PROLOG

2.8K 74 6
                                    

Senja datang. Sepasang kekasih saling menatap satu sama lain. Dari mata mereka, tersiratkan kata yang belum sempat terucap, menunggu kapan hari yang tepat untuk mengungkap. Maka hari itu adalah mereka, mereka yang bersenyawa hingga akhirnya berani mengatakan yang sebenarnya.

"Eh iya yu, pengen nanya nih. Penting" ucap Albar tiba-tiba kepada Yuniar.

Pasangan yang baru saja merayakan 5 tahun anniverserynya, kini tengah ada di atas sebuah salah satu puncak tertinggi di indonesia. Yakni, puncak gunung kerinci.

"Tanya apaan?" Jawab yuniar heran.

"Mumpung momentnya pas"

"Ih iyaaa, mau nanya apa?"

Albar menelan ludah. Ia tidak terlalu percaya dia akan berani menanyakan pertanyaan ini. "Kamu percaya cinta gak Yu?"

"Hmmm, percaya aja sih.. emang kenapa?" jawab yuniar curiga.

"Kalau memang jodoh...tidak usah dipaksakan bukan?" ucap Albar pelan.

"Albar Ruly Atmaja, Jika memang ini cinta, kenapa tidak?"

"Cinta itu pilihan yuni, jodoh itu takdir" ucap Albar menatap lama mata yuniar.

Yuniar terdiam, menarik napas. Lalu berkata.

"Kalau memang cinta itu sebuah perasaan yang diberikan oleh Tuhan untuk saling saling mencintai, saling memiliki, saling memenuhi, saling pengertian. Mengapa menjadi pilihan?"

"You can do anything ar, but not everything. Seperti cinta, yang diam-diam kadang menjadi pedang samurai yang amat tajam. Atau setangkai bunga mawar yang sangat indah"

"So, is this love?" Tanya yuniar penuh jawaban.

.

Albar menatap dalam mata Yuniar, dilihatnya sepasang mata yang berbinar. Kadang kita harus benar-benar berani mengungkapkan apa yang sebenarnya sebelum semuanya terlambat dan penyesalan datang menghampiri kita

"Izinkan aku pergi...." Ucap Albar pelan.

"Per... Gi?" ucap Yuniar seakan tak percaya apa yang baru saja diucapkan Albar.

"Iya...."

"Kenapa harus sekarang?"

"Karna aku terlalu takut untuk menghadapi hari esok, hingga akhirnya aku kumpulkan semua kekuatan untuk menghadapi hari ini"

Bagi Yuniar, cinta memang indah. Namun ia percaya, setiap cinta pasti berakhir menyakitkan, namun ia percaya. Karena menurutnya, itu sepadan.

"Kenapa? Kenapa cepat sekali? 5 tahun kita...." ucap Yuniar dengan mata berkaca-kaca.

"Maafkan aku... Jika memang cinta itu pilihan, maka inilah pilihanku"

Yuniar menunduk menahan tangisan yang tak bisa ditahannya. Ia tau, mereka akan berpisah. Namun ia belum siap jika perpisahan itu secepat ini. Sebab, jika memang cinta masih tergores begitu indah, mengapa ada keinginan untuk mengakhiri?

"Ji-jika kau mencintaiku, kenapa kau lebih memilih untuk meninggalkanku?" ucapnya pelan.

Albar terdiam, ia tak percaya akan melakukan semua ini. Akhirnya, albar menjawab pertanyaan Yuniar yang sebenarnya ia tidak tega untuk menjawab.

"Aku terlalu takut untuk kehilangan, hingga akhirnya ketakutankulah yang membuatku sadar bahwa-"

"Bahwa cinta lebih dari sekadar kenyamanan, dan rasa untuk saling memiliki. Tapi cinta itu tentang rela melepaskan ketika inginkan bersama"

Maka sore itu, kata kita sudah mati. Albar yang egois dan Yuniar yang terlalu takut untuk patah hati. Maka hari itu adalah jawaban dari semua perbedaan yang mereka hadapi. Hari itu bersabda menjadi sebuah perpisahan yang akhirnya harus menanggung rindu di kemudian hari.

Maka hari itu adalah kami,
Kami yang telah terpisah menjadi aku dan kamu.

"Yaudah, a-aku pamit." Ucap Yuniar meninggalkan Albar.

Tiba-tiba, Albar menarik tangan Yuniar. Dilihatnya wajah yang kini pucat akan sedu.

"Tiati Yu, dibawah licin. Banyak joglongannya"

"Albar..."

"Iya yuniar?"

"Kamu manusia paling ngeselin dan brengsek yang pernah aku kenal di puncak gunung kerinci ini. I hate you Al"

"I love you too my EX"

"Sialan!"
Ucap Yuniar menahan air mata sambil tertawa.

Yuniar membalikkan badan lagi, ditatapnya Albar yang kini menahan tawa.

"Jadi, ini kita beneran putus?" Tanya Yuniar.

"Yakali aku punya channel youtube, terus kerjanya ngeprank sana si-"

Bhak!

Omongan Albar terhenti oleh tamparan Yuniar pada pipinya. Dipegangnya pipinya yang kini memerah setelah ditampar oleh kekasihnya.

"Elo brengsek, gue benci sama lo!"

Seketika yuniar langsung pergi meninggalkan Albar yang kini terdiam lama.

Maka kisah mereka berakhir dengan sebuah perpisahan, perpisahan yang menciptakan kata dari tetesan sedu. Hingga akhirnya kata menjadi satu dan berevolusi menjadi sebuah bait.

Bait-bait yang akhirnya
bisa dinikmati.
Bisa dirasakan.
Karena bait itu nyata.

Bait-bait itu adalah kita.

::

Demi senja yang datang sore hari, izinkan aku menghapus berjuta-juta memori masa-masaku dengannya. -albar

Maka dari sekian juta rasa yang kutuangkan dalam segelas puisi, hanyalah ilusi dan aku tak pernah menyadarinya. -Yuniar

***
///

Yang lagi part ini, aku saranin part selanjutnya dan seterusnya bacanya sambil dengerin lagu 'all i want-kodaline" :))
:: biar apa?
Biar feelnya kerasa aja sih

Slamat membaca

Teka Teki RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang