Bab 1 - Kemampuan Aneh

545 30 4
                                    

Jam kosong. Siapa yang tidak menyukainya? Lihat saja sekarang. Semua murid terlihat begitu asyik bercengkerama dengan teman-teman sekelas, mengabaikan beberapa tugas kecil yang ditinggalkan oleh wali kelas yang kini tengah mengadakan rapat bersama para guru. Ya, termasuk Karin, gadis SMP tiga belas tahun yang kini tengah sibuk mencorat-coret buku tulisnya, membuat aneka gambar makhluk aneh yang tidak ada di dunia nyata.

Sejak kecil, Karin sangat menyukai film-film dongeng apalagi fantasi. Ia menyukai dunia yang indah dan bermimpi ingin menginjak dunia seperti itu walau hanya sekali saja. Ketimbang bergaul, Karin lebih suka menyendiri dan sering mengkhayal sesuatu yang tak biasa. Tapi jangan salah, ia tidak se-kuper seperti yang terlihat. Ia masih memiliki beberapa sahabat salah satunya adalah Rina, gadis berambut sebahu yang sama-sama menyukai hal-hal berbau fantasi seperti Karin.

Keduanya sangat dekat sejak awal bertemu apalagi ketika mereka tahu kalau ternyata mereka mempunyai minat yang sama. Sejak saat itu mereka mulai saling bercerita mengenai film-film animasi fantasi koleksi Rina, tokoh karakter yang ia hafal, sampai mengkhayal bersama kalau mereka tengah hidup di dunia seperti yang ada di film-film itu, lalu menjadi karakter utamanya dan melawan sang penyihir jahat. Mereka selalu melakukan itu hampir setiap hari, seperti sekarang misalnya. Ya, sambil menggambar, Karin juga tengah mengkhayal bersama Rina. Walau terkadang banyak teman yang menyebut mereka gila dan aneh, itu tak jadi masalah bagi keduanya.

Tak terasa, jam pulang sekolah pun tiba. Rina berpamitan pada Karin.

"Karin, aku pulang dulu, ya. Besok kita lanjutkan lagi. Tadi sudah sampai dimana?"

Karin tampak berpikir sejenak lalu teringat sesuatu. "Oh! Tadi sudah sampai saat kita berubah menjadi puteri duyung dan mendapat tanda keberanian di lengan."

"Wah berarti sudah hampir selesai, ya. Ya sudah, ayo kita jalan bersama ke depan."

Karin mengangguk. Ia lalu berjalan beriringan dengan Rina menuju keluar gerbang menunggu jemputan masing-masing.

"Karin," panggil Rina. Karin mendelik mengisyaratkan 'apa?'. "Kau pernah mendengar teori Lucid Dream?"

Dahi Karin berkerut bingung. "Apa itu?"

"Lucid Dream adalah kondisi dimana seseorang sadar kalau ia sedang bermimpi. Setiap orang pasti pernah merasakan hal demikian tetapi jarang sekali yang bisa mengendalikannya secara sadar," ujar Rina menjelaskan. Sementara Karin hanya mengangguk-angguk tanda mulai mengerti.

"Kau tahu, aku selalu berharap bisa melakukan itu tapi tidak pernah bisa," lanjut Rina lagi dengan nada kecewa.

"Memangnya untuk apa kau melakukan itu?"

Rina menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Karin dengan memberikan ekspresi yang tidak Karin mengerti.

"Ayolah, Karin ...," ucap Rina dengan nada manja. "Masa kau tidak mengerti maksudku? Coba kau bayangkan kalau kita bisa mengendalikan mimpi kita sendiri. Pasti menakjubkan! Jika aku bisa melakukan itu, aku pasti akan bermimpi tinggal di negeri dongeng yang indah dimana ada makhluk-makhluk seperti Peri, Troll, Centaur, Cyclops dan yang lainnya seperti yang ada di film-film fantasi. Bukankah itu benar-benar menakjubkan?"

Karin tampak berpikir sejenak. Ia jadi membayangkan hal yang dikatakan sahabatnya barusan. Benar juga, itu pasti akan menjadi hal yang paling luar biasa dalam hidup Karin jika memang ia bisa melakukannya. Karin pun tersenyum antusias.

"Kau benar, Rina. Jika kita bisa melakukannya, itu pasti akan menjadi pengalaman yang luar biasa," Karin menjawab dengan pandangan berbinar-binar. Tapi kemudian, ekspresinya mendadak berubah seperti mengejek.

Karin menatap ke arah Rina lalu berkata lagi. "eh, tapi ... jika itu terjadi, kau pasti akan sulit dibangunkan dari tidur karena terlalu asyik bermimpi."

TraumweltTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang