part 4

2.5K 293 157
                                    

Pria tampan itu duduk dan memandangi wanita yang selalu dihatinya itu, terlalu lelah pikirannya belakangan ini, ia butuh obatnya. Obat yang membuatnya selalu lupa dengan masalahnya.
Ia menggenggam tangan si wanita seakan tidak ingin kehilangan.

"Aku harus bagaimana ? Dia tidak mau menyerah ?" tanya Singto menatap wajah tersenyum wanitanya.

Tanpa dikatakan siapa yang dimaksud oleh Singto, wanita itu sudah tau siapa yang dimaksud.

"Lupakan aku"

Tidak ada perasaan marah atau kecewa yang dirasakan Singto melainkan kesedihan.

" jangankan melakukannya, bahkan untuk berniat saja aku tidak bisa" jawab Singto lirih dan menyenderkan kepalanya didada wanitanya.

"Aku mencintaimu apapun yang kau lakukan, cukup percaya padaku jika P'Kit adalah kebahagiaanmu"

Air mata Singto menetes dari sudut matanya, ia mencintai wanita yang sudah melahirkan anaknya bukan pria yang sudah merawat putrinya itu.

"Kau juga pernah mencintai P'Kit sebelum kita bertemu bukan ?" tanya si wanita dan memeluk tubuh Singto yang bergetar.

"Aku tidak mencintainya,, aku hanya mencintaimu"

"Aku mengenalmu P'Singto" jawab si wanita dengan tangan membingkai wajah Singto agar Singto menatapnya.

"Jika aku bilang aku memang mencintainya kau akan pergi kan ?"

Si wanita tersenyum hangat dan mengecup dahi Singto lama.

"Dari awal tempatku memang bukan disini" ujar si wanita "aku hanya kebetulan bahagia diatas kebahagian yang sedang dibangun orang lain"

"Aku adalah tempatmu untuk pulang, jadi jika aku bahagia pasti itu karna adanya dirimu" ujar Singto dan menyatukan bibir mereka.

Singto menyesap bibir bawah si wanita lembut merasakan tiap sensasinya lalu beralih ke bibir atas.
Wanita itu membalas apa yang dilakukan Singto dan ia mempermudah dengan melingkarkan tangannya pada leher Singto.

Ciuman Singto meningkat dari awal yang hanya saling mencium dan melepas rindu menjadi saling lumat melumat dengan tangan Singto yang bebas menjelajahi tubuh wanita itu.

"Mmmpp" wanita itu kehabisan pasokan oksigen yang ada diparu-parunya dan memukul dada Singto pelan agar melepas ciumannya.

Setelah melepasnya mereka sama-sama memburu oksigen yang lewat sebanyak mungkin karna singto merencanakan mereka akan menghabiskan malam yang panjang malam ini.

****

Dimeja makan rumah lain ada seorang pria dan seorang anak perempuan yang sedang menunggu pria lainnya pulang untuk makan malam bersama namun hingga menu yang disiapkan Krist dingin tetap saja Singto tidak menampakkan batang hidungnya di rumah itu.

"Sayang makanlah" seru Krist
"mungkin Daddy sangat sibuk"

"Tapi ini sudah jam 8 Mom,,, bahkan ayah Mitha saja sudah pulang lalu kenapa Daddy tidak pulang ?"

Krist diam tidak tau harus membujuk putrinya lagi dengan cara apa.

"Memangnya apa yang akan kau bicarakan pada Mommy dan Daddy ?" tanya Krist akhirnya.

Windy menghela nafasnya berat, ia kecewa.
Seharusnya Daddynya disana, ia ingin mengatakan jika sekolahnya akan mengadakan pentas seni dan dia ikut dalam pentas drama.

"Lupakan saja" ujar anak 7 tahun itu lalu berlalu kekamarnya tanpa menyentuh makanan yang sudah dimasak Krist.

Krist memandang sayang pada punggung putrinya yang kian menjauh.

learn to love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang