Bab 4 - Rasa Cemas

158 10 0
                                    

Siang hari di kampus, Karin masih terus terbayang-bayang akan mimpi buruknya semalam. Sebenarnya jika ia tidak mendapat mimpi itu semalam, tadinya Karin ingin terus berdiam diri di rumah untuk tidur seharian karena tidak ada kelas hari ini. Tapi mendadak rencananya untuk tidur lebih lama dan menikmati keindahan Traumwelt hancur sudah karena bayangan-bayangan menyeramkan yang terjadi semalam masih terus menghantuinya. Karena itulah Karin disini. Duduk berdiam diri dengan kantung mata yang amat kentara.

Entah kenapa hari ini Karin tidak bisa berpikir jernih. Ia merasa mimpi buruknya itu akan menimbulkan efek buruk bagi Traumwelt. Ia juga tidak tahu kenapa ia berpikir demikian. Yang pasti firasat itu muncul begitu saja dengan sangat mendominasi suasana hatinya. Bagaimanapun, bagi Karin Traumwelt bukanlah sebuah negeri yang pantas mendapat bencana. Keindahan Traumwelt terlalu disayangkan jika harus menghadapi suatu perang seperti di film-film fantasi yang pernah ditontonnya.

Tak terasa beberapa jam pun telah berlalu. Suara perut Karin berikut rasa menyakitkannya itu berhasil membuatnya tersadar dari lamunannya. Ia bergegas membangkitkan tubuhnya yang terasa kaku dan lemas, lalu melangkahkan kakinya menuju kantin. Disana ia memesan seporsi batagor berikut jus alpukat yang tidak pernah ia lupakan sedikit pun. Ia segera mengambil posisi duduk di pojok kantin yang langsung menghadap langsung ke arah balkon.

Karin suka duduk di tempat ini, suasananya lebih sepi dan tenang di bandingkan di tengah-tengah sana. Ia jadi lebih berkonsentrasi untuk membaca artikel demi artikel yang ia temukan di laptop-nya. Tapi untuk hari ini, rasanya ia tidak mau berkutat dengan benda itu dulu. Ia rasa itu hanya akan menambah beban pikirannya saja. Karin sudah cukup pusing memikirkan mimpinya semalam. Itu sudah cukup membuat kepalanya sakit hari ini. Karin pun memutuskan untuk fokus makan saja tanpa memikirkan apa pun.

Sementara itu dari kejauhan, Denis melihat Karin duduk di tempat yang sama, yang selalu menjadi tempat favoritnya. Ia mengerutkan dahinya bingung. 'Bukannya Karin hari ini tidak ada kelas? Tapi kenapa dia disini?' batin Denis bertanya-tanya. Ia lalu segera menghampiri Karin.

"Hei," sapanya.

Karin menoleh dan tersenyum. Ia menjawab dengan tidak bersemangat. "Ya ..."

Denis mengerutkan keningnya bingung. 'Tidak biasanya Karin seperti ini. Ada apa ya?' batinnya lagi bertanya-tanya.

"Kau terlihat agak lemas. Apa kau sakit?" Denis bertanya khawatir.

"Tidak sama sekali," jawab Karin masih tidak bersemangat.

"Lalu kenapa?"

Karin menghembuskan napas lelah. "Semalam aku tidak bisa tidur dengan nyenyak. Dan ini semua gara-gara kau!"

"Hei, hei! Kenapa jadi menyalahkan aku? Apa salahku?!" sangkal Denis tidak terima.

Karin memutar bola matanya sebal kemudian berkata, "Kalau kau dan Lizy tidak memaksaku untuk ikut menonton film horor itu, mungkin mataku tidak akan jadi seperti ini!"

Karin menunjuk kantung matanya dengan mendramatisir. Sementara Denis malah tertawa usil.

"Memangnya apa yang terjadi semalam? Kau didatangi hantu yang ada di film?"

"Jangan ngawur!"

"Lalu apa?"

"Jadi--." Ucapan karin terputus tiba-tiba.

"Kariiin!!!" pekik Lizy tiba-tiba yang langsung membuatnya menutup telinga.

"Duh, bisa tidak sih kau tidak berteriak seperti itu kalau bertemu denganku? Sangat menyebalkan, tahu tidak?!" tukas Karin sebal.

"Dasar jahat!" jawab Lizy cemberut. "Omong-omong kalian sedang membicarakan apa? Ada gosip terbaru kah? Katakan padaku! Aku juga mau dengar."

"Tidak ada yang sedang bergosip, Lizy," jawab Denis tersenyum manis. Hal itu langsung membuat Lizy sedikit merona. Bukan apa, tapi semenjak Denis mengubah gaya rambutnya ala boyband Korea, ia merasakan ada sesuatu yang aneh dalam dirinya tiap kali melihat wajah Denis, terlebih ketika ia tersenyum. Entah itu apa namanya, yang pasti Lizy seperti ingin meleleh dibuatnya.

TraumweltTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang