"Maaf Bi" dari banyak hal yang ingin Nisa katakan, kata itulah yang pertama kali terucap.
Jadi ini akhirnya? Nyatanya lo ga bisa buka sedikit pun hati lo buat gue, lo nyerah perjuagin gue? Apa gue emang ga pantas untuk diperjuangkan? Jadi perlakuan yang selama ini lo tunjukin ke gue itu bulshit? Itu semua hanya terucap dalam hatinya.
Ucapan Nisa membuat bintang meyeringitkan dahinya maaf? Maaf apa? Maaf gue ga bisa putus dari lo?
Karena mengerti dengan tatapan bingung Bintang Nisa melanjutkan perkataannya "Maaf gue udah egois selama ini."
Sebenarnya Nisa sudah tau jika Bintang memang belum mencintainya, cinta? Jangankan cinta, suka atau tertarik pun sepertinya tidak. Rasa kasihan mungkin tepat mengibaratkan perasaan Bintang kepada Nisa, hal itu menambah perih sakit yang Nisa rasakan.
Nisa juga tau apa alasan Bintang tidak bisa membuka hatinya barang sedikitpun untuk Nisa, kenapa? Karena hati Bintang telah sepenuhnya dimiliki seseorang, dan seseorang itu adalah sahabatnya sendiri Revanda.
Nisa mengetahui hal ini dari beberapa minggu lalu saat dia tidak sengaja melihat wallpaper handphone Bintang adalah foto Revanda yang diambil candid oleh Bintang. Memang sakit saat mengetahui fakta ini, tapi itu malah membuat Nisa semangat untuk merebut hati Bintang.
Nisa ingin Bintang mencintainya agar bisa move on dan tidak mengejar nda, karena Nisa tau mendapatkan hati Nda adalah hal yang amat sulit untuk dicapai, tentu itu akan membuat Bintang sakit hati. Sebagai wanita yang mencintai pria, Nisa tidak ingin jika Bintang tersakiti. Nisa juga berniat baik agar Nda tidak terusik atau terganggu dengan perasaan Bintang, Nisa juga paham dengan prinsip yang Nda pegang teguh. Dan lagi, jika Nisa berhasil membuat Bintang mencintai nya, itu benar-benar membuat hatinya gembira, seperti bunga yang mendapatkan kelopaknya.
Jika diibaratkan sekali mengayuh dua tiga pulau terlampaui, tapi nyatanya satupun tak bisa Nisa raih walau sedikitpun.
"Eh, harusnya gue yang minta maaf, maaf ga bisa pertahanin hubungan ini."
"Gapapa ko, gue ngerti."
"Makasih banyak Nis, gue harap kita masih bisa menjadi teman." Bintang tersenyum.
"Teman.." ucap Nisa sambil mengarahkan kepalan tangannya kearah Bintang.
"Teman" sambut bintang dengan menempelkan kepalan tangannya ke tangan Nisa.
Nisa tersenyum, setidak nya dia pernah merasakan manisnya perlakuan Bintang walau sakit yang dirasanya saat ini sangat perih.
Bintang akhirnya lega, setidaknya ia tidak menghianati hatinya sendiri. Pertemuan dengan Nisa mengajarinya bahwa fikiran dapat berbohong dan menyuruh tubuh melakukan kebohongan, namun hati akan selalu berteriak dan menolak setiap kebohongan yang tercipta.
®Flasback off
"Harusnya kalo lo ga yakin sama hati lo, lo gak usah terima Nisa."
"Bintang tau, Bintang emang salah. Makanya Bintang gak mau kesalahan ini terus berlanjut."
"Lo dengan gampang nya bilang gitu? Lo gak tau sih gimana perasaan Nisa." Nda kembali mengingat kejadian dimana Nisa menangis terisak dipelukannya.
"Nda juga gak tau kan gimana perasaan Bintang? Kita sama-sama terluka." Bintang kesal dengan Nda yang bersikap seperti mengkambing hitamkan dirinya.
Nda menunduk dia mencoba memahami ini dari 2 sudut pandang yang berbeda, Nda mencoba mengerti posisi Bintang.
"Ini juga pasti berat buat Bintang." Nda mengucap dibatinnya.
"Nda" panggil Bintang membuat Nda mendongakan kepalanya.
"Hmm?" Gumam Nda.
"Kita bisa kaya dulu lagi kan?"
"Maksudnya?"
"Kita bisa jadi sahabat kaya dulu lagi kan?"
Hening... membuat jantung bintang berdetak dengan kencang.
"Pasti dong" Nda tersenyum membuat Bintang ikut tersenyum melihatnya.
Bintang fikir bersahabat lebih baik dibanding ditinggalkan orang yang dicintainya, ia akan belajar menghapus perasaannya agar gadis didepannya ini nyaman dengan keberadaannya. Bintang sungguh tak sanggup jika Nda membencinya, biarlah seperti ini.
Bintang mengantar Nda pulang kerumah, awalnya Nda menolak dengan alasan dekat. Tapi tentu saja Bintang tak tega membiarkan Nda jalan sendirian, apalagi sudah jam setengah enam lewat yang berarti sebentar lagi waktunya magrib kalo kata orang jawa pamali namanya.
Sepanjang perjalanan pulang dari rumah Nda, fikiran Bintang terbawa kemasa-masa awal dirinya menyadari bahwa ia menyukai gadis itu.
dulu saat Bintang sekelas dengan Nda dia senang sekali menjahili dan membuat Nda kesal, entah mengapa itu menjadi hobi favorit Bintang.
Saat Nda latihan marching, Bintang juga senang sekali menonton Nda latihan dan bagaimana berwibawanya Nda saat mengarahkan anggota marching lainnya. Ya, Nda sudah menjadi ketua marching sejak SMP dulu. Jiwa kepemimpinan Nda entah kenapa membuat daya tarik tersendiri bagi Bintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pastel Colours
Spiritual{Persahabatan-Spiritual-Cinta-Keluarga-Humor} Hidup tak sehitam putih itu. Kehidupan terus menuntun menemukan warna baru penghias memory yang akan tersimpan dihati. Persahabatan yang diliputi dengan kepercayaan, kebersamaan, dan kasih sayang terjali...