"Kan Nisa yang nembak" ucap Bintang membuat mata dan bibir nda terbuka lebar.
"Hah!"
"Nisa yang nembak duluan" ulang Bintang menaikan suaranya.
"Dikira gue ga denger." Cicit Nda tidak terdengar.
"Jadi Nisa ga cerita?"
Nda menggelengkan kepalanya.
Pikirannya melayang, Apa lagi yang ga gue tau tentang lo nis. Batin Nda.
Nda tersadar, mana mungkin juga Nisa bisa jadi wanita murahan seperti itu.
"Ga usah ngarang, Nisa ga mungkin nembak duluan. Mana berani dia ngungkapin perasaannya ke-cowo." Nda mencoba membela.
"Siapa yang ngarang? Emang itu kenyataan da. Oke Bintang bakal jelasin semuanya dari awal, abis itu terserah deh mau percaya atau engga."
"Yaudah." Nda menaikan alisnya.
Ga ada salahnya juga kan dengerin ceritanya si Bintang, toh Nisa juga ga bakal cerita yang sebenarnya ke gue. Batin Nda.
®Flasback on
Bintang yang baru saja mengutarakan perasaannya tampak gusar, kepalanya seakan sedang ribut memikirkan kemungkinan yang akan terjadi kedepannya.'Salah ya gue nembak Revanda kemaren, aah kenapa gue ga bisa nahan mulut bego gue ini? Hati gue juga kenapa harus penuh gini sampe rasanya pengen meledak. Mungkin karena gue udah terlalu lama nyimpen perasaan ini ke dia bikin hati gue muak.'
'Bodoh banget gue, gue nembak dia ga ada romantis-romantisnya' Bintang memegangi kepalanya.
''Eh tapi Nda kan ga suka pacaran? Ko gue bisa lupa? Bodoh sumpah, bener-bener bodoh. Hatiii kenapa lo gini banget sih." Bintang kesal dengan hatinya, sebenarnya alasan utama ia tidak kunjung menembak Revanda karena Bintang tau bahwa gadis itu bukan tipe cewe yang mau diajak pacaran. Ia memukul dadanya dengan keras. Menyalahkan hatinya yang tak bisa dikontrol jika berdekatan dengan pemiliknya -Revanda-.
'Moga aja Nda ga benci gue.' Harap bintang dalam hati.
Ia merasa tak akan kuat jika melihat Nda menjauhinya.®®®
Nampaknya itu hanyalah harapan, nyatanya sekarang Revanda tidak ikut rapat, ketua osis tampan ini pun berfikir bahwa Nda memang benar menjauhi.
Nda malah digantikan oleh sahabatnya Nisa, Nisa bilang dia sekertaris marching yang ditugaskan Nda buat menggantikannya karena Nda ada urusan penting. Bintang ingin percaya bahwa Nda tidak ikut rapat karena memang ada urusan penting, tapi saat di sekolah gadis itu tampak menghindari nya. Itu membuatnya berfikiran bahwa Nda memang membencinya.
Selama Nisa ditugaskan oleh nda untuk menggantikannya,
Nisa terus saja menempeli Bintang, bukan menempeli dalam arti sesungguhnya, maksudnya Nisa selalu berusaha dekat dengan Bintang. Ia menanyakan apapun yang dia tidak mengerti, meminta contoh dan bagaimana cara menghadapinya. Bintang pun menjawabnya dengan sabar berfikir bahwa memang tugasnya untuk menjelaskan semuanya, dan itu malah membuat Nisa berfikir bahwa Bintang memiliki rasa padanya.Bintang yang tahu jika Nisa itu sahabat Nda, mencoba terus bersikap baik padanya. Tapi sikap baik nya itu disalah arti kan oleh Nisa. Dan saat pulang rapat sekaligus penyerahan laporan pertanggung jawaban, Nisa mengajak Bintang ke sebuah cafe yang tak jauh dari sekolahnya. Bintang yang tidak berfikir macam-macam dan ingin menjadikan kesempatan ini untuk bertanya tentang Nda kepada Nisa meng-iyakan ajakan Nisa tersebut.
Awalnya Nisa nampak gusar untuk menyampaikan perasaannya itu, Nisa menatap Bintang mencoba menguatkan hatinya.
"Bintang."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pastel Colours
Espiritual{Persahabatan-Spiritual-Cinta-Keluarga-Humor} Hidup tak sehitam putih itu. Kehidupan terus menuntun menemukan warna baru penghias memory yang akan tersimpan dihati. Persahabatan yang diliputi dengan kepercayaan, kebersamaan, dan kasih sayang terjali...