu sedang di meja makan bersama mama dan papa nya menunggu sahabatnya datang.

"Buruan dek habisin susu nya, kata nya mau naik angkot. Nanti telat." Ucap mama sambil menyendokan nasi kemulutnya.

"Iya mah, ohiya nanti pulang sekolah nda mau nengokin  anak marching sebentar."

"Sebentar loh yaa, jangan kebablasan." Mama mengingatkan.

"Hehehe iya iya"

"Ndaaa... Assalamualaikum..ndaa" suara teriakan teman temannya terdengar.

"Eh udah pada dateng tuh." Papa yang dari tadi fokus dengan korannya pun terusik.

"Iya, nda berangkat Assalamualaikum." Nda bergegas menyalami kedua orang tua nya.

"Wa'alaikumsalam hati-hati dek" ucap mama.

"Terdepan yaa.. semangat!" Ucap papa nda yang sudah menjadi rutinitas saat nda berangkat sekolah.

"Iyaa.." nda tersenyum.

"Wa'alaikumsalam sahabaaat." Ucap nda sambil memakai sepatunya.

"Buru Ndaa" ucap Fini.

"Iyaiya sabar"

Rumah Revanda terletak di depan komplek, jadi dia yang paling terakhir di jemput.

Pagi ini 5 serenteng berangkat bareng naik angkot, ini sudah jadi kebiasaan mereka saat jadwalnya latihan marching. Walaupun sekarang mereka sudah tidak eskul karena memang dilarang sekolah, kebiasan itu sulit dihilangkan, hari Rabu tetap menjadi jadwal 5 serenteng berangkat bersama.

Perjalanan tidak terasa dan amat menyenangkan jika dilakukan bersama sahabat, menghabiskan waktu dengan cerita yang dipenuhi tawa. Menjadi salah satu momen yang akan mereka rindukan nantinya.

Sekarang mereka sedang berjalan menuju sekolah, sekolah mereka memang tidak di lewati angkot. Tidak jauh, hanya membutuhkan 5 menit. Tapi tidak dengan 5 serenteng ini, mereka jalan sangat lamban, sekali-kali mereka juga berhenti untuk sekedar tertawa. Ditengah tawa mereka tiba-tiba Nisa bicara.

"Gue udah putus."

"Hah!" Teriak Nda, Azra, Fini, dan Salwa sambil menoleh ke arah Nisa kompak

"Gue udah putus." Ulang Nisa dengan senyuman menyakitkan.

"Jangan senyum gitu!" Teriak nda tak kuat melihat senyuman perih itu.

"Gue harus gimana? gue ga mau keliatan lemah didepan kalian." Senyuman Nisa perlahan menghilang.

Salwa langsung memeluk Nisa dan disusul dengan yang lainnya.

"Bintang putusin guee.." Nisa mulai menumpahkan air matanya.

The Pastel ColoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang