part 5

2.7K 320 135
                                    

Windy memandang Mommynya dari kejauhan saat mobil yang membawanya semakin menjauh keluar dari rumah mereka.
Ia merasa tidak ingin berpisah dengan Mommynya walaupun setengah hari dan saat ia pulang dari sekolahnya mereka akan bertemu lagi.

"Dad,,, bolehkah aku bolos hari ini ?"

Singto menatap anaknya tidak percaya "ada apa ?"

"Aku tidak tau tapi aku merasa ada yang kurang saat ini, aku merasa takut" jelas Windy

"Apa yang kau takuti sayang ? Daddy bersamamu"

Singto melajukan mobilnya semakin cepat membelah kota bangkok yang mulai ramai dipenuhi kendaraan dipagi hari.

***

Selepas mengantar suami dan anaknya sampai didepan rumah tak terasa Krist meneteskan air matanya.

Dipandangi rumah itu lekat agar tak mudah untuk menghapus ingatan tentang rumah itu, rumah yang  dimana Singto membawanya saat mereka selesai mengucapkan janji suci dengan Windy kecil digendongannya.

Krist masuk dan dia menyapu bersih sudut ruangan itu dengan indranya, air mata kian mengalir dengan derasnya, begitu banyaknya kenangan yang tercipta diruangan itu, tempat awalnya ia melihat Windy yang mulai belajar merangkak hingga berjalan, Windynya jatuh dan menangis dilantai itu dan memanggilnya dalam tangisan kecilnya.

Ia melangkah menuju kamar Windy, Krist memeluk boneka yang sering dipeluk Windy saat tidur, diberesi kasur itu hingga terlihat rapi, Krist melangkah mendekati lemari baju yang memuat semua pakaian Windy, ia membereskannya agar saat Windy mencari sesuatu ia tidak akan kebingungan lagi.

Krist berdiri ditengah kamar itu dengan air mata yang tak tak kapan akan berhenti mengalir.

"Mommy menyayangimu, tolong hidup dengan baik" bisik Krist seakan sedang berbicara pada Windy.

Krist berlalu kekamarnya dan Singto, pandangan pertamanya tertuju pada foto pernikahan mereka dimana Singto tidak ingin foto itu dipajang diruang tamu.

Setelah itu Krist membenarkan letak selimut yang sudah rapi itu "tolong hangatkan pria itu saat malam, jangan biarkan dia kedinginan"

Krist meraih koper yang ditaruh diatas lemari dan membukanya, ia mulai menata pakaiannya kedalam koper itu, setelah selesai ia membuka dan memandangi lemari yang mengisi pakaian Singto, dipeluknya jas kerja Singto dan air matanya jatuh membasahi jas itu.

"Maaf mengotorimu,,, terima kasih kau selalu membuat pria itu terlihat sempurna saat mengenakanmu" ujar Krist pada jas yang dipeluknya itu.

Ditariknya kopernya dan untuk terakhir kalinya ia mendekati foto pernikahannya lagi, ia mendekat dan menyandarkan tubuhnya disana tepat pada gambar Singto seolah ia sedang memeluk Singto.

"Maafkan aku,,, maafkan aku, seharusnya aku tidak mengatakan hal itu semalam,,, maafkan aku"

"Kau benar, seharusnya aku menyerah dari awal, tidak seharusnya aku terus disisimu"

Krist menjauh, ia menyeret kopernya keluar dari rumah itu, Krist berbalik untuk memandangi rumah itu lagi.

"Maafkan Mommy yang meninggalkanmu tanpa mengatakan apapun sayang"

Krist pergi,Bseperti keinginan Singto. Ia sudah lelah bertahan dengan semua itu, ia lelah dijadikan perlampiasan atas orang yang sudah tiada, ia lelah memendam sendirian.

***

Windy pulang diantari Tay, Papanya Indah. Ia memasuki rumah dan membawa serta kedua temannya, mereka berencana bermain bersama dirumahnya.

learn to love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang