4 tahun kemudian.
Suara nada dering di iphone 7+ yuniar membangunkan yuniar dari tidur nyenyaknya setelah seharian penuh lembur di kantor. Segera ia nyalakan handphone tersebut dan mengangkatnya.
"Halo." ucap Yuniar memulai obrolan via telepon tersebut.
"Halo..." suara dari ujung sana membuat Yuniar tiba-tiba mematung. Ia kenal suara ini, sangat kenal. Suara yang diharapkan Yuniar tak akan pernah mendengarnya lagi.
"Hei..." balas yuniar kaku.
"Hmm, apa kabar?"
"Baik..."
"kamu masih ingat suara ini?"
"Masih..."
"kalau orangnya?"
"mungkin..."
"Kalau nanti-"
"Ada apa Albar!?, to the point aja"
sela Yuniar yang tidak menyangka akan mengucap nama orang itu lagi setelah bertahun-tahun berusaha keras untuk melupakan nama itu."Aku dengar kamu lagi ada di surabaya"
"Aku mau ketemu..." ucap suara yang tak lain adalah Albar."Ketemu?! Setelah lo ninggalin gue semudah itu 4 tahun yang lalu!, dan sekarang lo nelpon dan tiba-tiba ngajak ketemu! Udah gila apa yaa.." ucap Yuniar yang tiba-tiba memanas.
Tiiit.
Yuniar mematikan telepon dari Albar."Sabar Ar, sabar... kamu pasti bisaa, you can do it. Just call him, and everything its gonna be Al'right" ucap Yuniar meyakinkan dirinya.
Yuniar memencet tombol call untuk menelfon ulang Albar.
"Sorry, gue kebawa emosi.."
"Lo mau ngomong apa tadi?""Gue mau ngomong baik-baik sama lo, please Ar. Lupakan masa lalu kita, maafin gue. Beri gue kesempatan sekali lagi.." jawab Albar antusias dari ujung sana.
Yuniar terdiam mematung, seakan kenangan masa lalu itu kembali terputar di benaknya.
"Terserah elo mau datang apa nggak, tapi gue mau ngomong baik-baik sama elo, gue mau ngejelasin semuanya"
"Ngejelasin apa lagi Al? Semua sudah terlambat, elo yang mutusin gue, dan sekarang elo yang ngajakin gue untuk balikan?"
"Dengerin gue dulu ar, gue mohon beri gue kesempatan sekali lagi"
Yuniar tampak dilema akan kesempatan ini.
1 menit terlewat, Yuniar belum memberikan jawaban."Gimana?"
"Yaudah, gue datang"
"Oke, temui gue di antler cabin jam 8 malam nanti. Makasih ar"
Sekejap, yuniar langsung mematikan telepon Dan menarik napas dalam-dalam.
Beberapa jam kemudian, waktu menunjukkan pukul 19.00.
Masih ada waktu satu jam buat bersiap-siap. Ucap yuniar dalam hati dan segera bersiap-siap.
Ditariknya napas sedalam-dalamnya sambil melihat ke arah cermin yang ada di depannya. Yuniar sadar, ia bukanlah yuniar yang dikenali Albar 4 tahun yang lalu. Ia bermetamorfosa lebih cepat dari yang diperkirakan. Ya, ia mengalami banyak sekali perubahan.
***
Jam 20.00
"saya pesan satu expresso dan satu matcha latte " ucap Albar sambil melihat menu di kafe tersebut.
"Oke, ditunggu sebentar yah pak" balas pelayan kafe tersebut.
Albar langsung mencari tempat duduk yang sekiranya pas sesuai rencananya.
Ia akhirnya menemukan tempat yang pas untuk melakukan rencananya.
Setelah menempati tempat tersebut. Tiba-tiba dari kejauhan nampak wanita yang terlihat seperti bidadari yang sedang berjalan menuju tempat Albar duduk. Yah, itu adalah Yuniar yang tampak sangat berbeda dari penampilannya maupun parasnya.
