part 3

2.4K 308 59
                                    

"Lain kali jangan buat janji jika kau tidak sanggup menepatinya" ujar Krist dingin begitu Singto memasuki kamar mereka.

"Aku sibuk"

Sangat singkat jawaban yang diberikan Singto, Krist melirik sinis kearahnya dan menghela nafasnya kasar.

"Sibuk ? Terlalu sibuk hingga kau meninggalkan kantor dipagi hari"

Singto melihat Krist dan berusaha membuang rasa terkejutnya.

"Tolong ingat Perawat, Windy anakku,,, apapun yang kulakukan bukan urusanmu"

Bagai dihujam beribu pisau, hati Krist sangat sakit mendengar perkataan Singto walaupun ini bukan pertama kalinya.

Setelah mengatakannya Singto langsung memasuki kamar mandi meninggalkan Krist yang menangis tanpa suara.

"Apa aku terlalu jahat padanya ?" tanya Singto pada bayangannya dicermin.

"Aku tidak peduli"

Krist duduk ditepi kasur masih dengan isakannya, dipandangi foto pernikahan mereka 7 tahun lalu yang menggantung didinding kamar mereka, Krist memperhatikan wajah Singto disana tidak ada senyuman kebahagian disana yang ada hanya wajah dingin dan datarnya.

"Bahkan setelah 7 tahun kau tidak berubah sedikitpun"

"Tidak adakah cinta untukku darimu ?"

"Apa begitu susahnya melupakan dia ?

Krist menghapus air matanya begitu mendengar pintu kamar mandi terbuka dan keluarlah Singto dari sana.
Krist bangun dan berjalan kearah lemari untuk mengambil baju yang akan dikenakan Singto.

Singto melihat wajah pias Krist, matanya berkaca-kaca dan memerah, tapi dipalingkan wajahnya agar tak melihat kearah Krist.

Diterimanya pakaian yang diberikan Krist padanya, ia memakainya langsung bahkan didepan Krist, toh Krist sudah melihat semuanya apalagi yang ditutupi ?

Krist keluar untuk membuatkan makan malam untuk mereka meninggalkan Singto sendiri yang sudah sibuk dengan kerjaannya.

Krist mendengar langkah yang mendekat, langkah itu begitu pelan dan hati-hati, tanpa melihatpun Krist tau itu siapa dan apa yang akan dilakukan.

Lengan kecil itu memeluk pinggangnya dari belakang membuat Krist melupakan kesedihannya dan berbalik kebelakang melihat senyuman putrinya itu.

"Mommy sedang masak ? Aku bantu ya"

Krist mengangguk untuk tawaran putrinya walaupun sebenarnya putrinya itu bukannya membantu tapi mengganggu.

Lihat saja, baru juga ia mulai memotong wortel tapi bukan wortel yang kepotong melainkan jarinya.

Krist panik melihat darah yang keluar dari telunjuk putrinya itu yang sedang memasang wajah menahan sakit.

Entah sejak kapan Singto ada dibelakang mereka yang pasti saat ini ia sedang menghidupkan kran dan mengambil tangan Windy menaruhnya pada air yang menyala.

Krist langsung mengambil kotak p3k yang disimpangnya dilaci paling atas dan mengobati jari Windy.

Wajah Singto mengeras dan melirik Krist tajam terus beralih menatap Windy lembut.

"Masih sakit sayang ?" tanya Singto

"Sedikit perih" jawab Windy dengan wajah menggemaskannya.

"Lain kali jangan main pisau,, Daddy tidak suka melihatmu kesakitan" ujar Singto mengelusi surai lebat putri kesayangannya itu.

"Ayo masuk kekamarmu, main saja dengan bonekamu,,, biar Daddy yang membantu Nommy masak"

Windy menurut dan melangkahkan kakinya menuju kamarnya menyisakan Krist dan Singto.

learn to love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang