Siang kembali berganti malam. Inilah yang paling Karin takuti sedari tadi. Hari sudah larut tapi ia tetap terus berusaha membuka matanya lebar-lebar karena takut akan memimpikan hal yang sama lagi seperti kemarin malam. Ia melakukan segala cara untuk membuat matanya selalu terbuka. Seperti makan makanan pedas dan asam hingga lambungnya terasa perih, minum kopi pahit sampai menyemburkannya karena tidak tahan dengan tingkat kepahitannya atau bahkan menonton film-film fantasi kesukaannya agar mood-nya kembali membaik seperti sebelumnya. Namun tetap saja itu semua tidak membantu matanya untuk tetap terbuka. Bagaimanapun matanya harus diistirahatkan karena sudah bekerja lebih dari yang seharusnya. Ini semua karena ia tidak bisa tidur kemarin. Karin merutuk sebal karena hal ini.
Akhirnya, Karin pun menyerah pada keadaan. Ia jatuh tertidur lelap dengan posisi menekuk miring bersama laptopnya yang masih menyala menayangkan adegan peperangan dalam sebuah film. Semakin lama tubuh Karin semakin terasa ringan. Jiwanya seperti melayang jauh entah kemana, lalu mendarat di padang rumput yang dipenuhi dengan berbagai macam jenis bunga. Sudut bibirnya pun terangkat perlahan. Ya, kalau tahu ia akan mendarat di Traumwelt, ia tidak akan menunda tidurnya sedari tadi.
Karin menatap pakaiannya. Lagi-lagi ia memakai gaun selutut berwarna hijau lembut. Entah mengapa saat dirinya menginjakkan kaki di Traumwelt, pakaiannya seolah menyesuaikan diri dengan tradisi negeri ini yang pakaiannya memang berupa gaun bagi wanita. Sementara untuk kaum pria, pakaian mereka berupa kaus rajutan halus tanpa lengan, dibalut dengan rompi bertumpuk dua warna berlengan pendek, dipadu dengan celana bahan yang berikat pinggang.
Karin mulai melangkahkan kakinya perlahan menyusuri jalan yang beralaskan batu kerikil dengan berbagai warna hingga tiba di hadapan sebuah pohon dengan ukuran tinggi dan besarnya yang tidak wajar. Ia mulai menaiki anak tangga kayu yang melingkar pada batang pohon hingga sampai pada ujungnya yang berupa papan kayu berbentuk lingkaran, dirangkai sedemikian rupa hingga membentuk sebuah pintu yang elok. Ia mengetuknya perlahan, hingga kemudian seseorang membukakannya dengan tampang sumringah.
“Karin, dari mana saja kau?” tanya seorang pemuda dengan rambut dan mata abu-abunya yang tampak mempesona.
“Koi ...,” gumam Karin tak kuasa menahan rindu. Ia lalu memeluk tubuh yang berdiri tepat di hadapannya itu sedikit kasar. “Aku takut sekali tidak bisa melihat kalian lagi.”
Si abu-abu yang dipanggil Koi itu mengerutkan dahinya bingung. “Ada apa?”
“Nanti aku ceritakan,” jawab Karin sambil menerobos tubuh Koi dan masuk ke dalam rumah pohon milik Kakek Mou ini.
Di dalam sana, aroma khas batang pohon serta daun menguar ke seluruh ruangan. Ya, rumah ini memang berada di dalam batang pohon yang dipahat dan di bentuk sedemikian rupa hingga membentuk beberapa ruangan. Seperti yang ada di hadapan Karin misalnya. Ruangan ini adalah ruang tamu yang di tengahnya ada meja dan kursi panjang yang terbuat dari kayu, dibalut dengan bantalan empuk. Beberapa jendela yang dibuat berbentuk lingkaran, serta hiasan-hiasan bunga di tepi-tepinya membuat rumah pohon ini tampak sangat mengagumkan bagi Karin meskipun ia sudah beberapa kali melihatnya.
Di salah satu kursi kayu, tengah duduk sepasang kakek dan nenek yang biasa Karin panggil Kakek Mou dan Nenek Mia. Kakek Mou memiliki paras tegas nan lembut dengan mata serta rambutnya yang berwarna putih. Tubuhnya pun masih tegap dan kekar. Awalnya memang sangat menakutkan bagi Karin saat melihat Kakek Mou. Tapi ketika sudah mengetahui sifatnya yang sangat berwibawa dan lembut, Karin akhirnya terbiasa menatap mata putihnya itu. Sementara Nenek Mia yang memiliki mata dan rambut berwarna coklat, dia tampak normal saja bagi Karin, layaknya manusia normal pada umumnya. Tapi siapa sangka, Nenek Mia ternyata mempunyai kemampuan unik. Dia bisa mengeluarkan asap dengan berbagai warna. Warna asap yang dikeluarkannya akan menyesuaikan diri dengan warna dominan pada lingkungan tempat ia mengeluarkan kemampuannya. Dan kegunaannya adalah untuk bersembunyi serta teleportasi. Hebat bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Traumwelt
FantasyKarin adalah seorang mahasiswi yang memiliki kemampuan aneh semenjak ia duduk dibangku SMP. Ia bisa membawa dirinya sendiri dan orang lain memasuki dunia mimpi yang menakjubkan, Traumwelt. Traumwelt adalah sebuah negeri yang menjadi kehidupan kedua...