"Silahkan duduk" Albar mempersilahkan Yuniar untuk duduk. Yuniar pun duduk dengan anggunnya di kursi itu.
Sempat canggung beberapa saat, tetapi Yuniar yang tidak mau berlama-lama langsung memulai percakapan. Albar menatap lama mata Yuniar yang sejak tadi fokus ke layar handphonennya.
"Elo dah makan Ar?" Tanya Albar memulai percakapan.
"Jadi lo mau ngejelasin apa?" Jawab Yuniar seketika mematikan handphone sambil menatap pelayan yang datang membawakan minuman yang dipesan Albar tadi.
"Oh iya, ini diminum dulu. Hmm jadi gini, gue minta maaf atas kesalahan gue waktu itu-"
"udah gue maafin kok" sela Yuniar jutek sambil menikmati matcha latte di depannya.
"dan gue ngerasa bersalah banget sama apa yang gue lakukan waktu itu ar" ucap Albar seraya menatap sepasang mata Yuniar
"Yang gue lakuin waktu itu benar-benar bodoh, egois, brengsek. Gue sadar aja.. gue sebenarnya gak bisa hidup tanpa lo, jadi..."
"Gue mau ngajak lo balikan"
Yuniar terdiam, ia meletakkan matcha lattenya diatas meja.
"Elo pikir, semuanya bakal semudah itu. Setelah elo pergi ninggalin gue, sakitin gue, bertahun-tahun tiba datang, ngajakin gue ketemuan, ngomong ke gue "maafin gue" dan sekarang lo ngajak balikan?" ucap Yuniar sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Tapi gue janji bakal serius Ar, gue bukan Albar yang dulu lagi. Gue udah berubah, ini Yuniar. Ini.."
"Gue bawa cincin sebagai tanda kasih gue ke elo. Bahwa perasaan gue dari dulu nggak akan pernah berubah" ucap Albar sambil membuka sebuah kotak yang berisikan cincin.
"Yuniar Agastasya, maukah kau menikah denganku?"
***
Yuniar tak bisa memikirkan apa-apa, pikirannya berantakan. Albar bukan hanya mengajaknya untuk kembali, namun mengajaknya untuk hidup.
"Gimana Ar, kamu mau kan?" Tanya Albar
Yuniar terdiam. Ia memaafkan albar, namun tidak secepat ini, tidak untuk ini.
"Maafin gue Al, tapi gue gak bisa" ucap Yuniar.
"kenapa? Apa yang lagi yang kau tunggu? Aku janji bakal ngebahagiain kamu Ar"
"Kamu tau, masih banyak sekali wanita di dunia ini. Dan aku yakin, masih banyak sekali wanita yang lebih cantik dan lebih sempurna dari aku. Sepertinya tuhan berkata lain, Semua sudah terlambat Al.." ucap Yuniar sambil menahan air mata.
"Apa Ar? Apa yang terlambat?" tanya Albar dengan wajah serius.
Yuniar terdiam dan memperlihatkan jari tangan kanannya yang terpasang sebuah cincin di jari manisnya. Albar terpaku dan tak bisa mengucapkan apa-apa. Ia sadar ia begitu terlambat.
"Maafin gue Al" ucap Yuniar yang kini mengeluarkan air mata. Yuniar membangkitkan diri dari kursi serasa meninggalkan Albar yang termenung menatap meja.
Semua sudah terlambat.
Maka setiap bagian akhir dari kisah, menjadi sebuah pelajaran bagi setiap sepasang kekasih. Terkadang, ada saatnya kita harus berpisah untuk kedua kalinya.
Maka hari itu, menjadi pertemuan terakhir bagi Yuniar dan Albar. Hingga hanya tersisa air mata di mata mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teka Teki Rasa
Poetry[COMPLETED] PROSES PENERBITAN 1 kisah, 30 puisi, dan 20 quotes. *** mencintai, memiliki, melepas, berpisah, kehilangan, patah, dan usaha menghilangkan. Jika cinta adalah permainan Maka perasaan ini hanyalah sebatas teka-teki rasa yang tak akan perna...