"Kariiin!!" pekik Lizy yang berlari terburu-buru menghampiri Karin yang tengah berjalan di lorong kampus sambil memeluk laptop-nya di depan dada. Sontak Karin menutup telinganya mendengar suara cempreng Lizy.
"Duh, suaramu membuat telingaku sakit, Lizy!" dumal Karin sebal. "Ada apa?!"
Lizy hanya menyengir lebar seolah tak merasa bersalah sama sekali. Ia malah terlihat berbinar senang sambil menatap layar ponselnya. Seperti hendak menunjukkan sesuatu pada Karin.
"Kemari, kita duduk dulu, oke? Kau harus lihat ini!" seru Lizy bersemangat.
Lizy menarik Karin dengan paksa ke arah bangku panjang yang berada di dekat mereka. Karin merutuk sebal dengan kelakuan Lizy yang selalu saja seperti itu jika sedang tertarik dengan sesuatu.
"Kau mau apa, sih?!" seru Karin mulai kesal. "Aku tidak mau kalau kau suruh lihat Boyband Korea lagi."
Lizy langsung mengalihkan pandangannya ke wajah Karin dan menatapnya datar. Ia berusaha tidak memarahi Karin sejujurnya.
"Kau jangan marah-marah terus, nanti cepat tua, lho," kata Lizy. "Lihat dulu, nih. Ada film bagus yang baru tayang di bioskop. Kita harus menonton ini! Coba kau lihat Thriller-nya."
Karin membuang muka malas.
"Tidak mau! Itu pasti film drama lagi. Aku tidak mau melihatmu menangis-nangis berlebihan karena film menye-menye seperti itu. Menjijikan! Lebih baik menonton film fantasi. Seru dan menegangkan."
Lizy mendelik tidak setuju. "Kau masih belum puas menghabiskan waktu malammu di dunia fantasi? Masih saja mau menonton film khayalan begitu. Lihat dulu mangkanya! Ini tuh bukan film drama."
Setelah terus memaksa Karin untuk menoleh ke arah ponselnya tetapi tidak berhasil juga, akhirnya Lizy mencengkeram dagu Karin dengan paksa dan menolehkannya pada layar ponselnya yang sedang menampilkan potongan-potongan adegan yang cukup menegangkan.
"Ini film horor terbaru di Indonesia. Dan kau harus tahu, kualitasnya tidak kalah saing dengan kualitas film luar. Pokoknya kita harus menonton film ini. Denis sedang memesan tiketnya untuk kita bertiga."
"Apa?! Horor?!" pekik Karin berpura-pura kaget. Tapi Lizy tahu betul itu sebenarnya hanya untuk mengejeknya yang penakut. "Sejak kapan kau berani menonton film horor? Baru masuk saja kau sudah gemetar ketakutan."
Lizy merengut sebal karena di ledek seperti itu. Ia lalu menghembuskan napas kasar kemudian balas mengejek sambil terus berusaha membujuk.
"Please ... Karin yang cantik dan paling berani di seluruh dunia, kali ini aku akan berusaha untuk menghilangkan rasa takutku. Sumpah!" Lizy mengacungkan dua jarinya membentuk huruf 'V'. "Aku benar-benar penasaran dengan film ini. Sepertinya hantunya tidak akan seseram yang biasanya. Hantunya tidak akan diperlihatkan dengan detail seperti film horor kebanyakan, tapi nuansa seramnya begitu kentara. Ini kali pertama Indonesia mengeluarkan film horor sebagus ini. Masa kau tidak penasaran?"
Karin mulai terlihat goyah. Sepertinya ia mulai terbujuk.
"Penasaran, sih. Tapi ...."
"Tapi apa lagi? Kenapa sih, hidupmu selalu dikelilingi kata 'tapi'?" jawab suara lain yang bergabung tiba-tiba.
Karin dan Lizy menoleh dan melihat Denis yang ikut duduk bersama mereka sambil membawa tiga tiket. Sontak Lizy memekik kegirangan melihat itu.
"Wah! Kau sudah dapat tiketnya? Untuk jam berapa?" Lizy bertanya antusias.
"Jam delapan malam. Tambah malam, tambah seru," jawab Denis sambil tersenyum penuh maksud dan menggerak-gerakkan alisnya naik turun.
Keduanya pun melakukan tos tanda setuju. Sementara Karin hanya memutar bola matanya jengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Traumwelt
FantasíaKarin adalah seorang mahasiswi yang memiliki kemampuan aneh semenjak ia duduk dibangku SMP. Ia bisa membawa dirinya sendiri dan orang lain memasuki dunia mimpi yang menakjubkan, Traumwelt. Traumwelt adalah sebuah negeri yang menjadi kehidupan kedua...